ERAMADANI.COM, KLUNGKUNG – Warga Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung menggelar ritual Nyepi Segara, Minggu (1/11/2020). Ritual ini digelar dalam serangkaian upacara Ngusaba Desa di Pura Segara lan Ngusaba Nini Desa Adat Kusamba yang jatuh pada purnama kelima.
Dengan adanya ritual ini, baik nelayan maupun warga Kusamba tidak boleh mengadakan kegiatan dalam pantai selama 24 jam.
Oleh karena hal itu, aktivitas pelabuhan tradisional sepanjang pesisir pantai tersebut lumpuh total.
Sehubungan adanya ritual agama tersebut, seluruh pelabuhan tradisional akan buka kembali pada 2 November 2020.
Apa Itu Nyepi Segara?
- Adanya pemasangan penjor sepanjang jalan Pantai Kusamba.
Jika melewati daerah Kusamba, masyarakat akan melihat sepanjang jalan Desa Kusamba terdapat banyak penjor. Penjor tersebut bernuansa putih dan kuning.
- Adanya pelarangan melakukan aktivitas apa pun ke pesisir Pantai Kusamba
Saat Nyepi Segara, masyarakat akan melakukan kegiatan nyepi, yang artinya nelayan tidak boleh melakukan aktivitas apa pun sehari penuh ke pantai.
Pesisir Pantai Kusamba akan terlihat lenggang dan sepi, pihak pecalang desa setempat juga terlihat siaga sejak pagi untuk berjaga.
Hal itu agar tidak ada warga yang masuk atau melakukan kegiatan ke pantai
Sementara Nyepi Segara berlangsung dari pukul 06:00-18:00 WITA.
Adanya Nyepi Segara ini berdampak pada penyeberangan ke Nusa Penida dan sebaliknya.
Lantaran aktivitas penyeberangan pada empat pelabuhan tradisional Kusamba yakni Banjar Bias, Banjar Tribuana, Kampung Kusamba, dan Monggalan lumpuh total. Keempat pelabuhan tradisional tersebut sepi aktivitas.
- Tradisi ini sebagai wujud penghormatan kepada segara (lautan)
Ketua Pecalang Desa Adat Kusamba, Dewa Gede Asamara menerangkan bahwa tradisi ini memiliki makna sebagai wujud rasa terima kasih kepada Tuhan atas berkah isi laut.
Warga Kusamba sendiri sebagian besar berkerja sebagai nelayan, nahkoda kapal, dan petani garam.
“Nyepi Segara ini juga dilakukan untuk memberikan keseimbangan di laut selama satu hari penuh. Juga sebagai suatu penghormatan untuk menjaga kehidupan di laut,” ungkap Dewa Asamara.
Pelaksanaan ritual ini demi kebaikan bersama, menghormati lautan sebagai bentuk harmonisasi hubungan antara manusia dengan lingkungan (lautan). (LWI)