Uqail bin Abi Thalib, sepupu Rasulullah SAW dari jalur pamannya, Abu Thalib, awalnya belum memeluk Islam. Namun, perjalanan hidupnya bersama Nabi Muhammad SAW diwarnai oleh serangkaian peristiwa luar biasa yang menorehkan jejak tak terlupakan dalam perjalanannya menuju keimanan. Kejadian-kejadian ajaib ini, sebagaimana termaktub dalam kitab Qashash wa Ma’ani karya Ala’ Sadiq dan dikutip dalam buku Kumpulan Kisah Teladan susunan Prof. Dr. H. M. Hasballah Thaib, MA, menjadi bukti nyata kekuasaan Ilahi dan meyakinkan Uqail akan kebenaran risalah Nabi. Tiga peristiwa tersebut, yang dikisahkan secara detail di bawah ini, mengungkapkan keagungan Nabi dan kekuatan iman yang mampu mengubah hati manusia.
Peristiwa Pertama: Pohon-pohon yang Patuh
Suatu ketika, Rasulullah SAW hendak membuang hajat. Di hadapan beliau terdapat beberapa pohon rindang. Dengan penuh kelembutan dan keajaiban, Rasulullah SAW meminta Uqail untuk menyampaikan pesan kepada pohon-pohon tersebut. "Hai Uqail! Pergilah ke pohon-pohon itu, dan sampaikanlah pesan dariku: ‘Datanglah kalian semua dan kelilingi aku, karena aku akan berwudhu dan membuang hajat’," titah Rasulullah SAW.
Perintah yang tampak mustahil bagi akal manusia biasa ini, justru dipenuhi dengan cara yang menakjubkan. Uqail, yang semula mungkin ragu-ragu, menjalankan perintah tersebut. Namun, sebelum ia menyelesaikan tugasnya, keajaiban terjadi. Pohon-pohon itu, seakan memahami perintah ilahi yang disampaikan melalui Rasulullah SAW, tumbang dari akarnya dan secara otomatis mengelilingi Nabi Muhammad SAW, membentuk pagar alami yang menjaga kesucian dan privasi beliau. Peristiwa ini bukan hanya menunjukkan kekuasaan Allah SWT yang maha besar, tetapi juga menunjukkan ketaatan alam semesta terhadap perintah Rasulullah SAW, sebuah bukti nyata kenabian dan kerasulan beliau. Bagi Uqail, ini adalah tanda nyata yang menggetarkan jiwa dan semakin menguatkan keyakinannya akan kebenaran ajaran Islam.
Peristiwa Kedua: Gua yang Berbicara
Dalam peristiwa kedua, Uqail dilanda dahaga yang hebat. Ia mencari air ke mana-mana, namun tak kunjung menemukannya. Di tengah keputusasaan, Rasulullah SAW memberikan petunjuk yang luar biasa. "Hai Uqail, jika engkau menemukan kehidupan di gunung itu, sampaikan salamku dan katakan, ‘Jika engkau memiliki air, berilah aku minum!’"
Uqail pun mendaki gunung tersebut. Di tengah perjalanan yang melelahkan, ia menemukan sebuah gua. Namun, yang lebih mengejutkan, gua itu bukan hanya menyediakan air segar untuk menghilangkan dahaganya, tetapi juga berbicara! Dengan fasih, gua tersebut berucap, "Sampaikan kepada Rasulullah, bahwa gua ini beserta segala isinya adalah milik Allah, yang berhak engkau sujud." Lebih lanjut, gua itu mengungkapkan rasa takutnya akan siksa Allah SWT, mengutip ayat suci Al-Quran: "’Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu beserta keluargamu dari (siksa) api neraka yang umpannya (bahan bakar) dari manusia dan batu.’ Aku menangis karena takut menjadi batu itu, sehingga tak ada lagi air padaku."
Peristiwa ini menunjukkan dimensi spiritual yang luar biasa. Bukan hanya alam semesta yang tunduk pada perintah Rasulullah SAW, tetapi juga makhluk ciptaan Allah SWT, bahkan benda mati seperti gua, mampu berkomunikasi dan mengungkapkan ketakutannya akan siksa Allah SWT. Bagi Uqail, ini adalah bukti nyata akan kekuasaan Allah SWT dan kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW yang mampu berkomunikasi dan mendapat respon dari alam semesta. Pengalaman ini semakin mengukuhkan keimanannya dan mendekatkan hatinya kepada Sang Pencipta.
Peristiwa Ketiga: Unta yang Memohon Perlindungan
Peristiwa ketiga terjadi saat Uqail berjalan bersama Rasulullah SAW. Seekor unta tiba-tiba meloncat dari kiri dan berhenti di hadapan mereka, seraya memohon perlindungan. "Ya Rasulullah, tolong lindungi aku!" pinta unta tersebut.
Belum selesai rasa heran Uqail, seorang Arab Badui muncul dari belakang dengan pedang terhunus. Rasulullah SAW dengan bijaksana menanyakan maksud kedatangan orang tersebut. "Wahai Rasulullah, aku telah membeli unta ini dengan harga mahal, tetapi ia tidak mau patuh dan jinak. Aku akan membunuhnya dan memanfaatkan dagingnya," jawab orang Badui tersebut.
Rasulullah SAW kemudian bertanya kepada unta tersebut, "Mengapa engkau mendurhakai pemilikmu?" Unta itu menjawab dengan mengejutkan, "Wahai Rasulullah, aku tidak mendurhakainya dalam pekerjaan, tetapi karena perbuatan buruknya. Ia dan kabilahnya sering tidur dan meninggalkan sholat Isya’. Andai ia berjanji padamu untuk menunaikan sholat Isya’, aku berjanji tidak akan mendurhakainya lagi. Aku takut Allah menurunkan siksa-Nya kepada mereka sementara aku berada di antara mereka."
Rasulullah SAW kemudian mengambil perjanjian dari orang Badui tersebut agar ia tidak meninggalkan sholat Isya’. Setelah itu, beliau mengembalikan unta tersebut kepada pemiliknya. Peristiwa ini menunjukkan kepedulian Rasulullah SAW terhadap seluruh makhluk ciptaan Allah SWT, bahkan hewan. Kemampuan unta berbicara dan mengungkapkan alasannya menunjukkan keajaiban yang tak terbantahkan. Bagi Uqail, peristiwa ini menunjukkan betapa luasnya kasih sayang dan perhatian Rasulullah SAW, serta betapa pentingnya menunaikan sholat, sehingga bahkan hewan pun merasakan dampaknya. Kejadian ini menjadi bukti nyata akan keadilan dan rahmat yang dibawa oleh ajaran Islam.
Ketiga peristiwa ajaib ini tidak hanya menjadi saksi bisu perjalanan spiritual Uqail bin Abi Thalib, tetapi juga menjadi pelajaran berharga bagi setiap muslim. Kisah ini menunjukkan betapa Allah SWT menunjukkan kekuasaan-Nya melalui berbagai cara yang menakjubkan, untuk membimbing hamba-Nya menuju jalan yang benar. Ketaatan alam semesta terhadap perintah Rasulullah SAW, kemampuan makhluk berbicara, dan kepedulian Nabi terhadap seluruh ciptaan-Nya, merupakan bukti nyata akan kebenaran risalah Islam dan keagungan Nabi Muhammad SAW. Kisah Uqail menginspirasi kita untuk senantiasa bertawakkal kepada Allah SWT, mencari kebenaran, dan mengamalkan ajaran Islam dengan penuh keimanan dan ketaqwaan. Semoga kisah ini memberikan pengalaman spiritual dan menguatkan keimanan kita semua.