ERAMADANI.COM – SMPN 6 Kintamani di Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, Bangli, telah mengeluarkan sejumlah dana besar untuk membeli air yang dibutuhkan oleh sekolah. Mereka harus melakukan pembelian air hampir setiap dua hari sekali, dan saat ini, pihak sekolah tengah mencari solusi untuk mengatasi masalah kekurangan air ini.
Sebelum adanya pembelian air, orangtua siswa telah mengeluhkan masalah kekurangan air di sekolah ini, terutama terkait dengan fasilitas WC. Karena ketidaktersediaan air di WC, para siswa terpaksa menahan diri untuk tidak buang air. Keluhan ini kemudian dilaporkan oleh orangtua siswa melalui layanan pengaduan 24 Jam Bangli Era Baru.
Melansir dari nusabali.com, Kepala SMPN 6 Kintamani, I Wayan Mustapayasa, mengonfirmasi bahwa layanan air dari PDAM belum tersedia di sekolah mereka. Oleh karena itu, sekolah harus membeli air tangki dengan harga Rp 225.000 per tangki yang berisi 5.000 liter air. Dalam satu hari efektif sekolah, biaya pembelian air dapat mencapai Rp 2.500.000 hingga Rp 2.700.000. Jumlah air ini hanya cukup untuk kebutuhan sekolah selama 1 hingga 2 hari. Mustapayasa menjelaskan bahwa jumlah air yang dibutuhkan sebanyak itu disebabkan oleh jumlah siswa yang mencapai 840 orang, serta tenaga pendidik dan staf sebanyak 65 orang.
Meskipun air selalu tersedia, masalah utama terkait dengan keberadaan air di kamar mandi dan WC yang masih menggunakan pompa listrik. Jika air dalam bak penyimpanan habis dan tidak ada yang menghidupkan pompa listrik, maka air di toilet tidak akan mengalir. Mustapayasa mengungkapkan bahwa dinas terkait telah mengetahui kondisi ini.
Dia berharap agar layanan PDAM dapat diperluas ke SMPN 6 Kintamani, sehingga masalah kekurangan air dapat diatasi. Terlebih lagi, saat ini ada promosi untuk pemasangan sambungan baru. Mustapayasa menjelaskan bahwa agar mereka dapat menggunakan layanan PDAM, mereka harus terhubung ke pipa utama di wilayah atas Batur – Penelokan dengan estimasi biaya sekitar Rp 50 jutaan. Oleh karena itu, mereka belum dapat menggunakan layanan PDAM saat ini. Mustapayasa berharap bahwa dengan kerja sama yang baik, masalah kekurangan air di sekolah ini dapat segera terselesaikan.