Berbakti kepada orang tua (birrul walidain) merupakan ajaran fundamental dalam Islam, sebuah amal saleh yang dijanjikan pahala besar, bahkan menjadi penentu jalan seseorang menuju surga atau neraka. Ajaran ini ditegaskan berulang kali dalam Al-Qur’an dan Hadits, menekankan kewajiban moral dan spiritual anak kepada kedua orang tuanya, selama orang tua tersebut tidak memerintahkan kepada hal-hal yang melanggar syariat Islam. Birrul walidain mencakup berbagai bentuk kebaikan, mulai dari kasih sayang, kepatuhan, pemenuhan kebutuhan, hingga mendoakan mereka. Keengganan atau bahkan penelantaran orang tua merupakan dosa besar yang berpotensi menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka.
Artikel ini akan mengkaji sembilan dalil utama—empat dari Al-Qur’an dan lima dari Hadits—yang secara eksplisit maupun implisit menggarisbawahi pentingnya berbakti kepada orang tua sebagai kunci meraih ridho Allah SWT dan jalan menuju surga. Pemahaman yang komprehensif terhadap dalil-dalil ini diharapkan dapat memotivasi setiap individu untuk senantiasa mengamalkan birrul walidain dalam kehidupan sehari-hari.
Dalil-Dalil Al-Qur’an yang Menerangkan Keutamaan Birrul Walidain:
Keempat ayat Al-Qur’an berikut ini secara tegas memerintahkan berbuat baik kepada orang tua, menunjukkan betapa pentingnya kewajiban ini dalam pandangan Islam:
1. Surat Al-Baqarah Ayat 83:
Ayat ini, dalam konteks perjanjian Allah SWT dengan Bani Israil, mencantumkan berbuat baik kepada orang tua ( bil-walidaini ihsanan) di antara serangkaian perintah penting lainnya, seperti mentauhidkan Allah, berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, dan orang miskin, serta senantiasa berkata baik kepada sesama manusia. Penggabungan birrul walidain dengan perintah-perintah fundamental ini menunjukkan derajatnya yang sangat tinggi dalam ajaran Islam. Ketaatan kepada perintah ini menjadi bukti keimanan dan ketakwaan seseorang. Keengganan untuk memenuhi janji ini, sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut, hanya dipenuhi oleh sebagian kecil Bani Israil, menjadi gambaran betapa banyaknya manusia yang lalai dalam menjalankan kewajiban ini. Hal ini menjadi pengingat bagi kita untuk senantiasa merenungkan dan mengintrospeksi diri, apakah kita telah melaksanakan kewajiban ini dengan sebaik-baiknya.
Terjemahan bebas ayat ini: "Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia… Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling."
2. Surat An-Nisa Ayat 36:
Surat An-Nisa ayat 36 secara tegas memerintahkan untuk beribadah kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Selanjutnya, ayat ini secara langsung menyebutkan perintah berbuat baik (ihsan) kepada kedua orang tua (bil-walidaini ihsanan) bersama dengan perintah-perintah lain seperti berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga dekat dan jauh, teman, musafir, dan hamba sahaya. Ayat ini menekankan bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan angkuh. Dengan demikian, berbuat baik kepada orang tua tidak hanya merupakan kewajiban moral, tetapi juga merupakan manifestasi dari kerendahan hati dan ketaatan kepada Allah SWT. Menelantarkan orang tua justru menunjukkan sifat kesombongan dan keangkuhan yang dibenci Allah.
Terjemahan bebas ayat ini: "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri."
3. Surat Luqman Ayat 14:
Ayat ini, yang terdapat dalam kisah Luqman Al-Hakim, mengarahkan manusia untuk bersyukur kepada Allah dan kepada kedua orang tuanya. Ayat ini secara khusus menyinggung pengorbanan seorang ibu yang mengandung dan menyusui anaknya selama dua tahun, menunjukkan betapa besarnya jasa orang tua, khususnya ibu, dalam membesarkan anak. Oleh karena itu, bersyukur kepada orang tua merupakan bentuk pengakuan atas jasa dan pengorbanan mereka. Kewajiban bersyukur ini tidak hanya sebatas ucapan, tetapi juga harus diwujudkan dalam tindakan nyata berupa bakti dan kepatuhan.
Terjemahan bebas ayat ini: "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu."
4. Surat Al-An’am Ayat 151:
Mirip dengan Surat Al-Baqarah ayat 83, Surat Al-An’am ayat 151 juga menyebutkan perintah berbuat baik kepada orang tua (bil-walidaini ihsanan) di antara larangan-larangan dan perintah-perintah lainnya. Ayat ini menekankan pentingnya berbuat baik kepada orang tua sebagai bagian dari ketaatan kepada Allah SWT. Perintah ini disampaikan dalam konteks ajaran-ajaran pokok Islam, menunjukkan betapa pentingnya birrul walidain dalam membangun kehidupan yang berlandaskan iman dan taqwa.
Terjemahan bebas ayat ini: "Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak…"
Dalil-Dalil Hadits yang Menerangkan Keutamaan Birrul Walidain:
Hadits-hadits Nabi Muhammad SAW lebih lanjut memperjelas dan memperkuat ajaran birrul walidain, memberikan gambaran yang lebih detail tentang bagaimana seharusnya seorang anak berbakti kepada orang tuanya:
1. Hadits tentang Amalan Paling Utama:
Hadits riwayat Bukhari dan Muslim ini secara jelas menempatkan berbakti kepada orang tua sebagai amal saleh paling utama setelah mendirikan shalat tepat waktu. Hal ini menunjukkan tingginya kedudukan birrul walidain dalam ajaran Islam. Bahkan, dibandingkan dengan jihad fi sabilillah, berbakti kepada orang tua ditempatkan pada urutan kedua, menunjukkan betapa pentingnya kewajiban ini. Ini bukan berarti jihad kurang penting, tetapi menekankan bahwa berbakti kepada orang tua merupakan pondasi utama dalam kehidupan seorang muslim.
Terjemahan bebas hadits ini: "…Apakah amal paling utama? ‘Salat pada waktunya,’ jawab Rasul. Ia bertanya lagi, ‘Lalu apa?’ ‘Lalu berbakti kepada kedua orang tua,’ jawabnya. Ia lalu bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ ‘Jihad di jalan Allah,’ jawabnya…"
2. Hadits tentang Merawat Orang Tua sebagai Jihad:
Hadits ini menggambarkan merawat orang tua sebagai bentuk jihad. Jihad umumnya diartikan sebagai perjuangan di jalan Allah, tetapi hadits ini memperluas pengertian jihad dengan mencakup perawatan dan pengabdian kepada orang tua yang telah lanjut usia. Ini menunjukkan bahwa berbakti kepada orang tua merupakan bentuk perjuangan spiritual yang sangat mulia dan bernilai pahala besar di sisi Allah SWT. Merawat orang tua yang sudah renta, yang membutuhkan bantuan dan perhatian ekstra, merupakan bentuk pengorbanan yang sangat besar dan patut dihargai.
Terjemahan bebas hadits ini: "…Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ ‘Masih,’ jawabnya. Rasulullah saw mengatakan, ‘Pada (perawatan) keduanya, berjihadlah…’"
3. Hadits tentang Orang Tua sebagai Penentu Surga dan Neraka:
Hadits ini dengan tegas menyatakan bahwa orang tua merupakan penentu jalan anak menuju surga atau neraka. Ini bukan berarti orang tua memiliki kuasa mutlak atas takdir anak, tetapi menunjukkan betapa besar pengaruh perlakuan anak kepada orang tuanya terhadap kehidupan akhiratnya. Berbakti kepada orang tua akan menjadi wasilah untuk meraih ridho Allah dan surga, sedangkan sebaliknya, menelantarkan orang tua dapat menjadi sebab masuk neraka.
Terjemahan bebas hadits ini: "…Mereka adalah surgamu dan nerakamu."
4. Hadits tentang Celaka yang Menelantarkan Orang Tua:
Hadits ini secara eksplisit menyatakan celaka bagi mereka yang menelantarkan orang tuanya, khususnya ketika orang tua tersebut telah lanjut usia dan membutuhkan perawatan. Pengulangan kata "celaka" tiga kali menunjukkan betapa seriusnya dosa ini dalam pandangan Islam. Ini menjadi peringatan keras bagi setiap anak agar senantiasa memperhatikan dan merawat orang tuanya, sebelum menyesal di kemudian hari.
Terjemahan bebas hadits ini: "Sungguh celaka, kemudian sungguh celaka, kemudian sungguh celaka… Seseorang yang mendapati orang tuanya, salah satu atau keduanya dalam kondisi tua, namun hal itu tidak menjadikannya masuk surga."
Kesimpulan:
Dari sembilan dalil di atas, baik dari Al-Qur’an maupun Hadits, jelas terlihat betapa pentingnya berbakti kepada orang tua dalam ajaran Islam. Birrul walidain bukan sekadar kewajiban moral, tetapi merupakan ibadah yang sangat mulia dan bernilai pahala besar. Ia menjadi kunci meraih ridho Allah SWT dan jalan menuju surga. Oleh karena itu, setiap individu muslim hendaknya senantiasa mengamalkan birrul walidain dalam kehidupan sehari-hari, dengan penuh keikhlasan dan kesadaran akan besarnya pahala yang akan didapatkan. Menghormati, menyayangi, dan merawat orang tua merupakan investasi akhirat yang tak ternilai harganya. Semoga kita semua senantiasa diberi kekuatan dan hidayah untuk senantiasa berbakti kepada orang tua kita.