Jakarta – Keutamaan berdoa dalam Islam tak perlu diragukan lagi. Al-Qur’an dan Hadis secara eksplisit memerintahkan umatnya untuk berdoa, mengajak hamba-Nya untuk berkomunikasi langsung dengan Sang Pencipta. Firman Allah SWT dalam surah Al-Mu’min ayat 60, yang artinya kurang lebih: "Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina’," merupakan bukti nyata ajakan tersebut. Rasulullah SAW sendiri menegaskan pentingnya doa sebagai bentuk ibadah, sebagaimana termaktub dalam hadis riwayat Ahmad: "Doa adalah ibadah." Bahkan, beliau SAW juga mengajarkan agar segala permohonan dan pertolongan hanya ditujukan kepada Allah SWT, seperti yang tercantum dalam hadis riwayat Tirmidzi: "Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, dan jika kamu memohon pertolongan, memohonlah pertolongan kepada Allah SWT."
Namun, penting untuk dipahami bahwa penerimaan doa bukanlah sesuatu yang otomatis. Beberapa faktor dapat menjadi penghalang terkabulnya doa, bukan karena Allah SWT enggan mengabulkan, melainkan karena terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses permohonan tersebut. Berdasarkan kajian beberapa kitab rujukan, seperti "Sudah Benarkah Doa Anda" karya Abu Ezza dan "Keutamaan Doa & Dzikir Untuk Hidup Bahagia Sejahtera" karya M. Khalilurrahman Al Mahfani, terdapat setidaknya tiga golongan yang doanya mungkin tidak dikabulkan Allah SWT. Penting untuk diingat bahwa ini hanyalah kajian berdasarkan hadis dan interpretasi ulama, dan Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu.
1. Menggunakan Barang Haram:
Salah satu penghalang utama terkabulnya doa adalah penggunaan barang haram dalam kehidupan sehari-hari. Barang haram di sini merujuk pada segala sesuatu yang diharamkan oleh syariat Islam, meliputi makanan, minuman, pakaian, dan segala bentuk kebutuhan hidup lainnya yang diperoleh melalui jalan yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah menggambarkan dengan gamblang kondisi ini. Rasulullah SAW menceritakan tentang seorang lelaki yang menempuh perjalanan jauh, penampilannya kusut dan berdebu, menengadahkan tangannya berdoa kepada Allah SWT, seraya memohon berbagai hal. Namun, doa lelaki tersebut kemungkinan besar tidak akan dikabulkan karena ia mengkonsumsi makanan, minuman, dan mengenakan pakaian yang haram, sehingga hidupnya dipenuhi dengan barang-barang yang tidak diridhoi Allah SWT. Kondisi ini menggambarkan betapa pentingnya menjaga kesucian diri dan harta benda agar doa kita diterima. Penggunaan barang haram bukan hanya sekadar pelanggaran hukum agama, melainkan juga dapat menjadi penghalang spiritual yang menghalangi komunikasi batiniah kita dengan Allah SWT. Hal ini menekankan pentingnya kehati-hatian dalam memilih dan mengkonsumsi segala sesuatu, memastikan segala kebutuhan hidup kita bersumber dari jalan yang halal dan baik.
Lebih jauh lagi, konsep ini dapat diinterpretasikan sebagai sebuah konsekuensi logis. Bagaimana mungkin kita mengharapkan doa kita dikabulkan jika kita sendiri tidak berusaha hidup sesuai dengan tuntunan agama? Doa merupakan manifestasi dari ketaatan dan kerendahan hati kita kepada Allah SWT. Dengan menggunakan barang haram, kita menunjukkan ketidaktaatan dan ketidakpedulian terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan-Nya. Oleh karena itu, menjaga kehalalan segala sesuatu dalam kehidupan kita merupakan langkah fundamental dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meningkatkan peluang terkabulnya doa. Ini bukan hanya sekadar soal materi, melainkan juga soal spiritualitas dan keikhlasan dalam beribadah.
2. Ketidak Sabaran dan Tergesa-Gesah:
Faktor lain yang dapat menghambat terkabulnya doa adalah ketidaksabaran dan tergesa-gesah. Allah SWT Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Dia mengetahui waktu yang tepat untuk mengabulkan doa hamba-Nya, serta apa yang terbaik bagi kehidupan hamba tersebut. Ketidak sabaran dan tergesa-gesah dalam berdoa menunjukkan kurangnya keyakinan dan kepercayaan kita kepada hikmah Allah SWT. Kita seakan memaksa Allah SWT untuk memenuhi keinginan kita sesuai dengan waktu dan cara yang kita tentukan, tanpa mempertimbangkan rencana dan ketetapan-Nya.
Hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah menjelaskan hal ini. Rasulullah SAW bersabda, "Akan dikabulkan doa seseorang di antara kamu, selama ia tidak minta disegerakan dan berkata, ‘Aku sudah berdoa namun tak kunjung dipenuhi.’" Kalimat "Aku sudah berdoa namun tak kunjung dipenuhi" mencerminkan sikap ketidak sabaran dan keraguan. Doa yang dipanjatkan dengan penuh keraguan dan ketidak sabaran, menunjukkan kurangnya keyakinan dan kepercayaan kita kepada Allah SWT. Sikap ini dapat dianggap sebagai bentuk ketidaktaatan dan keangkuhan, karena kita seolah meragukan kemampuan dan kebijaksanaan Allah SWT dalam mengatur kehidupan kita.
Oleh karena itu, kesabaran dan keikhlasan dalam berdoa sangatlah penting. Kita harus percaya bahwa Allah SWT akan mengabulkan doa kita pada waktu yang tepat dan dengan cara yang terbaik, meskipun mungkin tidak sesuai dengan harapan dan keinginan kita. Ketidak sabaran hanya akan memperburuk keadaan dan menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. Lebih baik kita terus berdoa dengan penuh kesabaran, keikhlasan, dan kepercayaan kepada Allah SWT, seraya terus berusaha dan berikhtiar dalam kehidupan kita. Proses ini merupakan bagian dari ujian dan pembelajaran spiritual yang akan mengasah keimanan dan kesabaran kita.
3. Kurangnya Kepercayaan dan Keyakinan (Syak wa Was-Was):
Kepercayaan dan keyakinan yang teguh kepada Allah SWT merupakan pilar utama dalam berdoa. Doa yang dipanjatkan dengan penuh keraguan dan ketidakyakinan akan sulit untuk dikabulkan. Allah SWT akan mengabulkan doa hamba-Nya yang berdoa dengan penuh keyakinan dan harapan. Hadis riwayat Tirmidzi yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW menegaskan hal ini: "Berdoalah kepada Allah dengan keyakinan akan dikabulkan."
Kepercayaan dan keyakinan di sini bukan hanya sekadar mengucapkan kata-kata, melainkan juga harus diiringi dengan keyakinan yang tulus dari lubuk hati. Kita harus meyakini bahwa Allah SWT Maha Kuasa dan Maha Pengasih, serta mampu memenuhi segala permohonan kita. Kurangnya kepercayaan dan keyakinan menunjukkan keraguan kita terhadap kemampuan Allah SWT, sehingga doa kita tidak akan sampai kepada-Nya dengan penuh kekuatan dan keikhlasan.
Lebih jauh lagi, Rasulullah SAW juga menyampaikan hadis yang menjelaskan bahwa Allah SWT akan sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Hadis riwayat Muslim dan Tirmidzi menyebutkan bahwa Allah SWT berfirman, "Aku menurut prasangka hamba-Ku atas diri-Ku dan Aku bersamanya ketika ia berdoa kepada-Ku." Hadis ini menekankan pentingnya memiliki prasangka baik (husnudzon) kepada Allah SWT. Dengan memiliki prasangka baik, kita akan selalu berharap dan percaya bahwa Allah SWT akan memberikan yang terbaik bagi kita, meskipun mungkin tidak sesuai dengan keinginan kita. Sebaliknya, prasangka buruk (suudzhon) akan menghalangi terkabulnya doa dan menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT.
Kesimpulannya, terkabul atau tidaknya doa merupakan rahasia Allah SWT. Namun, dengan memahami dan menghindari tiga faktor di atas, kita dapat meningkatkan peluang terkabulnya doa kita. Kehalalan dalam kehidupan, kesabaran dalam menghadapi cobaan, dan keyakinan yang teguh kepada Allah SWT merupakan kunci utama dalam mendekatkan diri kepada-Nya dan meraih ridho-Nya. Semoga uraian ini dapat menjadi renungan dan panduan bagi kita semua dalam meningkatkan kualitas doa dan ibadah kita. Wallahu a’lam bishawab.