ERAMADANI.COM, DENPASAR – Banyak orang yang meninggalkan kampung halamannya, alias merantau dengan tujuan untuk meningkatkan ekonomi kehidupan, begitupun warga Nganjuk asal Pulau Jawa yang merantau ke Bali dan membuat sebuah komunitas.
Membentuk suatu perkumpulan atau komunitas, masyarakay Indonesia menyebutnya paguyuban. Menurut para ahli ada 3 tipe dalam paguyuban, antara lain:
- Paguyuban karena ikatan darah, berarti terbentuk berdasarkan ikatan darah dan keturunan. Paguyuban jenis ini memiliki keterikatan dan solidaritas yang sangat tinggi karena adanya kesamaan nenek moyang. Contohnya: hubungan antara kakak dan adik kandung.
- Paguyuban karena tempat, berarti terbentuk berdasarkan lokasi dimana salah seorang bertemu dengan yang lainnya. Contohnya: Rukun Tetangga (RT) yang terbentuk karena lokasi yang berdekatan.
- Paguyuban karena ideologi, berarti terbentuk berdasarkan persamaan ideologi. Contohnya: terbentuknya partai politik. Secara umum, manfaat paguyuban/tujuan paguyuban/fungsi paguyuban adalah untuk memberikan kontribusi serta menciptakan manfaat positif bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.
Acara Silahturahmi Komunitas Warga Nganjuk di Bali

Pada Kamis (30/01/2020) kemarin, Komunitas Warga Nganjuk mengelar sebuah pertemuan silahturrahmi antar orang orang yang berasal dari Nganjuk.
Pertemuan itu dinaungi oleh paguyuban warga Nganjuk yang tergabung dalam Pawang Bali, mereka mengadakan temu kangen tersebut di Lapangan Puputan Renon Bajra Sandhi.
Acara silaturahmi berlangsung sederhana dengan lesehan. Warga Nganjuk perantauan ini membawa tikar dan menggelarnya di lapangan.
Rata-rata anggota Pawang Bali sudah berkeluarga dan anak-anak anggota paguyuban bersekolah di Bali. Dengan adanya paguyuban mereka bisa mengetahui jika ada anggota yang melahirkan dan sakit.
Pawang Bali didirikan dengan tujuan mulia, yakni Menyama Braya untuk memepererat tali persaudaraan demi terwujudnya jalinan silaturahmi antar warga Nganjuk yang merantau di Provinsi Bali.
Misi Paguyuban ini tertuang dalam empat butir yang wajib dipahami oleh setiap anggota.
Pertama, meningkatkan rasa sosial kemasyarakatan antar sesama anggota bila ada yang terkena musibah, maka saling bantu untuk meringankannya.
Kedua, menjaga toleransi antara umat beragama. Lanjut landasan ketiga adalah saling asah, asih dan asuh. Saling asah mempunyai makna saling bertukar ilmu satu sama lain.
Saling Asih mempunyai makna saling mengasihi dan mencintai satu sama lain dengan tulus dan ikhlas. Saling Asuh bermakna saling peduli dan mempunyai rasa solidaritas yang tinggi.
Terakhir, landasan yang harus dimengerti oleh setiap anggota ialah dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung yang mempunyai makna menjunjung tinggi keberagaman dan perbedaan serta menghormati adat istiadat masyarakat Bali. (HAD)