ERAMADANI.COM, JAKARTA – Kementerian Pertanian menilai pemanfaatan lahan hutan untuk mendukung ketahanan pangan berlangsung secara maksimal. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pun mengungkapkan, sudah ada tindaklanjut pemanfaatan lahan tersebut. Ia menyebutkan program tersebut bersifat intensif.
Adapun pengembangan ketahanan pangan di kawasan hutan itu sesuai dengan Permen LHK NO.P.81/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016.
“Yang pertama pemanfaatan lahan hutan untuk hijauan pakan ternak ruminansia termasuk sapi. Pada 2021 Kementan memfasilitasi untuk penanaman Tanaman Pakan Ternak atau TPT di Jabar beberapa hektar bekerja sama dengan lembaga masyarakat desa hutan,” jelas Syahrul saat rapat dengan Komisi IV DPR, Senin (29/3/21).
Sementara pemanfaatan kedua ialah untuk pengembangan tebu.
Lokasi awal ada di Indramayu, Subang, dan Tegal seluas 3.500 hektar yang masih dalam tahap validasi dan kesesuaian lahan.
Pemanfaatan ketiga adalah untuk food estate di Kalimantan Tengah.
Terdapat komoditas padi seluas 30 ribu hektar pada tahun 2020. Sementara pada 2021 ekstensifikasi 22 ribu hektar dan intensifikasi 14 ribu hektar.
“Keempat, lokasi di Malang dan Madiun direncanakan seluas 8.000 hektar,” katanya.
Kemudian di Humbang Hansundutan, Sumut, ada komoditas hortikultura seluas 215 hektar pada tahun 2020 dan pada tahun 2021 seluas 785 hektar bekerja sama dengan pihak swasta.
Sementara di Sumba Tengah, NTT, ada komoditas padi dan jagung seluas 5 ribu hektar di 2020 dan pada tahun 2021 diperluas menjadi 10 ribu hektar.
“Keempat pemanfaatan lahan hutan untuk jagung. Pada 2020 Kementan telah mengalokasikan bantuan benih jagung untuk lahan perhutanan bersama lembaga masyarakat desa hutan luasannya 24 ribu hektar. Dan telah tertanam 22 ribu hektar atau hampir di atas 92 persen,” jelas Syahrul, mengutip kumparan.com.
Mentan Sebut Pesan Presiden Tak Boleh Ganggu Hutan Sama Sekali
Syahrul memastikan pemanfaatan lahan untuk food estate tidak mengganggu kawasan hutan.
“Seperti food estate yang ada di Humbang Hansundutan tidak mengganggu hutan sama sekali. Semak belukar yang selama ini memang banyak di sana dan bukan tebing yang di atas 40 derajat, tidak. Dia ada sebenarnya bukit-bukit yang tinggal kita cukur atasnya kita hilangkan,” paparnya.
Ia menegaskan di provinsi lainnya mulai dari NTT, Maluku, hingga Papua masih banyak lahan yang seperti Humbang Hansundutan.
Dengan begitu, Syahrul pun memastikan kawasan hutan tidak banyak terganggu.
(ITM)