DENPASAR, ERA MADANI – Abdurrahman bin Auf adalah satu diantara delapan orang pertama yang memeluk Islam. Dia juga satu dari sepeluh orang yang dijamin masuk surga, dan juga satu dari enam orang yang dipilih Umar untuk membentuk Dewan Syura untuk memilih khalifah setelag kematiannya.
Berikut adalah fakta-fakta soal Abdurrahman bin Auf:
1. Namanya pada zaman Jahiliyyah adalah Abu Amr. Tapi saat dia memeluk Islam, Nabi memanggilnya Abdur Rahman – pelayan Tuhan Yang Maha Pemurah.
2. Abdurahman menjadi seorang Muslim sebelum Nabi memasuki rumah al-Arqam. Ada yang menyatakan bahwa dia memeluk Islam dua hari hanya setelah Abu Bakr as-Siddiq melakukannya.
3. Abdurahman tidak luput dari hukuman yang diderita umat Islam di tangan orang Quraisy pada awal perjuangan Nabi. Dia menanggung hukuman ini dengan ketabahan sebagaimana adanya. Dia tetap teguh seperti mereka. Dan ketika mereka terpaksa meninggalkan Makkah ke Abyssinia karena penganiayaan yang terus-menerus dan tak tertahankan, Abdur Rahman juga ikut serta. Dia kembali ke Makkah ketika dikabarkan bahwa kondisi umat Islam telah membaik, namun, ketika rumor tersebut terbukti salah, dia pergi lagi ke Abyssinia dalam hijrah kedua. Dari Makkah sekali lagi dia berhijrah ke Madinah.
Segera setelah tiba di Madinah, Nabi dengan cara yang unik mulai mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Ansar. Ini membentuk ikatan persaudaraan dan dimaksudkan untuk memperkuat kohesi sosial dan meringankan Muhajirin. Abdurahman dipersaudarkan oleh Nabi dengan Sa’ad bin Ar-Rabi’ah. Sedih namun dalam semangat kemurahan hati kaum Anshar, berkatalah Sa’ad bin Ar-Rabi’ah kepada Abdurahman :
“Saudaraku! Di antara orang-orang di Madinah, aku memiliki kekayaan paling banyak, aku memiliki dua kebun buah dan memiliki dua istri. Lihatlah dari antara kedua kebun buah yang kausukai dan aku akan mengosongkannya untukmu dan mana dari kedua istriku, mana yang berkenan untukmu? Dan aku akan menceraikannya untukmu.”
Abdurahman merasa malu dan berkata sebagai balasannya: “Semoga Allah memberkatimu dalam keluarga dan kekayaanmu, tapi tolong tunjukkan di mana pasar gerangan.”
Abdurahman pergi ke pasar dan mulai berdagang dengan sumber daya kecil apa pun yang dimilikinya. Dia membeli dan menjual dan keuntungannya tumbuh dengan cepat. Segera dia cukup kaya dan bisa menikah. Dia mendatangi Nabi mulia dengan aroma parfum yang tersisa di atasnya.
4. “Mahyam, O Abdurahman !” seru Nabi. “Mahyam” adalah ungkapan asal Yaman yang menunjukkan kejutan menyenangkan.
“Saya sudah menikah,” jawab Abdurahman . “Dan apa yang kauberikan pada istrimu sebagai mahar?” tanya Nabi.
“Emas seberat biji kurma,” jawab Abdurrahman bin Auf.
“Laksanakanlah walimah (kenduri), walau hanya dengan menyembelih seekor kambing. Semoga Allah memberkati pernikahanmu dan hartamu,” kata Nabi dengan sangat senang dan memberi semangat.
5. Abdur Rahman membedakan dirinya dalam pertempuran Badr dan Uhud. Di Uhud dia tetap teguh dan menderita lebih dari dua puluh luka, beberapa di antaranya sangat dalam dan parah. Meski begitu, jihad fisiknya disesuaikan dengan jihad dengan kekayaannya.
6. Ketika Nabi bersiap untuk mengirim pasukan ekspedisi. Dia memanggil teman-temannya dan berkata: “Bersedaqahkah karena aku akan mengirim pasukan.” Abdur Rahman pergi ke rumahnya dan dengan cepat kembali. “Wahai utusan Allah,” katanya, “aku punya empat ribu dinar. Aku memberikan dua ribu dolar sebagai sedekah kepada Tuhanku dan dua ribu saya tinggalkan untuk keluargaku.”
7. Ketika Nabi memutuskan untuk mengirim pasukan ke Tabuk, diperlukan logistic yang sama besarnya dengan pasukan Bizantium. Tahun itu di Madinah sedang terjadi kekeringan dan kesulitan paling dashyat. Perjalanan menuju Tabuk terasa panjang, lebih dari seribu kilometer. Logistik tidak mencukupi. Transportasi sangat mahal sehingga sekelompok Muslim datang kepada Nabi yang memohon untuk pergi bersamanya tapi Nabi harus menolak keikutsertaan mereka karena dia tidak bisa menemukan transportasi untuk mereka.
Orang-orang ini sedih dan kemudian dikenal sebagai Bakka’in atau Orang Tewas dan tentara itu sendiri disebut Tentara Kesulitan (‘Usrah). Kemudian Nabi memanggil rekan-rekannya untuk memberi kemurahan hati untuk usaha perang di jalan Alah dan meyakinkan mereka bahwa mereka akan diberi ganjaran. Tanggapan umat Islam terhadap panggilan Nabi sangat bersegera dan murah hati.
Abdurahman bin Auf maju. Dia menyumbangkan dua ratus awqiyyah emas dimana Umar ibn al-Khattab berkata kepada Nabi: “Aku rasa Abdurahman melakukan kesalahan, dia tidak meninggalkan apapun untuk keluarganya.”
“Apakah kau sudah meninggalkan sesuatu untuk keluargamu, Abdurahman ?” tanya Nabi.
“Ya,” jawab Abdurahman . “Aku telah meninggalkan lebih dari apapun yang bisa kuberikan.”
“Berapa banyak?” tanya Nabi.
“Sebanyak Tuhan dan Rasul-Nya telah janjikan untuk mendapatkan rezeki, kebaikan dan pahala,” jawab Abdurahman.