Jakarta, 28 Februari 2025 – Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia mengirimkan 1.000 dai dan daiyah ke berbagai penjuru tanah air, termasuk wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal), serta ke beberapa negara di luar negeri. Pengiriman ini merupakan bagian dari program Tarhib Ramadan 1446 H, sebuah inisiatif yang bertujuan memperkuat pemahaman dan pengamalan ajaran Islam di tengah masyarakat, sekaligus memperkokoh harmoni sosial dan budaya. Pelepasan para dai ini dilakukan dalam sebuah upacara resmi bertajuk "Ceremony Pembekalan dan Pelepasan Dai ke Wilayah 3T, Wilayah Khusus dan Imam Diaspora Indonesia di Luar Negeri Tahun 2025" di Jakarta pada Rabu, 26 Februari 2025.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Kemenag, Abu Rokhmad, secara simbolis menyerahkan bendera merah putih kepada perwakilan dai, menandai dimulainya misi dakwah yang penuh tantangan namun sarat makna ini. Program pengiriman dai ke wilayah 3T telah rutin dilakukan Kemenag sejak tahun 2022, menjelang setiap bulan Ramadan. Namun, tahun ini program tersebut mengalami perluasan jangkauan yang signifikan, tidak hanya mencakup wilayah-wilayah terpencil di Indonesia, tetapi juga menjangkau diaspora Indonesia di luar negeri.
"1.000 orang yang siap terpisah selama sebulan dengan istri maupun suami ini merupakan pengabdian luar biasa," ujar Abu Rokhmad dalam sambutannya, sembari mengapresiasi dedikasi para dai yang rela meninggalkan keluarga demi menyebarkan nilai-nilai Islam. "Perjalanan yang penuh dengan tantangan, tapi juga penuh dengan pahala yang luar biasa," tambahnya.
Lebih dari sekadar penyampaian ajaran agama, program ini juga diarahkan untuk mengatasi berbagai permasalahan sosial dan budaya yang mungkin dihadapi masyarakat di wilayah-wilayah sasaran. Para dai diharapkan mampu menjadi agen perubahan, membangun kedekatan emosional dengan masyarakat, dan menjadi jembatan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat di daerah-daerah yang sulit dijangkau.
Abu Rokhmad menekankan pentingnya dokumentasi dan evaluasi dalam program ini. Setiap dai diwajibkan untuk melaporkan aktivitasnya secara berkala, memanfaatkan media sosial sebagai alat komunikasi dan penyebaran informasi, serta membuat laporan berbasis data untuk mengukur dampak positif dari kegiatan dakwah yang dilakukan. Hal ini penting untuk memastikan efektivitas program dan memungkinkan Kemenag untuk melakukan penyesuaian dan perbaikan di masa mendatang. "Negara membutuhkan tangan-tangan kreatif dan niat baik para dai. Bantu negara ini dengan mengajak masyarakat bekerja keras sesuai bidangnya. Bangun kedekatan emosional," pesannya kepada para dai.
Tahun ini, lima dai terbaik yang merupakan juara MTQ tingkat nasional terpilih untuk bertugas di Australia, Jerman, dan Selandia Baru. Langkah ini mencerminkan komitmen Kemenag untuk memperluas akses layanan keagamaan bagi diaspora Indonesia dan sekaligus memperkuat citra Islam moderat Indonesia di mata dunia. Direktur Penerangan Agama Islam, Ahmad Zayadi, menjelaskan adanya peningkatan permintaan layanan keagamaan dari diaspora Indonesia di berbagai negara. Hal ini menunjukkan potensi besar Indonesia untuk menjadi rujukan dalam kajian dan praktik keislaman.
"Layanan keagamaan yang kita berikan bisa dilihat dari keberadaan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) yang dibangun oleh Indonesia, yang memiliki 70 persen mahasiswa asing dan 30 persen mahasiswa lokal," kata Zayadi, menunjukkan bukti nyata kontribusi Indonesia dalam dunia pendidikan Islam global.
Zayadi juga mengingatkan pentingnya pendekatan yang tepat sasaran dalam berdakwah. Para dai perlu memahami karakteristik dan konteks sosial budaya masyarakat yang mereka bina. "Dakwah perlu memperhitungkan faktor sosial dan budaya masyarakat. Dai tidak hanya bertugas menyampaikan ajaran agama, tetapi juga melakukan analisis sosial agar dakwah lebih efektif," tegasnya. Pemahaman psikologis dan spiritual mad’u (pendengar dakwah) menjadi kunci keberhasilan penyampaian pesan-pesan keagamaan.
Program besar ini tidak hanya menjadi tanggung jawab Kemenag semata. Kerja sama yang erat dengan berbagai pihak, termasuk Badan Pengelola Keuangan Haji, BAZNAS RI, Dompet Dhuafa, Bank Syariah Indonesia (BSI), BSI Maslahat, Salam Setara, YBM PLN, LAZ As-Salam fil Alamin, Baitul Mal Wal Muamalat, 10 LAZ Munzalan Indonesia, LAZ Mizan Amanah, Pondok Pesantren As’adiyah, Ma’had Aly al Mubarok, dan Pondok Pesantren Modern Dzikir Al Fath, menjadi kunci keberhasilan program ini. Sinergi ini menunjukkan komitmen bersama dalam menyebarkan nilai-nilai kebaikan dan memperkuat ukhuwah Islamiyah.
Para dai dijadwalkan berangkat pada 27 Februari 2025 dan akan menjalankan tugasnya hingga akhir Ramadan 1446 H/2025 M. Mereka akan menjadi representasi terbaik dari Indonesia, membawa pesan-pesan perdamaian, toleransi, dan moderasi dalam beragama. Program ini diharapkan mampu memperkuat pemahaman dan pengamalan ajaran Islam di berbagai wilayah, menciptakan harmoni sosial, dan memperkuat citra positif Indonesia di kancah internasional. Lebih jauh lagi, program ini diharapkan mampu menjadi model bagi negara-negara lain dalam membangun program dakwah yang efektif dan berdampak positif bagi masyarakat. Pengiriman dai ini bukan hanya sekadar program keagamaan, tetapi juga bagian integral dari upaya pemerintah dalam membangun bangsa dan negara yang berlandaskan nilai-nilai agama dan kearifan lokal. Semoga keberangkatan para dai ini diiringi keberkahan dan kemudahan dalam menjalankan tugas suci mereka.