Air putih, anugerah ilahi yang tak ternilai, menjadi elemen vital kehidupan. Lebih dari sekadar pelepas dahaga, air putih menyimpan potensi penyembuhan yang telah dipercaya selama berabad-abad, khususnya dalam konteks spiritualitas Islam. Pandangan ini diperkuat oleh hadits Nabi Muhammad SAW tentang tata cara minum yang ideal, serta penelitian ilmiah yang menunjukkan pengaruh sugesti dan doa terhadap struktur molekul air. Artikel ini akan mengulas secara mendalam kaitan antara doa, sunnah minum Rasulullah SAW, dan temuan ilmiah terkait manfaat air putih bagi kesehatan.
Doa Minum Air Putih: Sebuah Amalan Bertuah
Dalam Islam, air zam-zam dikenal luas akan khasiat penyembuhannya. Namun, keyakinan akan keberkahan air putih secara umum, khususnya setelah diiringi doa, juga tersebar luas di kalangan umat muslim. Hababah Nur Al-Haddar, istri Sayyidil Habib Umar bin Hafidz, menganjurkan membaca doa "Nawaitu syifa bibarokatil musthofa shollallohu alaihi wasallam" sebelum meminum air. Doa ini bermakna, "Aku niat memperoleh kesembuhan dengan berkahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam."
Membaca doa sebelum minum air putih diyakini memiliki fadilah (keutamaan) berupa perlindungan dari penyakit lahir dan batin, serta mempermudah anggota badan dalam menjalankan ketaatan kepada Allah SWT, berkat rahmat Rasulullah SAW. Keyakinan ini bersumber dari pemahaman bahwa air, sebagai substansi yang sensitif, mampu merespon energi positif yang terpancar dari doa. Konsep ini sejalan dengan penelitian ilmiah yang menunjukkan pengaruh sugesti dan niat terhadap sifat fisik air.
Penelitian Ilmiah: Bukti Empiris Pengaruh Doa terhadap Air
Penelitian yang dilakukan oleh Masaru Emoto, seorang peneliti asal Jepang dari Universitas Yokohama, memberikan perspektif ilmiah yang menarik. Emoto melakukan serangkaian eksperimen yang menunjukkan bahwa air, sebagai substansi hidup, bereaksi terhadap kata-kata dan emosi. Air yang dihadapkan pada kata-kata positif, seperti "cinta" atau "syukur," membentuk kristal es yang indah dan simetris. Sebaliknya, air yang terpapar kata-kata negatif, seperti "benci" atau "kemarahan," membentuk kristal yang tidak beraturan dan amorf.
Eksperimen Emoto lebih lanjut menunjukkan bahwa intensitas pesan juga mempengaruhi bentuk kristal air. Ketika 500 orang memfokuskan pikiran dan niat mereka pada kata "damai" (peace) di hadapan sebotol air, kristal air tersebut berkembang dengan pola yang indah dan rumit. Begitu pula, ketika doa-doa Islam dibacakan, kristal air membentuk pola heksagonal yang menawan dengan lima cabang, layaknya sebuah bunga yang mekar. Temuan ini menunjukkan bahwa energi positif dari doa atau niat baik dapat mengubah struktur molekul air, menunjukkan potensi dampaknya terhadap kesehatan dan kesejahteraan. Meskipun penelitian Emoto masih menjadi perdebatan di kalangan ilmiah, temuannya memberikan landasan untuk memahami bagaimana sugesti dan niat positif dapat mempengaruhi tubuh melalui konsumsi air yang telah didoakan.
Tentu saja, penelitian ini tidak serta merta membuktikan bahwa air yang didoakan secara langsung menyembuhkan penyakit. Namun, temuan ini menunjukkan potensi pengaruh positif dari doa dan niat baik terhadap sifat fisik air, yang selanjutnya dapat mempengaruhi respons tubuh terhadap air tersebut. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengkaji korelasi antara konsumsi air yang didoakan dengan proses penyembuhan penyakit. Wallahu a’lam.
Sunnah Minum Rasulullah SAW: Petunjuk Kesehatan yang Holistik
Selain doa, Rasulullah SAW juga memberikan contoh teladan dalam tata cara minum yang mencerminkan kepedulian terhadap kesehatan fisik dan spiritual. Hadits-hadits Nabi SAW menjelaskan beberapa sunnah dalam minum, antara lain:
1. Bernapas Saat Minum:
Hadits yang diriwayatkan dari Anas RA menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bernapas tiga kali saat minum. Beliau bersabda, "Sungguh, ini lebih mengenyangkan, menyembuhkan dan menyegarkan." (HR Bukhari). Penjelasan lebih lanjut dari Prof. Dr. Abdul Basith Muhammad as-Sayyid dalam bukunya "Pola Makan Rasulullah" menjelaskan bahwa bernapas di sini berarti melepaskan mulut dari wadah minum di antara tegukan, bukan bernapas di dalam wadah minum. Cara minum ini diyakini lebih mengenyangkan karena memberikan waktu bagi tubuh untuk memproses cairan, lebih menyembuhkan karena mencegah minum yang terlalu cepat dan berlebihan, dan lebih menyegarkan karena menghindari rasa haus yang berlebihan.
2. Minum dalam Posisi Duduk:
Hadits dari Anas RA juga menyebutkan larangan Rasulullah SAW minum sambil berdiri (HR Muslim). Meskipun terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai hukum minum sambil berdiri, anjurkan minum dalam posisi duduk tetap menjadi sunnah yang dianjurkan. Hal ini diyakini sebagai bentuk penghormatan dan kesopanan, serta dapat membantu mencegah gangguan pencernaan.
3. Larangan Minum dari Mulut Wadah:
Rasulullah SAW melarang minum langsung dari mulut kendi atau wadah yang sama digunakan oleh orang lain (HR Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah). Hal ini untuk menghindari kontaminasi dan menjaga kebersihan, mencegah penyebaran penyakit melalui air minum. Ibnu Abbas RA menyebutkan bahwa Rasulullah SAW menggunakan gelas kaca sebagai wadah minum.
Kesimpulan:
Praktik membaca doa sebelum minum air putih dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW dalam minum merupakan perpaduan harmonis antara spiritualitas dan kesehatan. Doa memberikan energi positif yang dapat mempengaruhi kualitas air, sementara sunnah minum Rasulullah SAW memberikan panduan praktis untuk menjaga kesehatan fisik. Meskipun penelitian ilmiah masih terus berkembang, kepercayaan dan praktik tersebut telah diwariskan selama berabad-abad dan memberikan manfaat holistik bagi kesehatan jasmani dan rohani. Penting untuk diingat bahwa doa dan sunnah merupakan bagian dari upaya manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan keberkahannya merupakan rahmat yang diberikan-Nya. Keberhasilan pengobatan tetap bergantung pada izin dan kehendak Allah SWT. Semoga uraian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang pentingnya doa dan sunnah dalam konteks konsumsi air putih.