Utsman bin Affan, nama yang harum dalam sejarah Islam, bukan sekadar khalifah ketiga, melainkan simbol kedermawanan, keteguhan iman, dan akhlak mulia yang patut diteladani. Kehidupannya, yang dijalani dengan penuh dedikasi dan pengorbanan bagi agama Islam, telah mengukir jejak abadi dalam perjalanan umat Muslim. Riwayat hidup dan kontribusinya yang luar biasa layak untuk dikaji secara mendalam.
Riwayat Hidup Sang Pemilik Dua Cahaya:
Utsman bin Affan bin Abi Ash bin Umayyah bin Abd Syams bin Abd Manaf, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Abu Abdillah, lahir di Mekkah lima tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW, bertepatan dengan lima tahun pasca Peristiwa Gajah yang mengguncang Ka’bah. Deskripsi fisiknya digambarkan sebagai sosok yang tampan, dengan kulit putih halus, jenggot lebat, bagian depan kepala yang botak, dan tangan yang kekar. Ketampanannya ini bukan sekadar rupa fisik, melainkan cerminan keindahan akhlak dan keteguhan imannya.
Keistimewaannya tak hanya terpancar dari parasnya. Utsman termasuk dalam sepuluh orang yang dijamin masuk surga, sebuah predikat yang hanya diberikan kepada individu-individu pilihan yang telah membuktikan keimanan dan pengabdiannya yang luar biasa kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Ia juga tercatat sebagai salah satu juru tulis wahyu, berperan penting dalam pelestarian dan penyebaran Kalam Ilahi. Pengalamannya ikut serta dalam salat menghadap dua kiblat dan hijrahnya sebanyak dua kali menandakan ketaatan dan kesiapannya menghadapi tantangan dalam menegakkan agama Islam.
Gelar Dzu An-Nurain (Pemilik Dua Cahaya) disematkan kepadanya karena kehormatan yang luar biasa: menikahi dua putri Rasulullah SAW, Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Pernikahan ini bukan sekadar ikatan pernikahan biasa, melainkan simbol kepercayaan dan kasih sayang yang mendalam dari Nabi Muhammad SAW kepada Utsman. Hadits yang diriwayatkan, "Seandainya kami memiliki tiga (putri), niscaya kami akan menikahkan dia dengan Anda," menunjukkan betapa tingginya penghargaan Nabi kepada Utsman.
Di balik wibawanya, Utsman dikenal sebagai pribadi yang pemalu. Sebuah kisah menggambarkan bagaimana Rasulullah SAW menutup kedua betisnya ketika Utsman meminta izin masuk, seraya bersabda, "Bagaimana aku tidak merasa malu kepada orang yang malaikat saja malu kepadanya?" (HR. Muslim). Kisah ini mengungkap kerendahan hati Utsman yang luar biasa, sebuah sifat yang jarang ditemukan pada tokoh-tokoh berpengaruh.
Kedermawanan Utsman bin Affan merupakan salah satu ciri khas yang paling menonjol. Dalam Perang Al-Asrah, ia menanggung seluruh perlengkapan separuh pasukan Muslim, sebuah tindakan yang menunjukkan kepedulian dan pengorbanan yang sangat besar. Sumbangannya yang mencapai 300 ekor unta, 50 ekor kuda beserta perlengkapannya, dan 1000 dinar, yang diberikan langsung di hadapan Rasulullah SAW, merupakan bukti nyata kedermawanannya yang tak terukur. Rasulullah SAW pun mendoakannya, "Mudah-mudahan setelah ini, Utsman melakukan lebih banyak lagi" (HR. At-Tirmidzi), sebuah doa yang seakan menjadi ramalan akan kontribusi besarnya di masa mendatang.
Ketakutannya terhadap azab Allah SWT juga menjadi bagian integral dari kepribadiannya. Pernyataan Utsman, "Seandainya aku berada di antara surga dan neraka, lalu aku tidak tahu ke mana aku akan disuruh masuk, maka aku akan memilih menjadi abu sebelum aku tahu ke mana aku akan dimasukkan," menunjukkan ketakwaan dan kehati-hatiannya yang mendalam dalam menjalani hidup.
Nabi Muhammad SAW telah meramalkan bahwa Utsman akan masuk surga, namun juga akan menghadapi fitnah dan terbunuh secara zalim. Ramalan ini tak membuat Utsman gentar, melainkan semakin memperkuat tekadnya untuk senantiasa bermunajat kepada Allah SWT, memohon kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan tersebut.
Peran Utsman dalam menyempurnakan pengumpulan Al-Qur’an juga tak dapat diabaikan. Ia menghimpun umat untuk menggunakan mushaf yang telah dikumpulkan oleh Abu Bakar, kemudian memerintahkan penyalinan mushaf tersebut dan mendistribusikannya ke berbagai daerah. Tindakan tegasnya membakar mushaf-mushaf lain yang beredar memastikan keseragaman dan keakuratan teks suci Al-Qur’an.
Masa Pemerintahan dan Kontribusi Besar:
Masa pemerintahan Utsman ditandai dengan sejumlah perubahan besar dan pembangunan infrastruktur yang signifikan. Ia adalah orang pertama yang memperluas bangunan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, dua tempat suci yang menjadi pusat ibadah umat Islam. Utsman juga membangun pangkalan angkatan laut, membentuk kepolisian negara, dan mendirikan gedung peradilan, sebuah langkah penting dalam membangun sistem pemerintahan yang terorganisir dan adil. Sebelum masa pemerintahannya, sidang peradilan masih dilaksanakan di masjid.
Inovasi lainnya termasuk mendahulukan khutbah dalam salat Idul Fitri dan Idul Adha, serta menambahkan adzan pada salat Jumat. Ia juga meriwayatkan 146 hadits dari Nabi SAW, menambah khazanah pengetahuan dan pemahaman tentang ajaran Islam.
Kehidupan pribadinya juga menarik untuk dikaji. Utsman menikahi delapan wanita, empat di antaranya meninggal dunia. Dari pernikahan-pernikahan tersebut, ia dikaruniai 17 orang anak, 9 laki-laki dan 8 perempuan.
Perjalanan Menuju Islam:
Kisah keislaman Utsman bin Affan juga penuh dengan hikmah. Awalnya, ia merasa kecewa ketika mendengar kabar bahwa Rasulullah SAW menikahkan putrinya, Ruqayyah, dengan putra pamannya (putra Abu Lahab). Namun, bibinya, Sa’da binti Kuraiz, seorang wanita bijaksana, membimbingnya menuju kebenaran. Ia menceritakan tentang munculnya Nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang menghapus penyembahan berhala.
Percakapan Utsman dengan Abu Bakar semakin memperkuat keyakinannya. Abu Bakar menanyakan pandangan Utsman tentang berhala-berhala yang disembah, dan Utsman mengakui kesia-siaan berhala tersebut. Abu Bakar kemudian memperkenalkan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah. Setelah bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, Utsman merasakan kedamaian dan keyakinan penuh, kemudian mengucapkan syahadat.
Keistimewaan yang Tak Terbantahkan:
Allah SWT menganugerahkan banyak sifat baik dan keutamaan kepada Utsman bin Affan. Ia sendiri pernah menuturkan sepuluh kebaikan yang ia rasakan telah diberikan oleh Allah SWT, termasuk menjadi khalifah ketiga, menyiapkan pasukan dalam keadaan sulit (Jays al-‘usrah), menghimpun Al-Qur’an, menikah dengan dua putri Rasulullah SAW, tidak menumpuk harta, tidak berdusta, tidak menyentuh kemaluannya dengan tangan kanan sejak baiat kepada Rasulullah, membebaskan budak setiap Jumat, dan tidak berzina baik di masa Jahiliyah maupun setelah Islam.
Pengakuan sebagai muslim terbaik ketiga setelah Abu Bakar dan Umar semakin memperkuat keistimewaannya. Abdullah bin Umar RA pernah berkata, "Bagi kami, di zaman Rasulullah, tidak seorang pun yang menandingi Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian Utsman. Para sahabat Rasulullah bersumpah untuk tidak membeda-bedakan mereka satu sama lain."
Prestasi Utsman dalam menyatukan gaya bacaan (qira’ah) Al-Qur’an juga merupakan kontribusi yang sangat besar bagi kesatuan umat Islam. Ia menyusun mushaf Al-Qur’an berdasarkan bacaan yang disampaikan Jibril kepada Rasulullah SAW di akhir hayatnya. Rasulullah SAW sendiri menyifati Utsman sebagai al-shadiq (kawan) dan al-syahid (syahid). Kisah gunung batu yang berguncang saat Rasulullah SAW bersama para sahabat, termasuk Utsman, semakin mengukuhkan kedudukan dan keistimewaannya.
Kesimpulannya, Utsman bin Affan adalah sosok teladan yang luar biasa. Kehidupannya, penuh dengan pengorbanan, kedermawanan, dan keteguhan iman, menjadi inspirasi bagi umat Muslim sepanjang masa. Ia bukan hanya khalifah, tetapi juga simbol keteladanan yang patut dipelajari dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kisahnya akan terus dikenang dan diwariskan dari generasi ke generasi sebagai bukti nyata akan keimanan dan pengabdian sejati kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.