ERAMADANI.COM, RUSIA – Presiden Rusia, Vladimir Putin dalam sidang umum PBB melalui pidatonya memamerkan vaksin virus Corona yang bernama Sputnik V. Ia menyebutkan bahwa vaksin ini menjadi yang pertama di dunia.
Putin juga mengajak negara di dunia untuk ikut bekerja sama dalam pengembangan vaksin tersebut.
“Saya ulangi lagi bahwa kami sangat terbuka dan siap untuk bermitra,” kata Putin dilansir dari AFP, Selasa (22/9/20).
Perlu diketahui bahwa vaksin Sputnik V dikembangkan di Rusia oleh Gamaleya Research Institute of Epidemiology and Microbiology, di bawah Kementerian Kesehatan Federal Rusia.
Sejak diluncurkan pada Agustus lalu, Putin yakin terhadap vaksin hasil pengembangan dari negaranya.
Hasil uji klinis tahap satu dan dua menuai hasil positif serta tidak menimbulkan gejala yang serius bagi para relawan.
Dikutip dari laman kontan.co.id, Menteri Kesehatan Rusia, Mikhail Murashko mengatakan bahwa Sputnik V terbukti sangat efektif dan aman.
Ia menyebutnya sebagai langkah besar menuju kemenangan umat manusia atas Covid-19.
Namun, muncul keraguan dari beberapa pihak ahli termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Dari keraguan tersebut, pihak WHO mendesak Rusia untuk melakukan tahap uji klinis terakhir yang melibatkan ribuan populasi manusia.
Para ahli juga menjelaskan bahwa uji coba ini sebagai bagian penting dari proses pengujian.
Seiring berjalannya uji klinis tahap tiga yang belum memperlihatkan hasil yang jelas tersebut, Rusia mengumumkan sudah ada pemesanan 200 juta dosis vaksin Sputnik V.
Setengah dari pesanan itu merupakan pesanan dari Brasil dan India.
Ditambah lagi negara-negara di Afrika ingin mendapatkan pasokan bantuan vaksin dari Rusia.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Eksekutif Intergovernmental Authority on Development (IGAD), Workneh Gebeyehu kepada Menteri Luar Negeri Rusia.
Selain keyakinan Rusia yang sangat tinggi akan keberhasilannya membuat vaksin virus Corona, pihak Pemerintah Rusia pun berani menegaskan, apabila Sputnik V tidak berfungsi dengan baik atau dikatakan berbahaya bagi manusia kedepannya, pihaknya akan bertanggung jawab untuk ganti rugi atas pembelian vaksin tersebut. (LWI)