Jakarta – Silaturahmi, dalam ajaran Islam, bukan sekadar kunjungan sosial biasa. Lebih dari itu, silaturahmi merupakan amalan mulia yang dijanjikan pahala besar oleh Rasulullah SAW. Ia menjadi pilar penting dalam membangun dan memelihara hubungan persaudaraan, menjalin ikatan kasih sayang, dan memperkuat ukhuwah Islamiyah. Hadits-hadits Nabi SAW berulang kali menekankan pentingnya menjaga silaturahmi, menjanjikan keberkahan dunia dan akhirat bagi mereka yang tekun menjalinnya. Pemahaman mendalam tentang makna dan keutamaan silaturahmi menjadi kunci untuk meraih ganjaran surgawi yang dijanjikan.
Secara etimologis, kata "silaturahmi" berasal dari dua kata Arab, yaitu "silat" yang berarti "tali" atau "hubungan" dan "rahim" yang berarti "kasih sayang". Dengan demikian, silaturahmi secara harfiah berarti menyambung tali kasih sayang atau tali persaudaraan. Namun, makna silaturahmi jauh lebih luas daripada sekadar kunjungan keluarga. Ia mencakup seluruh upaya untuk mempererat hubungan dengan sanak saudara, kerabat, teman, dan bahkan seluruh umat manusia, berlandaskan pada kasih sayang dan nilai-nilai luhur Islam.
Hadits Nabi SAW sebagai Landasan Utama
Anjuran untuk senantiasa menjaga silaturahmi termaktub dalam berbagai hadits Rasulullah SAW, menjadi pedoman bagi umat Islam sepanjang zaman. Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan bahwa silaturahmi mencakup hubungan kekerabatan, baik yang memiliki hubungan nasab (keturunan) dan waris, maupun yang tidak, termasuk hubungan mahram dan non-mahram. Esensi silaturahmi terletak pada upaya untuk mempererat dan memelihara hubungan tersebut, tanpa memandang status sosial, kekayaan, atau perbedaan lainnya.
Hadits riwayat Abu Hurairah RA, yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, menyatakan: "Barang siapa yang percaya kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah ia menghormati tamu. Barang siapa yang percaya kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah ia menjaga hubungan tali persaudaraan. Dan barang siapa yang percaya kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah ia berkata baik atau diam saja." Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya silaturahmi sebagai bagian dari iman yang utuh. Kepercayaan kepada Allah dan hari akhir harus diwujudkan dalam tindakan nyata, salah satunya adalah menjaga silaturahmi.
Hadits lain, dari Abdullah bin Amr RA dan diriwayatkan oleh Bukhari, menjelaskan makna silaturahmi yang lebih dalam: "Orang yang menyambung silaturahmi bukanlah orang yang membahas kebaikan seseorang dengan kebaikan yang sama (serupa), tetapi orang yang menyambung silaturahmi adalah orang yang berusaha kembali menyambung silaturahmi setelah diputuskan oleh pihak lain." Hadits ini menekankan pentingnya inisiatif untuk memperbaiki hubungan yang telah renggang, bahkan jika pihak lainlah yang memutuskannya. Sikap proaktif dalam menjaga silaturahmi menjadi kunci keberhasilan dalam membangun hubungan yang harmonis.
Keutamaan Silaturahmi: Berkah Dunia dan Akhirat
Menjaga silaturahmi bukanlah sekadar kewajiban, melainkan amalan yang dijanjikan pahala besar oleh Allah SWT. Keutamaan silaturahmi meliputi berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi. Berikut beberapa keutamaan silaturahmi yang telah dijelaskan dalam berbagai hadits dan literatur Islam:
1. Keluasan Rezeki dan Panjang Umur:
Hadits riwayat Anas bin Malik RA, yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim, menyatakan: "Barangsiapa yang senang diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi." Hadits ini menunjukkan hubungan erat antara silaturahmi dengan rezeki dan umur. Menjaga silaturahmi bukan hanya berdampak positif pada hubungan sosial, tetapi juga pada keberkahan materi dan kesehatan. Hadits lain juga menyebutkan bahwa orang yang bertakwa kepada Allah dan menyambung silaturahmi akan dipanjangkan umurnya, ditambah hartanya, dan dicintai keluarganya.
2. Mempererat Kekerabatan dan Hubungan Sosial:
Silaturahmi berperan penting dalam mempererat ikatan kekerabatan dan hubungan sosial. Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang menyambung silaturahmi itu, bukanlah yang menyambung hubungan yang sudah terjalin, akan tetapi orang yang menyambung silaturahmi ialah orang yang menjalin kembali hubungan kekerabatan yang sudah terputus." (Muttafaq alaih). Hadits ini menekankan pentingnya mengambil inisiatif untuk memperbaiki hubungan yang telah rusak, mencari jalan untuk kembali menjalin silaturahmi yang telah terputus. Ini menunjukkan bahwa silaturahmi bukan hanya tentang menjaga hubungan yang baik, tetapi juga tentang memperbaiki hubungan yang telah retak.
3. Jalan Menuju Surga:
Silaturahmi merupakan salah satu amalan yang dapat menjadi jalan menuju surga. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menjawab pertanyaan seorang laki-laki tentang amalan yang dapat memasukkannya ke surga: "Engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat (sedekah), dan menyambung tali silaturahmi." (HR Bukhari dan Muslim). Hadits ini menempatkan silaturahmi sejajar dengan rukun Islam lainnya, menunjukkan betapa pentingnya amalan ini dalam meraih ridho Allah SWT.
4. Perlindungan Allah SWT:
Menjaga silaturahmi merupakan bentuk ketaatan kepada Allah SWT, dan Allah SWT akan memberikan perlindungan kepada hamba-Nya yang senantiasa menjaga silaturahmi. Rasulullah SAW bersabda, "Hubungan kekeluargaan (silaturahmi) digantungkan pada Arasy. Ia berkata, ‘Siapa yang menyambungku, Allah akan menyambungnya, dan siapa yang memutuskan aku, Allah pun memutusnya.’" (HR Muslim). Hadits ini menunjukkan bahwa Allah SWT akan memberikan balasan yang setimpal kepada mereka yang menjaga dan menyambung silaturahmi, dan sebaliknya, akan memberikan hukuman kepada mereka yang memutuskannya.
5. Balasan bagi yang Memutus Silaturahmi:
Sebaliknya, memutuskan silaturahmi akan berakibat buruk bagi pelakunya. Allah SWT dan Rasulullah SAW mengecam perbuatan memutus silaturahmi. Dalam hadits qudsi, Rasulullah SAW meriwayatkan firman Allah SWT: "Aku adalah ar Rahman. Aku menciptakan ar Rahim dan Aku mengambilnya dari nama-Ku. Barangsiapa yang menyambungnya, niscaya Aku akan menjaga haknya. Dan barangsiapa yang memutusnya, maka Aku akan memutus dirinya." (HR Ahmad). Hadits ini menunjukkan betapa seriusnya Allah SWT memandang perbuatan memutus silaturahmi, dan balasan yang akan diterima oleh pelakunya.
Kesimpulannya, silaturahmi merupakan amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam, dengan keutamaan yang sangat besar, baik di dunia maupun di akhirat. Menjaga dan menyambung silaturahmi bukan hanya sekadar menjalankan perintah agama, tetapi juga merupakan investasi untuk meraih kebahagiaan hidup, keluasan rezeki, panjang umur, dan keridaan Allah SWT. Oleh karena itu, setiap muslim hendaknya senantiasa berupaya untuk menjaga dan menyambung silaturahmi dengan keluarga, kerabat, teman, dan sesama manusia, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.