ERAMADANI.COM, INDIA – Pertumbuhan ekonomi India mengalami kontraksi sebesar minus 23,9 persen pada kuartal II 2020 dibandingkan tahun sebelumnya. Kontraksi ekonomi tersebut menjadi salah satu yang terparah dibandingkan negara-negara lain pada periode yang sama.
Mengutip dari cnnindonesia.com, Selasa (1/9), pertumbuhan negatif India lebih dalam dibandingkan prediksi sejumlah ekonom. Namun, negara tersebut tidak mengalami resesi karena pada kuartal I 2020 lalu, ekonominya tumbuh sebesar 3,1 persen.
Penyebab kontraksi ekonomi India disebabkan adanya penguncian wilayah (lockdown) akibat pandemi covid-19.
Kebijakan lockdown itu menghancurkan kinerja permintaan, konsumsi rumah tangga, dan investasi.
Tercatat, investasi turun 47 persen secara tahunan. Sementara itu, konsumsi rumah tangga menyusut hampir 27 persen.
Di sisi lain, konsumsi pemerintah meningkat 16 persen, tetapi tidak cukup untuk mengimbangi penurunan tajam aktivitas di sektor lain.
Ekonom dari Capital Economics, Shilan Shah mengatakan bahwa kuartal II 2020 menandai titik terendah bagi ekonomi India.
Namun, tanda-tanda pemulihan bisa sangat lambat meskipun lockdown telah dilonggarkan.
Indikasinya adalah penurunan tipis aktivitas manufaktur pada Juli dan output dari industri infrastruktur tetap tertekan.
“Cepatnya penyebaran virus corona akan mengurangi permintaan domestik. Terlebih lagi, respon fiskal yang mengecewakan terhadap krisis akan menimbulkan pengangguran yang lebih tinggi,” terang Shilan Shah.
“Kegagalan perusahaan, dan sektor perbankan yang melemah akan membebani investasi dan konsumsi,” imbuhnya.
Data dari Universitas Johns Hopkins mengungkapkan kasus covid-19 di India telah mencapai 3,6 juta kasus.
Sekitar 64.500 orang telah meninggal karena penyakit tersebut. Jumlah kasus di India meningkat dengan cepat.
Tak hanya India, pandemi telah memberikan pukulan signifikan bagi ekonomi setiap negara.
Bahkan, negara anggota G7, seperti Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat, secara resmi berada dalam resesi.
Pengecualian, yakni China yang ekonominya berhasil melompat ke masa pemulihan pada kuartal II 2020. (ZAN)