Jakarta, 3 Februari 2025 – Dukungan terhadap visi dan misi "Asta Cita" Presiden Prabowo Subianto tak hanya datang dari kalangan pemerintahan, tetapi juga meluas ke organisasi kemasyarakatan. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), salah satu pilar penting keagamaan dan sosial di Indonesia, berkomitmen aktif berkontribusi dalam mewujudkan cita-cita kebangsaan tersebut. Hal ini diwujudkan melalui serangkaian diskusi dan inisiatif yang melibatkan para ulama dan kiai NU.
Sekretaris Jenderal PBNU, Saifullah Yusuf atau Gus Ipul, menjelaskan pentingnya pemahaman dan implementasi "Asta Cita" di tingkat akar rumput. "Menerjemahkan ‘Asta Cita’ ke dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi organisasi kemasyarakatan, menjadi kunci keberhasilan. Pemahaman yang mendalam akan memungkinkan implementasi yang efektif," ujar Gus Ipul dalam pernyataan yang dikutip dari situs resmi NU.
Komitmen PBNU dalam mendukung program nasional sejalan dengan sejarah panjang kontribusi ulama NU dalam pembangunan bangsa. Salah satu contoh nyata adalah upaya menekan angka penyalahgunaan narkoba, sebuah isu yang relevan dengan Asta Cita ke-7. Ketua PBNU sekaligus Profesor Ilmu Ushul Fiqih, Prof. Moh. Mukri, memaparkan pendekatan multi-dimensi yang diterapkan, meliputi pendekatan agama, psikologi, dan sosial.
"Pendekatan terintegrasi ini krusial karena penyalahgunaan narkoba seringkali berdampak pada rusaknya moral dan spiritual individu. Kecanduan dapat menyebabkan seseorang meninggalkan ajaran agama, kehilangan akal sehat, dan merusak tatanan kehidupan keluarganya," jelas Prof. Mukri. Ia menambahkan bahwa dampak ekonomi dari penyalahgunaan narkoba juga sangat merugikan, "Seberapa mahal harga narkoba, akan dibeli oleh pecandu. Ini pemborosan besar. Lebih dari itu, kehormatan dan keutuhan keluarga hancur. Banyak keluarga sukses, dengan karier cemerlang, terpuruk karena anak mereka menjadi korban narkoba akibat kesibukan orang tua."
Komitmen NU dalam memperkuat ideologi Pancasila juga telah teruji selama bertahun-tahun. Deklarasi tentang Hubungan Pancasila dengan Islam, yang dibacakan pada Musyawarah Nasional Alim Ulama Nahdlatul Ulama di Sukorejo pada 21 Desember 1983, menjadi bukti nyata peran NU dalam menjaga keutuhan bangsa. Deklarasi tersebut menegaskan bahwa Pancasila bukanlah agama, tidak dapat menggantikan agama, dan tidak boleh digunakan untuk menggantikan kedudukan agama. Lebih lanjut, deklarasi tersebut menjelaskan bahwa sila Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai dasar negara, mencerminkan tauhid dalam Islam. NU memandang penerimaan dan pengamalan Pancasila sebagai perwujudan ajaran Islam dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, NU memiliki kewajiban untuk memastikan pemahaman dan pengamalan Pancasila yang benar dan konsisten oleh seluruh lapisan masyarakat.
Untuk mengimplementasikan visi "Asta Cita" di era kontemporer, PBNU menginisiasi "Sarasehan Ulama" bertema "Asta Cita dalam Perspektif Ulama NU". Forum diskusi ini bertujuan untuk menggali lebih dalam kontribusi dan peran ulama NU dalam mewujudkan cita-cita kebangsaan tersebut. Sarasehan ini akan menjadi wadah bagi para ulama untuk bertukar pikiran, menganalisis tantangan, dan merumuskan strategi yang efektif. Fokus utama diskusi akan meliputi upaya PBNU dalam mendukung Asta Cita ke-7, yang berkaitan dengan pemberantasan penyalahgunaan narkoba dan upaya pemulihan para korban.
Acara "Asta Cita dalam Perspektif Ulama NU" akan diselenggarakan pada tanggal 4 Februari 2025 di The Sultan Hotel & Residence Jakarta. Acara ini terbuka untuk umum dan akan disiarkan secara langsung melalui live streaming di detikcom, mulai pukul 13.00 WIB. Hal ini menunjukkan komitmen PBNU untuk melibatkan masyarakat luas dalam upaya mewujudkan cita-cita kebangsaan.
Analisis dan Implikasi:
Partisipasi aktif PBNU dalam mendukung "Asta Cita" memiliki implikasi yang signifikan bagi keberhasilan program pemerintah. Sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia dengan jaringan yang luas hingga ke tingkat desa, NU memiliki pengaruh yang besar terhadap opini publik dan perilaku masyarakat. Dukungan dari NU dapat memperkuat legitimasi program pemerintah dan mempermudah implementasinya di lapangan.
Pendekatan multi-dimensi yang diusung oleh NU dalam mengatasi masalah penyalahgunaan narkoba, dengan menggabungkan pendekatan agama, psikologi, dan sosial, merupakan strategi yang inovatif dan holistik. Pendekatan ini mengakui kompleksitas masalah penyalahgunaan narkoba dan menekankan pentingnya pemulihan holistik bagi para korban.
Sarasehan Ulama yang diinisiasi oleh PBNU merupakan langkah strategis untuk memastikan bahwa program pemerintah selaras dengan nilai-nilai keagamaan dan budaya masyarakat. Diskusi yang melibatkan para ulama akan menghasilkan rekomendasi yang relevan dan efektif untuk implementasi "Asta Cita" di lapangan. Partisipasi aktif ulama dalam proses perencanaan dan implementasi program pemerintah akan meningkatkan akuntabilitas dan transparansi.
Keberhasilan "Asta Cita" bergantung pada kolaborasi yang kuat antara pemerintah, organisasi kemasyarakatan, dan masyarakat sipil. Komitmen PBNU untuk berpartisipasi aktif dalam mewujudkan "Asta Cita" menunjukkan pentingnya peran organisasi keagamaan dalam pembangunan nasional. Kerja sama yang sinergis antara pemerintah dan organisasi keagamaan seperti NU akan menjadi kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan-tujuan yang tercantum dalam "Asta Cita".
Lebih jauh, partisipasi NU dalam diskusi ini juga menunjukkan kedewasaan berdemokrasi dan komitmen untuk membangun bangsa melalui dialog dan kolaborasi. Hal ini menunjukkan sikap yang konstruktif dan bertanggung jawab dari NU dalam mendukung program pemerintah yang dianggap bermanfaat bagi rakyat. Sikap ini sekaligus menepis persepsi yang menganggap organisasi keagamaan selalu bersikap oposisi terhadap kebijakan pemerintah.
Kesimpulannya, dukungan PBNU terhadap "Asta Cita" bukan hanya sekadar dukungan simbolik, tetapi merupakan komitmen nyata untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Melalui diskusi dan inisiatif yang dilakukan, NU menunjukkan peran pentingnya sebagai mitra strategis pemerintah dalam mewujudkan cita-cita kebangsaan. Keberhasilan "Asta Cita" akan tergantung pada kerjasama yang kuat dan berkelanjutan antara pemerintah dan organisasi kemasyarakatan seperti PBNU.