Jakarta, 5 Februari 2025 – Di tengah perayaan Harlah ke-102 Nahdlatul Ulama (NU), Muchamad Nabil Haroen atau Gus Nabil, menyampaikan seruan penting terkait pengembangan sumber daya manusia (SDM) di era digitalisasi. Dalam Sarasehan Ulama bertema "Asta Cita dalam Perspektif Ulama NU" yang digelar di The Sultan Hotel & Residence Jakarta pada Selasa (4/2/2025), Gus Nabil menekankan urgensi peningkatan kualitas SDM NU sebagai kunci menghadapi tantangan abad kedua organisasi tersebut.
"Di usia 102 tahun, memasuki abad kedua NU, pengembangan sumber daya manusia harus menjadi prioritas utama," tegas Gus Nabil saat ditemui tim detikHikmah di sela-sela acara tersebut. Ia melihat tantangan yang dihadapi NU semakin kompleks dan dinamis, menuntut adaptasi dan inovasi yang signifikan. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah bonus demografi. Potensi besar ini, menurut Gus Nabil, bisa menjadi berkah atau musibah, bergantung pada kesiapan NU dalam mengelola dan memberdayakan generasi mudanya.
"Bonus demografi bisa menjadi aset luar biasa jika dikelola dengan baik. Namun, jika tidak diiringi dengan peningkatan kualitas SDM dan adaptasi teknologi, bonus demografi justru bisa menjadi ancaman," jelasnya. Oleh karena itu, Gus Nabil menekankan pentingnya pengembangan SDM yang berfokus pada literasi digital dan kemampuan berinovasi.
Gus Nabil, yang dikenal dekat dengan dunia jurnalistik dan memiliki pengalaman membangun majalah resmi Pondok Pesantren Lirboyo, MISYKAT (Media Informasi Santri dan Masyarakat), menganggap kemampuan menulis sebagai salah satu kunci inovasi di era digital. Ia melihat potensi besar yang dimiliki generasi muda NU dalam memanfaatkan teknologi digital untuk menghasilkan karya tulis yang berkualitas.
"Inovasi di era digitalisasi bisa dimulai dari menulis. Meskipun teknologi kecerdasan buatan (AI) memudahkan pembuatan tulisan, memperdalam kemampuan menulis tetap menjadi modal berharga," paparnya. Kemampuan menulis, menurut Gus Nabil, bukan sekadar mengetik kata-kata, melainkan melibatkan proses berpikir kritis, riset, dan penyampaian gagasan yang efektif. Hal ini penting untuk menghasilkan konten yang bermutu dan mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Pengalaman pribadi Gus Nabil dalam dunia jurnalistik menjadi inspirasi bagi para santri muda. Ia mengungkapkan kebahagiaannya ketika tulisan-tulisannya dimuat di media online, termasuk detikcom. Ia melihat rubrik detikHikmah sebagai wadah yang tepat bagi para santri untuk menyalurkan kreativitas dan pemikirannya melalui tulisan.
"Saya merasa bangga ketika tulisan saya dimuat di media online, termasuk detikcom. Saya berharap para santri bisa memanfaatkan platform seperti detikHikmah untuk berbagi gagasan dan pengalaman mereka," ujarnya. Gus Nabil melihat potensi besar yang dimiliki para santri untuk berkontribusi dalam dunia jurnalistik dan literasi digital.
Ia juga mengamati perkembangan positif dalam dunia literasi di kalangan santri. Meskipun banyak karya santri yang masih berupa terjemahan kitab, Gus Nabil melihat peningkatan signifikan dalam kemampuan menulis artikel dan karya tulis lainnya. "Dibandingkan zaman dulu, gairah menulis di kalangan santri sudah jauh lebih baik. Sekarang sudah banyak buku-buku karya santri yang dibaca khalayak umum. Meskipun banyak yang berupa terjemahan kitab, namun kemampuan menulis artikel dan karya tulis lainnya sudah jauh lebih baik," jelasnya.
Gus Nabil menekankan pentingnya riset dan pendalaman materi sebagai dasar penulisan yang berkualitas. Ia menyadari bahwa menulis artikel membutuhkan waktu dan proses riset yang mendalam, namun hasilnya akan sepadan dengan dampak positif yang dihasilkan. Kemampuan menulis yang baik, menurutnya, bukan hanya sekadar menyampaikan informasi, tetapi juga mampu mempengaruhi opini dan membentuk pemahaman publik.
Sarasehan Ulama yang diikuti Gus Nabil merupakan rangkaian acara Harlah ke-102 NU. Acara yang diselenggarakan oleh PBNU bekerja sama dengan detikHikmah dan detikcom ini didukung oleh Bank Syariah Indonesia dan MIND ID. Acara ini menjadi forum penting bagi para ulama NU untuk membahas berbagai isu strategis dan tantangan yang dihadapi organisasi tersebut di abad kedua.
Pesan Gus Nabil tentang pentingnya literasi digital dan kemampuan menulis bagi generasi muda NU sejalan dengan visi NU untuk terus beradaptasi dan berkontribusi dalam perkembangan bangsa. Di era digital yang serba cepat ini, kemampuan menulis dan mengolah informasi secara kritis menjadi sangat penting untuk menghasilkan konten yang berkualitas dan mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Kemampuan menulis bukan hanya sekadar keterampilan teknis, tetapi juga merupakan bentuk ekspresi diri, penyampaian gagasan, dan pengaruh sosial. Dalam konteks NU, kemampuan menulis dapat digunakan untuk menyebarkan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jamaah, menjelaskan ajaran Islam secara moderat, dan memberikan solusi atas berbagai permasalahan sosial.
Oleh karena itu, pesan Gus Nabil ini bukan hanya ditujukan bagi para santri NU, tetapi juga bagi seluruh generasi muda Indonesia. Dalam era digital yang penuh dengan informasi dan disinformasi, kemampuan menulis dan berpikir kritis menjadi sangat penting untuk menyaring informasi, membentuk opini yang rasional, dan berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
Lebih lanjut, Gus Nabil juga menekankan pentingnya kolaborasi dan sinergi antar berbagai pihak dalam mengembangkan literasi digital dan kemampuan menulis. PBNU, lembaga pendidikan, media massa, dan pihak-pihak terkait lainnya perlu bekerja sama untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pengembangan kemampuan menulis dan literasi digital bagi generasi muda.
Hal ini termasuk menyediakan akses yang lebih luas terhadap teknologi dan pelatihan menulis yang berkualitas. Selain itu, perlu juga diciptakan platform dan wadah yang memungkinkan generasi muda untuk mengekspresikan kreativitas dan pemikirannya melalui tulisan. DetikHikmah, sebagai salah satu platform media online, dapat menjadi contoh yang baik dalam hal ini.
Kesimpulannya, pesan Gus Nabil tentang pentingnya literasi digital dan inovasi menulis merupakan seruan yang sangat relevan di era digitalisasi saat ini. Kemampuan menulis bukan hanya sekadar keterampilan, tetapi juga merupakan kunci untuk berinovasi, berkontribusi, dan menciptakan dampak positif bagi masyarakat. Pesan ini menjadi tantangan bagi generasi muda NU dan seluruh generasi muda Indonesia untuk terus belajar, berkembang, dan berkontribusi dalam membangun bangsa yang lebih baik. Harlah ke-102 NU menjadi momentum yang tepat untuk merefleksikan hal tersebut dan memulai langkah nyata menuju masa depan yang lebih cerah.