Nabi Sulaiman AS, putra Nabi Daud AS, dikenal dalam sejarah Islam sebagai sosok yang dianugerahi kekuasaan, kekayaan, dan hikmah yang luar biasa. Kepemimpinan bijaksananya atas kerajaan yang luas, kemampuannya berkomunikasi dengan hewan, serta penguasaan atas jin dan angin, menjadikannya figur monumental dalam khazanah keislaman. Namun, di balik segala kemuliaan dan mukjizat yang Allah SWT limpahkan, tersimpan rahasia kesuksesan Nabi Sulaiman AS: kedekatannya dengan Sang Khalik melalui doa-doa yang tulus dan khusyuk. Al-Qur’an, kitab suci umat Islam, mencatat beberapa doa Nabi Sulaiman AS yang dikabulkan Allah SWT, menjadi teladan bagi setiap muslim dalam mendekatkan diri kepada-Nya dan memohon pertolongan. Berikut ini tiga doa Nabi Sulaiman AS yang termaktub dalam Al-Qur’an, beserta analisis makna dan relevansinya dalam konteks kehidupan modern:
1. Doa Memohon Kerajaan yang Agung dan Kekayaan yang Melimpah:
Ayat Al-Qur’an yang memuat doa ini terdapat dalam Surah Shad ayat 35:
"رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ"
Transliterasi: Rabbighfir li wa hab li mulkan la yanbagi li’ahadin mim ba’di innaka anta al-wahhab.
Terjemahan: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak patut (dimiliki) oleh seorang pun sesudahku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi."
Doa ini mencerminkan kerendahan hati Nabi Sulaiman AS di tengah limpahan karunia Allah SWT. Ia tidak meminta kekayaan semata, melainkan kerajaan yang adil dan berkah, yang mampu membawa kebaikan bagi seluruh rakyatnya. Ungkapan "tidak patut (dimiliki) oleh seorang pun sesudahku" bukanlah ungkapan kesombongan, melainkan pengakuan akan keunikan dan keagungan karunia Allah SWT yang bersifat absolut. Doa ini mengajarkan kita untuk selalu memohon kepada Allah SWT, bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk kemaslahatan umat. Dalam konteks modern, doa ini dapat dimaknai sebagai permohonan akan kepemimpinan yang amanah, bijaksana, dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat, baik dalam skala kecil (keluarga, komunitas) maupun skala besar (negara, dunia). Kepemimpinan yang diridhoi Allah SWT adalah kepemimpinan yang dilandasi oleh ketakwaan, keadilan, dan pengabdian yang tulus. Kekayaan yang dipanjatkan dalam doa ini pun bukan semata-mata kekayaan materi, melainkan juga kekayaan spiritual, intelektual, dan emosional yang mampu membawa seseorang kepada kedewasaan dan kematangan dalam menjalani kehidupan.
Analisis Lebih Dalam:
Permohonan ampun ( ighfir li ) mendahului permohonan kerajaan (wa hab li mulkan). Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Sulaiman AS menyadari bahwa segala keberhasilan dan kekuasaan hanyalah berasal dari rahmat dan ampunan Allah SWT. Ia tidak mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi sepenuhnya berserah diri kepada-Nya. Sikap ini menjadi kunci penting dalam meraih kesuksesan yang berkelanjutan dan bermakna. Menempatkan Allah SWT sebagai sumber segala sesuatu merupakan pondasi utama dalam membangun kehidupan yang diridhoi-Nya.
Kata wahhab (Maha Pemberi) menegaskan sifat Allah SWT yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih. Allah SWT senantiasa memberikan karunia-Nya kepada hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa. Doa ini mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah SWT berikan dan memohon agar diberi kemampuan untuk memanfaatkan nikmat tersebut untuk kebaikan.
2. Doa untuk Mensyukuri Nikmat Allah SWT:
Doa ini terdapat dalam Surah An-Naml ayat 19:
"رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ"
Transliterasi: Rabbi auzi’ni an asy-kura ni’mataka allati an’amta ‘alayya wa ‘ala walidayya wa an a’mala shalihan tardahu wa adkhilni bi-rahmatika fi ‘ibad-ikas-shalihin.
Terjemahan: "Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku (ilham dan kemampuan) untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan untuk tetap mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai. (Aku memohon pula) masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh."
Doa ini menunjukkan kesadaran Nabi Sulaiman AS akan pentingnya mensyukuri nikmat Allah SWT. Ia tidak hanya mensyukuri nikmat yang diterimanya secara pribadi, tetapi juga nikmat yang diterima oleh kedua orang tuanya. Hal ini menunjukkan rasa hormat dan baktinya kepada orang tua. Lebih jauh lagi, ia memohon kemampuan untuk senantiasa berbuat kebaikan yang diridhoi Allah SWT, serta memohon dimasukkan ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang saleh. Doa ini mengajarkan kita pentingnya bersyukur atas segala karunia Allah SWT, baik yang besar maupun yang kecil, serta senantiasa berikhtiar untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk. Dalam konteks modern, doa ini dapat dimaknai sebagai permohonan akan kepekaan dan kesadaran untuk selalu mensyukuri setiap anugerah Allah SWT, termasuk kesehatan, keluarga, rezeki, dan kesempatan untuk beribadah.
Analisis Lebih Dalam:
Doa ini menekankan pentingnya syukur dan amal shaleh sebagai dua pilar utama dalam kehidupan seorang muslim. Syukur merupakan bentuk pengakuan atas kebesaran Allah SWT dan merupakan pintu gerbang menuju nikmat yang lebih besar. Amal shaleh, di sisi lain, merupakan wujud nyata dari syukur tersebut. Keduanya saling berkaitan dan tak terpisahkan. Permohonan untuk dimasukkan ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang saleh menunjukkan cita-cita luhur Nabi Sulaiman AS untuk senantiasa berada di jalan Allah SWT dan mendapatkan ridho-Nya.
3. Doa untuk Meluluhkan Hati Ratu Balqis:
Doa ini tersirat dalam surat yang dikirimkan Nabi Sulaiman AS kepada Ratu Balqis, yang terdapat dalam Surah An-Naml ayat 30-31:
"بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ أَلَّا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ"
Transliterasi: Bismillahir-rahmanir-rahim. Alla ta’lu ‘alayya wa’tuuni muslimiin.
Terjemahan: "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri!"
Doa ini bukan doa yang diucapkan secara lisan, melainkan doa yang tersirat dalam pesan diplomasi Nabi Sulaiman AS kepada Ratu Balqis. Pesan ini mengandung ajakan untuk tunduk kepada Allah SWT dan mengikuti ajaran Islam. Ungkapan "Janganlah engkau berlaku sombong terhadapku" menunjukkan sikap rendah hati Nabi Sulaiman AS meskipun memiliki kekuasaan yang besar. Ia tidak memaksa Ratu Balqis, melainkan mengajaknya dengan cara yang bijaksana dan penuh hikmah. Doa ini mengajarkan kita untuk selalu berdakwah dengan cara yang santun, penuh kasih sayang, dan menghindari sikap arogansi. Dalam konteks modern, doa ini dapat dimaknai sebagai permohonan akan kemampuan untuk meluluhkan hati orang lain dengan cara yang bijak dan penuh hikmah, baik dalam konteks dakwah, negosiasi, maupun hubungan interpersonal.
Analisis Lebih Dalam:
Penggunaan basmalah di awal surat menunjukkan kesucian niat dan keikhlasan Nabi Sulaiman AS dalam berdakwah. Ia memulai segala aktivitasnya dengan menyebut nama Allah SWT, sebagai bentuk pengakuan akan kekuasaan dan kebesaran-Nya. Ajakan untuk datang sebagai orang-orang yang berserah diri (muslimiin) menunjukkan bahwa Nabi Sulaiman AS tidak hanya ingin menaklukkan Ratu Balqis secara fisik, tetapi juga ingin membimbingnya menuju kebenaran dan keimanan. Ini merupakan bentuk dakwah yang efektif dan humanis, yang berfokus pada perubahan hati dan kesadaran.
Ketiga doa Nabi Sulaiman AS ini merupakan contoh nyata bagaimana seorang pemimpin yang memiliki kekuasaan dan kekayaan tetap rendah hati dan selalu bergantung kepada Allah SWT. Doa-doa ini juga menjadi teladan bagi kita untuk selalu memohon kepada Allah SWT, bersyukur atas nikmat-Nya, dan berdakwah dengan cara yang bijaksana dan penuh hikmah. Semoga kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran berharga dari kisah dan doa-doa Nabi Sulaiman AS dalam menjalani kehidupan di dunia ini.