Sholat tahajud, ibadah sunnah yang dianjurkan dengan sangat kuat (sunnah muakkadah), menempati posisi istimewa dalam ajaran Islam. Rasulullah SAW senantiasa melaksanakannya, menunjukkan keutamaan dan pahala yang besar bagi mereka yang tekun menjalankannya. Namun, bagi sebagian umat Islam, kebingungan masih kerap muncul terkait tata cara pelaksanaannya, khususnya mengenai jumlah rakaat dan waktu yang paling tepat. Artikel ini menyajikan panduan lengkap sholat tahajud, meliputi jumlah rakaat yang dianjurkan, waktu pelaksanaan yang paling utama, bacaan surat yang dapat dipilih, serta doa yang dipanjatkan setelahnya.
Jumlah Rakaat Sholat Tahajud: Fleksibilitas dalam Ibadah
Berbeda dengan sholat fardhu lima waktu yang memiliki jumlah rakaat yang pasti, sholat tahajud menawarkan fleksibilitas dalam pelaksanaannya. Tidak ada batasan jumlah rakaat yang secara eksplisit tercantum dalam Al-Quran maupun hadits. Namun, praktik yang dianjurkan adalah melaksanakannya dalam satuan dua rakaat salam. Pendapat para ulama terkait jumlah rakaat pun beragam, namun umumnya mengarah pada rentang tertentu.
Minimal Dua Rakaat: Keutamaan Ibadah Walau Singkat
Pendapat mayoritas ulama sepakat bahwa minimal sholat tahajud adalah dua rakaat. Meskipun tidak ada ketentuan minimal yang secara tegas dijelaskan dalam kitab-kitab fikih seperti yang diuraikan oleh NU Online, mengerjakan sholat tahajud, sekecil apapun jumlah rakaatnya, tetap memiliki keutamaan dan dianjurkan untuk tidak ditinggalkan. Hal ini mencerminkan semangat ibadah yang menekankan keikhlasan dan kedekatan dengan Allah SWT, bukan sekadar pemenuhan kuantitas.
Maksimal Sebelas atau Tiga Belas Rakaat: Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW
Terkait jumlah rakaat maksimal, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama berdasarkan riwayat-riwayat yang ada. Salah satu riwayat yang dikutip dari kitab Sahih al-Bukhari dan diulas dalam buku "Living Hadis versus Dead Hadis" oleh Dr. Ahmad Faisal, Lc, menjelaskan melalui perkataan Aisyah RA tentang kebiasaan Rasulullah SAW dalam melaksanakan sholat malam (qiyamul lail) di bulan Ramadhan dan bulan-bulan lainnya. Dalam riwayat tersebut, Rasulullah SAW tidak pernah melaksanakan sholat tahajud lebih dari sebelas rakaat. Beliau melaksanakannya dengan pola empat rakaat, kemudian empat rakaat lagi, dan diakhiri dengan tiga rakaat. Riwayat ini menekankan pentingnya kualitas dan khusyu’ dalam pelaksanaan sholat, bukan hanya kuantitas rakaat.
Riwayat lain, yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, menyebutkan bahwa Rasulullah SAW biasa melaksanakan sholat malam sebanyak tiga belas rakaat. Perbedaan jumlah rakaat ini menunjukkan adanya variasi dalam praktik ibadah Rasulullah SAW, yang penting adalah konsistensi dan keikhlasan dalam menjalankannya. Kedua riwayat ini memberikan gambaran tentang batas atas jumlah rakaat sholat tahajud, yaitu tidak melebihi sebelas atau tiga belas rakaat. Penting untuk diingat bahwa praktik Rasulullah SAW ini lebih merupakan contoh teladan, bukan aturan yang kaku dan harus diikuti secara harfiah. Yang terpenting adalah niat yang ikhlas dan kesungguhan dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Waktu Pelaksanaan Sholat Tahajud: Sepertiga Malam yang Utama
Sholat tahajud merupakan sholat malam, yang dapat dikerjakan setelah sholat Isya hingga menjelang sholat Subuh. Namun, terdapat waktu yang lebih utama untuk melaksanakannya, yaitu pada sepertiga malam terakhir. Hal ini didasarkan pada berbagai hadits dan pendapat ulama yang menekankan keutamaan waktu ini dalam beribadah.
Buku "Panduan Sholat Sunnah Rekomendasi Rasulullah" oleh Zezen Zainal Alim membagi waktu malam menjadi tiga bagian. Sepertiga malam pertama, kedua, dan ketiga. Sepertiga malam terakhir, yang merupakan waktu antara pukul 01.00 hingga adzan Subuh, dianggap sebagai waktu yang paling utama untuk sholat tahajud. Pada waktu ini, kemungkinan besar Allah SWT akan lebih mudah mengabulkan doa hamba-Nya.
Syarat Penting: Setelah Tidur
Meskipun dapat dilakukan di sepertiga malam pertama atau kedua, sholat tahajud memiliki syarat penting, yaitu harus dilakukan setelah tidur terlebih dahulu, meskipun hanya sebentar. Hal ini ditegaskan oleh Imam Romli dalam karyanya, "Nihayatul Muhtaj Ila Syarhil Minhaj", dan juga oleh Syekh Sulaiman Ibn Muhamad ibn Umar Al-Bujairomi. Mereka berdua menjelaskan bahwa sholat tahajud adalah sholat sunnah yang dilakukan di malam hari setelah tidur. Ini menunjukkan bahwa sholat tahajud bukanlah sekadar sholat malam biasa, melainkan sholat yang dilakukan setelah masa istirahat, sebagai bentuk keikhlasan dan kesungguhan dalam beribadah. Bagi mereka yang sulit tidur, masih dapat melaksanakan sholat sunnah lainnya seperti sholat witir, sholat hajat, atau dzikir dan doa lainnya sebagai pengganti.
Bacaan Sholat Tahajud: Kebebasan Memilih Surat Al-Quran
Tata cara sholat tahajud sama dengan sholat sunnah lainnya, yaitu dilakukan dua rakaat salam. Namun, mengenai bacaan surat yang dibaca, umat Islam memiliki kebebasan memilih. Tidak ada surat tertentu yang diwajibkan atau lebih utama untuk dibaca. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS Al-Muzammil: 20, yang menganjurkan untuk membaca ayat-ayat Al-Quran yang mudah dihayati. Oleh karena itu, pemilihan surat dapat disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi masing-masing individu. Surat-surat pendek seperti Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas dapat menjadi pilihan yang praktis, sementara surat-surat panjang dapat dipilih bagi mereka yang memiliki waktu dan kemampuan yang lebih.
Beberapa pendapat ulama juga memberikan saran mengenai bacaan surat dalam sholat tahajud. Al-Habib Abdullah Al-Haddad misalnya, menganjurkan untuk membaca Al-Quran secara urut dari awal hingga akhir (mengkhatamkan Al-Quran) dalam jangka waktu tertentu, misalnya sebulan atau 40 hari. Sementara itu, buku "10 Kesaksian Pengamal Tahajud" oleh Hendri Kusuma Wahyudi, Lc, menyarankan membaca surat Al-Kafirun pada rakaat pertama dan surat Al-Ikhlas pada rakaat kedua. Kedua pendapat ini menunjukkan adanya variasi dalam praktik dan anjuran, yang penting adalah konsistensi dan keikhlasan dalam membaca Al-Quran.
Niat Sholat Tahajud: Landasan Ibadah yang Ikhlas
Sebelum memulai sholat tahajud, niat merupakan hal yang sangat penting. Niat dapat dilafadzkan atau cukup diniatkan dalam hati. Lafadz niat yang umum digunakan adalah:
" Ushalli sunnatat tahajjudi rak’ataini lillahi ta’ala. " (Aku niat sholat sunnah tahajud dua rakaat karena Allah Ta’ala).
Doa Setelah Sholat Tahajud: Menutup Ibadah dengan Doa yang Khusyu’
Setelah menyelesaikan sholat tahajud, dianjurkan untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT. Doa ini merupakan bagian integral dari ibadah tahajud, sebagai ungkapan syukur dan permohonan kepada Allah SWT. Salah satu doa yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW setelah sholat tahajud, dan terdapat dalam HR Bukhari Muslim, adalah doa panjang yang berisi pujian kepada Allah SWT, pengakuan atas keesaan-Nya, dan permohonan ampun atas dosa-dosa yang telah diperbuat. Doa ini dapat dipanjatkan dengan penuh khusyu’ dan keikhlasan, mengingat keutamaan waktu setelah sholat tahajud dalam berdoa.
Kesimpulan: Keutamaan dan Fleksibilitas Sholat Tahajud
Sholat tahajud, meskipun hukumnya sunnah muakkadah, memiliki keutamaan yang besar. Jumlah rakaat yang fleksibel, dengan minimal dua rakaat dan maksimal sebelas atau tiga belas rakaat, menunjukkan bahwa ibadah ini menekankan kualitas dan keikhlasan, bukan hanya kuantitas. Waktu pelaksanaan yang paling utama adalah sepertiga malam terakhir, setelah tidur sejenak. Kebebasan memilih bacaan surat Al-Quran dan doa setelah sholat memberikan keluasan bagi setiap individu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing. Semoga panduan ini dapat membantu umat Islam dalam memahami dan melaksanakan sholat tahajud dengan lebih baik, sehingga dapat meraih pahala dan keberkahan dari Allah SWT.