Athena, Republika.co.id – Di tengah eskalasi konflik Israel-Palestina yang telah menewaskan ribuan jiwa dan memicu ketegangan regional, Yunani kembali menegaskan dukungannya terhadap solusi dua negara sebagai jalan keluar permanen. Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Perdana Menteri Yunani, Kyriakos Mitsotakis, saat bertemu dengan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, di sela-sela Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York pada Rabu (25/9/2024).
"Yunani menekankan perlunya gencatan senjata segera, pembebasan para sandera, dan penyediaan bantuan kemanusiaan ke Gaza," demikian pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh kantor Perdana Menteri Yunani di Athena.
Mitsotakis juga menyatakan keprihatinannya atas peningkatan kekerasan yang terjadi di wilayah tersebut, yang dinilai berpotensi mengganggu stabilitas kawasan. Ia menegaskan perlunya memulai kembali proses politik yang akan mengarah pada solusi dua negara, yang akan memberikan keadilan dan perdamaian bagi kedua belah pihak.
Pernyataan dukungan Yunani ini muncul di tengah situasi yang semakin mencekam. Israel telah melancarkan serangan udara mematikan di Lebanon sejak Senin pagi (23/9/2024), menewaskan hampir 610 orang dan melukai lebih dari dua ribu lainnya, menurut otoritas kesehatan Lebanon. Serangan ini merupakan respons atas serangan lintas perbatasan yang dilakukan oleh Hizbullah, yang telah terlibat dalam perang dengan Israel sejak Israel memulai perang di Gaza.
Serangan Israel di Gaza sendiri telah menewaskan lebih dari 41.400 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menyusul serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023. Pasukan Israel mengintensifkan serangan mereka di Lebanon, mengabaikan peringatan masyarakat internasional bahwa tindakan tersebut bisa menyebabkan konflik Gaza meluas ke wilayah-wilayah lain.
Dukungan Yunani terhadap solusi dua negara merupakan sinyal penting bagi upaya penyelesaian konflik Israel-Palestina. Solusi ini telah lama menjadi landasan bagi perdamaian di wilayah tersebut, namun implementasinya terhambat oleh berbagai faktor, termasuk keengganan kedua belah pihak untuk berkompromi dan kurangnya tekanan internasional yang efektif.
Pernyataan Yunani ini diharapkan dapat mendorong kembali upaya diplomatik untuk mencapai solusi damai yang adil dan berkelanjutan. Namun, tantangan yang dihadapi sangat besar, mengingat situasi di lapangan yang semakin rumit dan meningkatnya ketegangan antara Israel dan kelompok-kelompok perlawanan di Lebanon dan Gaza.
Penting untuk dicatat bahwa solusi dua negara bukanlah solusi yang mudah. Kedua belah pihak memiliki tuntutan yang berbeda dan kompleks, dan mencapai kesepakatan yang memuaskan semua pihak akan membutuhkan kompromi yang besar. Namun, solusi ini tetap menjadi harapan terbaik untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun dan membawa perdamaian yang langgeng ke wilayah tersebut.
Dukungan internasional, termasuk dari negara-negara seperti Yunani, sangat penting untuk mendorong kedua belah pihak untuk kembali ke meja perundingan dan mencapai kesepakatan yang adil dan berkelanjutan.
Perdamaian di wilayah tersebut tidak hanya akan bermanfaat bagi Israel dan Palestina, tetapi juga bagi seluruh kawasan, yang telah menderita akibat konflik yang berkepanjangan. Semoga pernyataan Yunani ini dapat menjadi titik awal bagi upaya diplomatik yang lebih serius dan komprehensif untuk mencapai perdamaian yang langgeng di wilayah tersebut.