ERAMADANI.COM, NEGARA – Wacana pembangunan jembatan selat Bali kembali muncul dipermukaan, yang membuat Wakil Bupati Jembarana menegaskan bahwa ia menolak pembangunan jembatan Jawa-Bali tersebut.
Sebenarnya, ide pembangunan jembatan yang menghubungkan pulau Jawa dan Bali itu sebelumnya secara tegas ditolak warga dan beberapa elemen masyarakat Bali.
Ide ini disampaikan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang memiliki keinginan untuk membangun jembatan yang menghubungkan Jawa-Bali.
Menurutnya, jembatan penghubung dari Ketapang Banyuwangi menuju Gilimanuk Bali, dinilai sangat layak melihat kondisi kecelakaan yang kapal yang kerap terjadi di Selat Bali.
Tolak Pembangunan Jembatan Jawa-Bali
Penolakan senada yang disampaikan Wakil Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan itu benar menolak rencana pembangunan jembatan Selat Bali.
Menurutnya ketimbang membangun jembatan selat Bali yang sarat kontroversi itu, dan mendapat penolakan dari sejumlah warga Bali.
Lebih baik kembangkan ide pembangunan dermaga eksekutif yang saat ini dirancang pihak ASDP. Rencananya PT ASDP Indonesia Ferry Ketapang.
Rencananya PT ASDP ini akan membangun dermaga eksekutif di Pelabuhan Ketapang serta Pelabuhan Gilimanuk, mungkin ini lebih baik untuk di kembangkan.
Menurutnya, kehadiran dermaga eksekutif akan memudahkan masyarakat, terutama memberikan akses terbaik bagi wisatawan yang hendak berwisata dari Bali maupun Jawa.
Jalur penyeberangan memalui dermaga ini nantinya akan dikhususkan untuk mobil dengan layanan premium, tidak bercampur dengan truk barang seperti sekarang.
Diyakini proses penyeberangan akan memangkas waktu jauh lebih cepat karena hanya butuh 15 menit menyeberang, ketimbang jalur darat.
Sebab jika ide ini berjalan dengan baik, diharapkan mampu mengurai kemacetan maupun antrian panjang saat menggunkan kendaraan.
Senada dengan Wabup Kembang, Ketua PHDI Kabupaten Jembrana, I Komang Arsana pun memiliki jawaban mutlak menolak pembangunan jembatan Selat Bali.
Menurutnya, jika dilihat dari sejarah Pulau Bali, yang tertuang dalam mitologi Dang Hyang Sidimantra kedua pulau ini memang sengaja dipisahkan.
Dari mitologi Hindu yang masuk dalam sejarah Bali, menurutnya secara sekala dan niskala, Bali dengan Jawa sejak awal memang sudah dibuat sedemikian rupa.
Kedua pulau tersebut, harus dibatasi laut yang merupakan salah satu langkag untuk memfilter atau menyaring hal hal yang tidak diinginkan.
Sehingga dengan begitu, hal-hal negatif dan pengaruh buruk dari luar Bali dan segala sesuatu dari luar Bali menjadi lebih mudah diawasi. (HAD)