Konsep hari hisab, yaitu proses perhitungan amal perbuatan manusia di akhirat, merupakan ajaran fundamental dalam Islam. Setelah kematian, setiap individu akan mempertanggungjawabkan segala tindakannya di hadapan Allah SWT. Namun, ajaran Islam juga menyebutkan adanya beberapa golongan mukmin yang akan langsung masuk surga tanpa melalui proses hisab yang berat ini. Keistimewaan ini merupakan rahmat dan karunia Allah SWT bagi hamba-Nya yang telah memenuhi kriteria tertentu. Penegasan ini bersumber dari hadis-hadis Nabi Muhammad SAW dan juga tersirat dalam beberapa ayat Al-Qur’an. Namun, penting untuk diingat bahwa pemahaman ini harus selalu diiringi dengan ketakwaan dan keimanan yang mendalam, karena hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui dan menentukan segala sesuatu.
Salah satu hadis yang paling sering dikutip terkait golongan yang masuk surga tanpa hisab menyebutkan jumlah 70.000 orang. Hadis ini diriwayatkan oleh beberapa sahabat Nabi, dengan sedikit variasi dalam angka dan detail penuturannya. Perbedaan ini, yang lumrah terjadi dalam riwayat hadis, tidak mengurangi keabsahan inti pesan yang disampaikan. Perbedaan tersebut justru menunjukkan kekayaan dan keluasan pemahaman akan janji surga bagi hamba Allah yang bertakwa.
Dalam riwayat Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Akan ada serombongan umatku sebanyak tujuh puluh ribu yang masuk surga tanpa hisab, wajah mereka bercahaya bagaikan bulan purnama." Hadis ini kemudian dilanjutkan dengan kisah Ukasyah bin Mihshan Al-Asady yang memohon doa kepada Nabi SAW agar termasuk dalam golongan tersebut. Doa Nabi SAW pun dikabulkan. Kisah ini menekankan pentingnya permohonan dan harapan kepada Allah SWT untuk mendapatkan kemuliaan tersebut. Keberadaan hadis ini juga mengisyaratkan bahwa masuk surga tanpa hisab bukanlah sesuatu yang otomatis, melainkan merupakan anugerah yang didapatkan melalui ketaatan dan kedekatan dengan Allah SWT.
Riwayat lain yang diriwayatkan oleh Abu Hazim dari Sahl bin Sa’id RA, Rasulullah SAW bersabda, "Akan masuk surga dari umatku 70.000 atau 700.000, mereka semua kompak satu sama lain. Yang berada di barisan pertama tidak langsung masuk ke surga hingga yang berada di bagian terakhir memasuki juga. Wajah-wajah mereka tampak seperti bulan di malam purnama." Perbedaan angka dalam riwayat ini kembali menegaskan bahwa angka 70.000 bukanlah angka yang kaku dan mutlak, melainkan sebuah gambaran simbolik akan jumlah yang sangat besar. Lebih penting dari angka tersebut adalah deskripsi tentang kesatuan dan persaudaraan di antara mereka, serta kecerahan wajah yang mencerminkan kebersihan hati dan jiwa. Kesatuan dan persaudaraan ini menjadi kunci penting dalam meraih keridaan Allah SWT.
Abu Bakar RA juga meriwayatkan hadis yang serupa, di mana Rasulullah SAW bersabda, "Aku dianugerahi Allah SWT 70.000 orang dari umatku masuk surga tanpa hisab. Wajah mereka tampak seperti bulan di malam purnama. Hati mereka semuanya sama. Lalu, aku memohon tambahan kepada Allah dan Allah menambahkan untukku setiap satu orang menjadi 70.000 orang." Hadis ini menunjukkan betapa besarnya rahmat Allah SWT yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya. Permohonan Nabi SAW yang dikabulkan Allah SWT juga menunjukkan betapa pentingnya berdoa dan memohon kepada Allah SWT untuk mendapatkan kemuliaan dan rahmat-Nya. Perlu dicatat bahwa angka 70.000 dalam hadis-hadis ini sering diinterpretasikan secara simbolik, bukan sebagai angka yang literal dan membatasi.
Lebih lanjut, terdapat riwayat lain yang menyebutkan bahwa setiap orang dari golongan 70.000 tersebut akan membawa 70.000 orang lainnya ke surga. Interpretasi ini memperluas cakupan janji surga tanpa hisab, menunjukkan dampak positif dari keimanan dan amal saleh seseorang terhadap orang lain. Seorang mukmin yang taat dan bertakwa tidak hanya menyelamatkan dirinya sendiri, tetapi juga dapat menjadi pembuka jalan bagi orang lain untuk meraih keselamatan di akhirat. Ini menunjukkan pentingnya dakwah dan teladan dalam kehidupan seorang muslim.
Meskipun hadis-hadis tersebut menekankan angka 70.000, penting untuk memahami bahwa angka tersebut bersifat metaforis, mewakili jumlah yang sangat besar dan tidak terbatas. Fokus utama hadis-hadis ini adalah pada kualitas iman dan amal saleh para individu yang termasuk dalam golongan tersebut, bukan pada jumlahnya.
Berdasarkan berbagai hadis dan interpretasi ulama, dapat disimpulkan beberapa golongan yang berpotensi masuk surga tanpa hisab, di antaranya:
1. Para Syuhada (Syuhada): Mereka yang gugur syahid di jalan Allah SWT. Hadis dari Abu Hurairah RA menyebutkan bahwa para syuhada termasuk golongan pertama yang masuk surga. Pengorbanan jiwa dan raga mereka demi agama Islam menjadi bukti keimanan dan ketaatan yang luar biasa di mata Allah SWT.
2. Golongan yang Menjaga Kesucian dan Ketaatan: Mereka yang senantiasa menjaga kesucian diri, baik lahir maupun batin, dan senantiasa taat kepada Allah SWT. Hadis yang sama dengan di atas juga menyebutkan golongan ini sebagai salah satu yang akan masuk surga tanpa hisab. Kesucian dan ketaatan ini meliputi berbagai aspek kehidupan, mulai dari ibadah mahdhah hingga muamalah.
3. Hamba Sahaya yang Beribadah dengan Baik dan Memberi Nasihat: Golongan ini menunjukkan pentingnya ketaatan dan kebaikan, bahkan dalam konteks perbudakan yang pernah ada di masa lalu. Ketaatan dan nasihat yang tulus kepada majikan menunjukkan keikhlasan dan ketaatan mereka kepada Allah SWT. Hal ini menunjukkan bahwa ketaatan dan kebaikan dapat dilakukan dalam berbagai kondisi dan situasi.
4. Golongan yang Tidak Meminta Diruqyah, Tidak Menggunakan Kay, dan Tidak Bertahayul: Hadis dari Rasulullah SAW menyebutkan bahwa golongan yang tidak meminta diruqyah (pengobatan dengan ruqyah), tidak menggunakan kay (pengobatan dengan besi panas), dan tidak bertahayul (beranggapan sial) juga termasuk golongan yang masuk surga tanpa hisab. Hal ini menunjukkan pentingnya tawakal dan kepercayaan penuh kepada Allah SWT dalam menghadapi berbagai masalah dan cobaan hidup. Mereka tidak bergantung pada hal-hal yang bersifat syirik atau khurafat.
5. Golongan yang Bertawakkal: Tawakal, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT, merupakan kunci utama dalam meraih keridaan-Nya. Hal ini ditegaskan dalam berbagai hadis dan juga dalam Al-Qur’an surat Ath-Thalaq ayat 3: "Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." Ayat ini menunjukkan bahwa Allah SWT akan selalu memberikan pertolongan dan rezeki kepada hamba-Nya yang bertawakkal kepada-Nya. Tawakal bukan berarti pasif, tetapi diiringi dengan usaha dan ikhtiar yang maksimal.
Kesimpulannya, masuk surga tanpa hisab merupakan anugerah dan rahmat Allah SWT yang besar. Golongan yang mendapatkan keistimewaan ini adalah mereka yang memiliki keimanan dan ketaatan yang tinggi kepada Allah SWT, serta senantiasa beramal saleh dan menjauhi larangan-Nya. Meskipun hadis-hadis menyebutkan angka 70.000, angka tersebut bersifat simbolik, mewakili jumlah yang sangat banyak dan tidak terbatas. Yang terpenting adalah kualitas keimanan dan amal saleh, bukan jumlahnya. Semoga kita semua termasuk dalam golongan hamba Allah yang mendapatkan rahmat dan karunia-Nya berupa masuk surga tanpa hisab. Wallahu a’lam bisshawab.