ERAMADANI.COM – Dalam perayaan maulid Nabi, masyarakat muslim seluruh dunia serentak mengisi kegiatan mereka dengan pujian, doa, barzanji, simtudurror, diba, burdah, manaqib, dan menghayati kisah perjuangan Nabi Muhammad SAW.
Tepat pada tanggal 12 Rabiul Awal Nabi Muhammad SAW lahir, hari lahir beliau itulah yang ditetapkan sebagai hari maulid Nabi.
Pada umumnya, masyarakat menyebutnya maulid atau maulud, tetapi pada dasarnya baik maulid maupun maulud ialah sama-sama merayakan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW.
Tentang Kemunculan Maulid Nabi
Hanyalah Nabi Muhammad SAW yang hari lahirnya diperingati, terlepas dari kelebihan dan keutamaan nabi akhir zaman yang Allah SWT selalu sebut namanya dalam Al-Qur’an ini.
Lantas bagaimana sejarah maulid itu ada?
Melansir dari tirto.id, perayaan maulid Nabi Muhammad SAW pertama kali terinisiasi oleh Khalifah Mu`iz li Dinillah, salah seorang khalifah dari dinasti Fatimiyah Mesir pada 341 Hijriyah.
Kemudian ada pelarangan perayaan maulid oleh Al-Afdhal bin Amir Al-Juyusi dan kembali marak pada masa Amir li Ahkamillah pada 524 H.
Perayaan maulid Nabi kemudian terlaksana kembali berdasarkan instruksi Salahudin Al-Ayyubi pada 1183 M/579 H, atas usul Muzaffarudin, saudara iparnya.
Beberapa tujuannya adalah untuk meningkatkan semangat juang Islam dan mengimbangi maraknya perayaan natal umat Nasrani.
Setahun berikutnya Salahudi Al-Ayyubi memberikan sayembara untuk menulis sejarah riwayat kehidupan Nabi Muhammad SAW serta pujian-pujian.
Syekh Ja`far Al-Barzanji terpilih sebagai pemenang dengan kitabnya yang sering dibaca selama maulid yaitu kitab Barzanji.
Kendati demikian, maulid Nabi menjadi perdebatan dalam kalangan para ulama, ada yang mengatakan Bid`ah ada yang mengatakan Bid`ah Hasanah.
Namun, menurut Ustaz Abdul Somad, dalam kalangan Arab ulamanya hanya sedikit saja yang mengharamkan maulid sedangkan yang lainnya boleh asalkan ada unsur kebaikanya.
Begitu juga Syekh Yusuf Al-Qordowi mengatakan dahulu pada zaman para sahabat tidak ada maulid Nabi.
Lantaran masih bertemu dengan Nabi, seperti Sa`ad bin Abi Waqas ketika menceritakan kepada anaknya tentang perang Badar, Uhud, dan Tabuk.
Berbeda halnya dengan umat muslim pada abad berikutnya, perlu adanya pembacaan kisah sejarah Nabi Muhammad SAW beserta pujianya, agar timbul dalam setiap hati umat muslim rasa kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW.
Krisis Keteladanan
Perilaku menyimpang yang terjadi dalam masyarakat belakangan ini merupakan bentuk hilangnya nilai kesadaran manusia terhadap saling menghormati.
Oleh karenanya, yang terjadi adalah kebebasan pendapat yang kebablasan.
Saat ini marak beredar pemberitaan terkait karikatur Nabi Muhammad SAW yang dicetak oleh media Charlie Habdo, media yang berasal dari Prancis.
Umat muslim sangat menyesalkan perbuatan media tersebut, karena jauh dari kata menghormati.
Masyarakat muslim sangat menghormati nilai-nilai kemanusiaan dengan menjunjung tinggi persaudaraan, cinta damai dan kasih sayang, dengan tetap mempunyai aturan terhadap hal yang sakral.
Islam melarang membuat gambar tentang Nabi Muhammad SAW, karena Islam menjaga keaslian Nabi Muhammad SAW.
Sementara apabila digambarkan yang ditakutkan adalah terjadi suatu hal seperti pada zaman Nabi Nuh AS yang diceritakan dalam kitab Qososunabayin.
Cerita itu tentang orang-orang saleh yang digambar dan dijadikan sebagai sesembahan.
Oleh sebab itulah, Islam dengan keras melarang menggambar Nabi Muhammad SAW.
Islam dan Kemanusiaan
Islam datang untuk rahmatan lil alamin dengan memberikan yang terbaik kepada manusia, sebab manusia tanpa agama akan rusak.
Oleh karena itu, Allah SWT mengutus rasul untuk menyampaikan agama.
Jauh sebelum orang barat menyatakan bebas berpendapat, bebas berkarya, menghargai perbedaan agama, dan etnis bahasa.
Nabi Muhammad SAW dan masyarakat Kota Madinah telah mencetuskan model seperti itu.
Pada hakikatnya, manusia dari lahir sudah terbekali naluri kebaikan, tetapi tidak semua manusi dapat memahami kebaikan itu.
Akan berbahaya apabila pemahaman kebaikan itu keliru.
Misalnya suatu hal menurut seseorang baik padahal menurut banyak orang tidak baik.
Begitu juga prinsip yang ada dalam manusia, seperti kebaikan, kebenaran, kebajikan, kasih sayang, dan cinta damai.
Dari prinsip tersebut, akan terlihat terarah jika bersanding dengan agama bahkan sangat bernilai ganjaran pada akhirat kelak.
Simpulan
Salah satu hikmah perayaan maulid ini untuk menyatukan ukhuwah Islamiyah.
Lantaran maulid Nabi merupakan momentum yang paling berharga bagi umat muslim.
Dengan mengingat kisah perjuangan Nabi Muhammad SAW, akan dapat membangkitkan semangat keislaman.
Begitu juga mengajarkan arti penting kemanusiaan, seperti sifat kebaikan, kebajikan, kasih sayang, cinta damai, saling menghormati, dan saling menghargai.
Apa pun yang Rasulullah SAW ajarkan kepada umatnya agar menjadi suri tauladan untuk kehidupan manusia saat ini.
Betapa agung dan mulianya Rasulullah SAW, meskipun umatnya tidak pernah melihat beliau, tetapi mereka sangat memuliakan dan menghormatinya.
Bahkan ketika mendengar nama Rasulullah SAW, dianjurkan untuk banyak bersholawat.
Begitu juga Rasulullah SAW sangat rindu kepada umatnya.
Ketika hari kiamat saat semua umat manusia bangkit dari alam kubur, yang pertama beliau sebut adalah umatku, umatku, umatku.
Dalam hal kemanusiaan pernah ormas-ormas Islam Indonesia perbuat untuk menyatukan persaudaraan sebagaimana salah satunya NU dan Muhammadiyah.
Umumya NU merayakan maulid sedangkan Muhammadiyah hanya memperingati dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.
Artinya perayaan maulid menunjukan persaudaraan persatuan ukhuwah Islamiyah.
Selain itu, juga menyatukan kembali sifat kemanusiaan yang pada dasarnya tertutupi oleh kesukuan, ras, etnis, dan bahasa.
Agar semuanya terarahkan dan bisa menghasilkan nilai-nilai positif untuk generasi masyarakat muslim Indonesia pada masa depan.
Citizen Journalist: Muhammad Faruq S.H. (Guru Sekolah Mutiara).