Yaumul Hisab, hari perhitungan amal, merupakan salah satu peristiwa maha dahsyat di akhirat yang dipercaya umat Islam. Peristiwa ini menjadi puncak dari perjalanan hidup manusia di dunia, di mana setiap individu akan mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatannya, baik yang besar maupun yang sekecil-kecilnya, di hadapan Allah SWT. Pemahaman yang mendalam tentang Yaumul Hisab sangatlah penting, karena ia merupakan bagian integral dari rukun iman yang keenam, yaitu iman kepada hari akhir. Keyakinan akan adanya hari perhitungan ini menjadi landasan bagi setiap muslim untuk senantiasa bertakwa dan beramal saleh selama hidupnya di dunia fana ini.
Al-Qur’an, sebagai pedoman hidup umat Islam, telah menyinggung peristiwa Yaumul Hisab dalam beberapa ayatnya. Salah satu ayat yang relevan terdapat dalam Surah Sad ayat 16: (Ayat dalam bahasa Arab perlu diganti dengan terjemahan yang akurat dan bermakna, karena teks yang diberikan tidak terbaca). Ayat ini menggambarkan kerinduan dan sekaligus ketakutan manusia akan datangnya hari perhitungan, menunjukkan betapa besarnya beban tanggung jawab yang dipikul setiap jiwa di hadapan Sang Pencipta. Mereka yang menyadari dosa-dosanya memohon agar azab segera datang, bukan karena ingin menghindari perhitungan, melainkan karena menyadari betapa beratnya konsekuensi dari perbuatan mereka.
Junaidi Ahmad Al Fatti, dalam karyanya "The Miracle or Mizan: Keajaiban Amalan dan Doa Penentu Masuk Surga Tanpa Hisab," menjelaskan bahwa Yaumul Hisab merupakan hari di mana setiap manusia akan dihisab, dipertanggungjawabkan atas segala perbuatannya selama hidup di dunia. Tidak ada satu pun amal, sekecil apa pun, yang akan luput dari perhitungan Ilahi. Proses perhitungan ini akan didasarkan pada kitab amal yang diberikan kepada setiap individu. Kitab amal ini akan diterima dari sisi kanan atau kiri, mencerminkan kualitas amal yang telah dilakukan selama hidup di dunia. Penerimaan kitab amal dari sisi kanan menandakan amal saleh yang melimpah, sementara penerimaan dari sisi kiri menunjukkan keburukan amal yang mendominasi.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Kahfi ayat 49: (Ayat dalam bahasa Arab perlu diganti dengan terjemahan yang akurat dan bermakna, karena teks yang diberikan tidak terbaca). Ayat ini menggambarkan dengan gamblang bagaimana setiap detail amal perbuatan manusia dicatat dengan teliti dalam kitab amal. Tidak ada yang terlewatkan, baik perbuatan besar maupun kecil, semuanya tercatat rapi sebagai bukti pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT. Ayat ini juga menegaskan keadilan Allah SWT yang tidak akan menzalimi seorang pun. Setiap individu akan menerima balasan yang setimpal dengan amal perbuatannya.
Gambaran Yaumul Hisab yang lebih detail dapat ditemukan dalam berbagai sumber keagamaan, termasuk buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang diterbitkan Kementerian Agama. Buku tersebut menjelaskan bahwa setiap anggota tubuh manusia akan menjadi saksi atas segala perbuatan yang telah dilakukan, bahkan perbuatan yang telah dilupakan oleh manusia sendiri. Tangan, kaki, mata, telinga, dan seluruh anggota tubuh lainnya akan memberikan kesaksian yang akurat dan jujur di hadapan Allah SWT. Tidak ada yang dapat disembunyikan atau disangkal.
Sebelum Yaumul Hisab, umat manusia akan berkumpul di Padang Mahsyar, sebuah tempat yang digambarkan dalam berbagai literatur keagamaan sebagai tempat yang sangat dahsyat dan penuh ujian. Seperti yang dijelaskan Lukman Hakim Husnan dalam "Antologi Tafsir: Esai-Esai Interpretasi Tematik Al-Qur’an Civitas Akademika STIQ Al-Lathifiyyah Palembang," kondisi di Padang Mahsyar sangat ekstrem. Matahari akan sangat dekat dengan manusia, menimbulkan panas yang luar biasa dan ujian mental yang berat bagi setiap individu. Di tempat inilah manusia akan menunggu giliran untuk dihisab amal perbuatannya, mengalami penantian yang panjang dan penuh tekanan.
Proses perhitungan amal di Yaumul Hisab akan berbeda bagi setiap individu. Bagi mereka yang senantiasa beramal saleh dan menjalankan perintah Allah SWT, proses perhitungan akan lebih mudah dan cepat. Amal kebaikan mereka akan menjadi penolong dan pemberi syafaat di hadapan Allah SWT. Sebaliknya, bagi mereka yang gemar bermaksiat dan menentang perintah-Nya, proses perhitungan akan terasa berat dan penuh penyesalan. Mereka akan diliputi rasa takut dan cemas yang mendalam, menyadari betapa banyak dosa yang telah mereka perbuat.
Kitab amal akan menjadi bukti nyata atas amal perbuatan mereka. Bagi mereka yang beramal saleh, kitab amal akan diberikan di tangan kanan, sebagai simbol kebaikan dan keberuntungan. Sementara itu, bagi mereka yang berbuat dosa, kitab amal akan diberikan di tangan kiri, sebagai simbol keburukan dan kesengsaraan. Perbedaan ini akan menentukan nasib abadi mereka di akhirat, yaitu surga atau neraka.
Surah Al-Haqqah ayat 25 (Ayat dalam bahasa Arab perlu diganti dengan terjemahan yang akurat dan bermakna, karena teks yang diberikan tidak terbaca) menggambarkan penyesalan yang mendalam dari mereka yang menerima kitab amal di tangan kiri. Mereka menyesali perbuatannya dan menyadari betapa beratnya hukuman yang akan mereka terima. Kitab amal tersebut menjadi bukti yang tak terbantahkan atas segala perbuatan mereka, mengingatkan mereka akan konsekuensi dari pilihan hidup yang telah mereka ambil.
Sebaliknya, Surah Al-Insyiqaq ayat 7-8 (Ayat dalam bahasa Arab perlu diganti dengan terjemahan yang akurat dan bermakna, karena teks yang diberikan tidak terbaca) menggambarkan kemudahan yang akan diterima oleh orang-orang beriman dan beramal saleh dalam proses perhitungan amal. Kitab amal mereka akan diberikan di tangan kanan, dan perhitungan amal akan terasa ringan dan mudah. Ini merupakan ganjaran dari ketaatan dan amal saleh yang telah mereka lakukan selama hidup di dunia.
Kesimpulannya, Yaumul Hisab merupakan peristiwa yang sangat krusial dan menentukan nasib abadi setiap manusia. Hasil perhitungan amal akan menentukan apakah seseorang akan masuk surga atau neraka. Oleh karena itu, setiap muslim hendaknya senantiasa bertakwa kepada Allah SWT, beramal saleh, dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan. Persiapan diri untuk menghadapi Yaumul Hisab merupakan kewajiban setiap individu, dengan selalu berpegang teguh pada ajaran Islam dan berusaha untuk hidup sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang mendapatkan kemudahan dalam perhitungan amal dan mendapatkan tempat yang mulia di sisi Allah SWT. Wallahu a’lam bishawab.