Sholat Dhuha, sholat sunnah dua rakaat yang dikerjakan saat matahari mulai meninggi, merupakan amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Waktu pelaksanaannya, menurut buku Fikih Salat Sunnah karya Ali Musthafa Siregar dkk., dimulai sekitar tujuh hasta setelah matahari terbit hingga menjelang waktu Dzuhur. Keutamaan sholat Dhuha ditegaskan dalam berbagai hadits dan literatur keagamaan, seperti yang dijelaskan dalam Berkah Shalat Dhuha karya M. Khalilurrahman Al Mahfani, yang menyebutnya sebagai sunnah muakkad (sangat dianjurkan). Rasulullah SAW sendiri senantiasa melaksanakannya dan bahkan mewasiatkannya kepada umatnya.
Bukti kesunnahan sholat Dhuha terdapat dalam hadits riwayat Abu Hurairah r.a., yang dikutip dalam berbagai kitab hadits terkemuka seperti Bukhari dan Muslim: "Kekasihku SAW mewasiatkan kepadaku tiga hal, yaitu puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat sholat dhuha, dan sholat witir sebelum tidur." Hadits ini menjadi landasan kuat bagi umat Islam untuk senantiasa menjalankan sholat Dhuha sebagai bagian tak terpisahkan dari ibadah harian.
Namun, amalan pasca sholat Dhuha tak berhenti hanya pada sholat itu sendiri. Tradisi dan anjuran menunjukkan pentingnya melanjutkan dengan wirid dan dzikir sebagai bentuk syukur dan permohonan kepada Allah SWT. Salah satu keutamaan wirid dan dzikir setelah sholat Dhuha adalah memperoleh rezeki yang berlimpah, sebuah anugerah yang diyakini sebagai buah dari ketaatan dan kedekatan hamba kepada Tuhannya.
Berbagai bacaan wirid dan dzikir dianjurkan untuk diamalkan setelah sholat Dhuha. Salah satu yang paling populer dan direkomendasikan adalah dzikir yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, di mana Rasulullah SAW membacanya sebanyak 100 kali setelah sholat Dhuha. Kredibilitas hadits ini sangat tinggi, bahkan diriwayatkan oleh Imam Bukhari, sehingga menjadikannya rujukan penting bagi para ulama dan praktisi agama. Dzikir tersebut berbunyi:
"اللهم اغفر لي وتب علي إنك أنت التواب الرحيم"
(Allahummaghfirli wa tub’alayya innaka anta tawwaburrohim)
Artinya: "Ya Allah, ampuni dosaku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau maha penerima taubat dan Maha Pengampun."
Pengulangan dzikir ini sebanyak 100 kali diyakini sebagai bentuk intensifikasi permohonan ampun dan rahmat dari Allah SWT, yang diharapkan akan membuka jalan bagi kelancaran rezeki dan keberkahan hidup.
Setelah membaca dzikir tersebut, wirid setelah sholat Dhuha dapat dilanjutkan dengan amalan dzikir lainnya yang tak kalah penting, yaitu Sayyidul Istighfar. Sayyidul Istighfar, yang juga sering diamalkan sebagai bagian dari dzikir pagi, merupakan doa permohonan ampun yang sangat agung dan dianggap sebagai doa terbaik untuk memohon pengampunan dosa. Teks Sayyidul Istighfar adalah:
"اللهم أنت ربي لا إله إلا أنت خلقتني وأنا عبدك وأنا على عهدك ووعدك ما استطعت أعوذ بك من شر ما صنعت أبوء بنعمتك علي وأبوء بذنبي فاغفر لي فإنه لا يغفر الذنوب إلا أنت"
(Allahumma anta robbi laa ilaha illa anta, kholaqtani wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika wawa’dika mastatho’tu, a’udzu bika min syarri maa shona’tu. Abu-u laka bini’matika ‘alayya wa abu-u bidzambii. Fagh-firlii fainnahu laa yagh-firudz-dzunuuba illa anta.)
Artinya: "Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku pada-Mu (yaitu aku akan mentauhidkan-Mu) semampuku dan aku yakin akan janji-Mu (berupa surga untukku). Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku. Oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau."
Penggabungan dzikir ini dengan wirid setelah sholat Dhuha diharapkan mampu membersihkan jiwa dari dosa-dosa, sehingga hati menjadi lebih bersih dan terbuka untuk menerima rezeki dan keberkahan dari Allah SWT.
Selain dua dzikir di atas, banyak ulama juga menganjurkan pengamalan wirid Asmaul Husna setelah sholat Dhuha. Asmaul Husna, 99 nama Allah SWT yang memiliki arti dan keutamaan masing-masing, dipercaya mampu memberikan berbagai manfaat bagi yang membacanya dengan ikhlas dan khusyuk. Dalam buku Koleksi Lengkap Dzikir Pagi Petang karya Ustadz Abdul Wahhab, direkomendasikan beberapa Asmaul Husna yang khusus untuk permohonan rezeki, di antaranya:
- يا فتاح يا رزاق (Ya Fattah Ya Razzaq): Wahai Dzat Yang Maha Pembuka dan Maha Memberi Rezeki.
- يا حي يا قيوم (Ya Hayyu Ya Qayyum): Wahai Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri.
- يا غني يا مغني (Ya Ghaniyyu Ya Mughni): Wahai Dzat Yang Maha Kaya Raya dan Maha Memberi Kekayaan.
Pengamalan Asmaul Husna ini diharapkan mampu menarik rezeki yang berkah dan halal, karena dibaca dengan penuh keyakinan dan keikhlasan kepada Allah SWT. Pemilihan Asmaul Husna ini juga didukung oleh pemahaman bahwa Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Kaya dan Maha Pemberi Rezeki, sehingga permohonan kepada-Nya dengan menggunakan nama-nama tersebut dianggap lebih efektif.
Setelah mengerjakan sholat Dhuha dan berdzikir, amalan diselesaikan dengan berdoa. Doa ini bisa dilakukan dengan ucapan yang sesuai dengan permohonan hati. Namun, sebagai contoh, buku Shalat Dhuha karya Ustadz Imam Nur Suharno menyediakan doa khusus untuk memperoleh rezeki yang berkah dan halal:
"اللهم إنا ضحّينا ضحاياك وبهاؤك وجمالك وقوتك وقدرتك وعصمتك اللهم إن كان رزقي في السماء فأنزله وإن كان في الأرض فأخرجه وإن كان معسرا فيسره وإن كان قليلا فكثره وإن كان حراما فطهّره وإن كان بعيدا فقربه بحق ضحاياك وبهاؤك وجمالك وقوتك وقدرتك آتنا ما أتيت عبادك الصالحين"
(Allahumma innaddhuhaa-a dhuhaa-uka wal bahaa-a bahaa-uka waljamaala jamaaluka walquwwata quwwatuka walqudrata qudratuka wal ‘ishmata ‘ishmatuka. Allaahumma inkaana rizqii fis samaa-i fa anzilhu wa inkaana fil ardhi fa akhrijhu wa inkaana mu’assiran fayassirhu wa inkaana qolilan fakatsarhu wa inkaana haraaman fathahhirhu wa inkaana ba’iidan faqorribhu bihaqqi dhuhaa-ika wa bahaa-ika wajamaalika waquwwatika waqudratika aatini maa ataita ‘ibaadakash shaalihiin.)
Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha itu adalah waktu-Mu, keagungan itu adalah keagungan-Mu, keindahan itu adalah keindahan-Mu, kekuatan itu adalah kekuatan-Mu, dan perlindungan itu adalah perlindungan-Mu. Ya Allah, jika rezekiku masih di atas langit maka turunkanlah. Jika masih di dalam bumi maka keluarkanlah. Jika masih sukar maka mudahkanlah. Jika (ternyata) haram maka sucikanlah. Jika masih jauh maka dekatkanlah. Berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan, dan kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih."
Doa ini merupakan permohonan yang komprehensif, meliputi berbagai aspek kehidupan, termasuk rezeki. Dengan membaca doa ini setelah sholat Dhuha dan berdzikir, diharapkan Allah SWT akan melimpahkan rezeki yang berkah dan halal kepada umat-Nya.
Kesimpulannya, wirid setelah sholat Dhuha bukanlah sekedar amalan tambahan, melainkan bagian integral dari ibadah yang diharapkan mampu menarik rezeki yang berkah. Dengan menjalankan sholat Dhuha dan melanjutkannya dengan dzikir dan doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para ulama, umat Islam diharapkan mampu mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mendapatkan limpahan rezeki dan keberkahan hidup di dunia dan akhirat. Namun, perlu diingat bahwa rezeki adalah urusan Allah SWT, dan usaha dan doa merupakan upaya manusia untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan mendapatkan ridho-Nya.