Jakarta, 2 Februari 2024 – Dalam konteks Visi Indonesia Emas 2045 yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto, peran Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi massa Islam terbesar di Indonesia semakin krusial. Asta Cita, program pembangunan nasional yang menjadi landasan visi tersebut, menitikberatkan pada kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, serta pengembangan ekonomi kreatif, hijau, dan biru. Untuk mencapai hal ini, penguatan ekonomi keumatan menjadi kunci, dan peran ulama NU dalam memajukan sektor ini tak dapat diabaikan.
Sarasehan Ulama yang akan diselenggarakan pada Selasa, 4 Februari 2024, pukul 13.00 WIB, merupakan manifestasi nyata dari upaya tersebut. Acara yang bertema "Asta Cita dalam Perspektif Ulama NU" ini diinisiasi oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sebagai wadah konsolidasi gagasan dan program kerja NU dalam mendukung pembangunan nasional. Lebih spesifik lagi, sarasehan ini akan membahas implementasi Asta Cita, khususnya poin ke-5, 6, dan 8 yang berfokus pada pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Pentingnya peran ulama dalam pembangunan ekonomi telah ditekankan oleh berbagai pihak. Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang peran ulama dalam pengentasan kemiskinan di Kota Tasikmalaya, misalnya, menunjukkan bahwa ulama selalu menjadi rujukan utama masyarakat. Ketokohan dan pengetahuan agama yang mendalam menjadikan mereka figur yang berpengaruh dan dihormati. Hal senada disampaikan oleh Ketua Fraksi PKB DPR RI, Jazilul Fawaid (Gus Jazil). Ia menekankan pentingnya pemberdayaan ekonomi warga Nahdliyin yang mayoritas berada di pedesaan dan memiliki keterbatasan ekonomi.
"Warga NU ini umumnya di pedesaan, para petani, nelayan, pedagang kecil dan sebagainya yang perlu untuk lebih diberdayakan lagi secara ekonomi. Nah, perjuangan NU ke depan harus dimulai ke arah sana," ujar Gus Jazil. Pernyataan ini menggarisbawahi sejarah panjang NU dalam perjuangan bangsa, sejak sebelum kemerdekaan hingga era reformasi. NU, melalui para ulama dan kiai-nya, selalu berperan aktif dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan memperjuangkan kesejahteraan rakyat.
Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) telah mengambil langkah proaktif dengan meluncurkan tiga program unggulan untuk mengembangkan ekonomi keumatan: "Bisa Kerja," "Bisa Bisnis," dan "UMKM Meroket." Program-program ini dirancang untuk memberdayakan masyarakat di berbagai sektor ekonomi, sekaligus menjadi landasan bagi peran ulama dalam membangkitkan ekonomi berbasis keumatan. Sarasehan Ulama ini diharapkan akan lebih jauh membahas strategi dan implementasi program-program tersebut.
NU sendiri, yang berdiri sejak 31 Januari 1936, memiliki visi yang selaras dengan cita-cita pembangunan nasional. Tujuan utama NU adalah memberdayakan umat, menjaga nilai-nilai keislaman, dan memperjuangkan keadilan sosial. Peringatan Harlah NU ke-99 pada 16 Januari 2025 menjadi momentum penting untuk menguatkan komitmen tersebut.
Sarasehan Ulama kali ini akan membahas secara mendalam konsep pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan memaksimalkan potensi lokal. Fokus utamanya adalah pada hilirisasi, industrialisasi, pemerataan ekonomi, dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Diskusi ini akan menghadirkan narasumber-narasumber terkemuka, salah satunya adalah Chairul Tanjung, CEO CT Corp. Kehadiran beliau diharapkan dapat memberikan perspektif dunia usaha dalam konteks pembangunan ekonomi keumatan.
Acara ini terbagi dalam beberapa sesi. Sesi pertama akan membahas "Kolaborasi untuk Penguatan SDM yang Berdaya Saing Tinggi Menuju Indonesia Emas," dengan narasumber Rais Syuriah PBNU Prof Dr Ir KH Mohammad Nuh, DEA. Sesi ini akan menguraikan pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas sebagai pondasi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Sesi kedua, yang menjadi inti dari sarasehan ini, akan membahas "Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan dengan Memaksimalkan Potensi Lokal yang Fokus pada Hilirisasi, Industrialisasi, Pemerataan Ekonomi, dan Kesejahteraan Rakyat." Sesi ini akan menjelajahi strategi konkret untuk mengembangkan ekonomi keumatan dengan memanfaatkan potensi lokal dan mendorong hilirisasi industri.
Sesi terakhir akan membahas "Memperkokoh Ideologi Pancasila dan Menguatkan Sistem Pertahanan Negara Menuju Masyarakat Indonesia yang Adil, Makmur Tanpa Korupsi." Sesi ini akan menghubungkan pembangunan ekonomi dengan penguatan ideologi dan sistem pertahanan negara sebagai pilar utama kestabilan dan kemajuan bangsa. Sesi ini akan dimoderatori oleh Pengurus LPTNU Prof Ahmad Tholabi Kharlie.
Ketiga sesi tersebut akan menghadirkan pembicara-pembicara yang representatif dari berbagai kalangan. Sesi yang membahas Asta Cita poin 1, 2, dan 7 akan menghadirkan tokoh-tokoh penting NU, seperti Alissa Wahid (putri sulung Gus Dur dan Ketua PBNU), Wakil Rais Aam PBNU KH Afifuddin Muhajir, dan Ketua Lakpesdam PBNU KH Ulil Abshar Abdalla. Kehadiran mereka diharapkan dapat memberikan wawasan yang komprehensif dan menghasilkan rekomendasi yang bermanfaat bagi pembangunan nasional.
Sarasehan Ulama ini diharapkan dapat menjadi wadah yang efektif untuk menyatukan gagasan, visi, dan program kerja NU dalam mendukung pencapaian Visi Indonesia Emas 2045. Dengan melibatkan para ulama, tokoh masyarakat, dan pakar ekonomi, acara ini diharapkan mampu menghasilkan rumusan strategi yang konkret dan terukur untuk memajukan ekonomi keumatan dan mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, dan berdaulat. Bagi masyarakat yang ingin menyaksikan acara ini, siaran langsung dapat diakses melalui live streaming di detikcom. Partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat sangat diharapkan untuk mendukung terwujudnya Indonesia Emas 2045.