Jakarta, [Tanggal Penulisan Berita] – Indonesia memasuki babak baru kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dengan agenda besar mewujudkan “Asta Cita”, delapan prioritas strategis pembangunan nasional. Konsep yang menjanjikan kemajuan bangsa dengan pendekatan berkeadilan ini menjadi fokus utama Sarasehan Ulama Nahdlatul Ulama (NU) 2025, sebuah forum penting yang akan digelar pada 4 Februari 2025 di The Sultan Hotel & Residence, Jakarta. Dengan tema “Asta Cita dalam Perspektif Ulama NU”, acara ini diharapkan mampu memberikan kontribusi intelektual dan spiritual dalam mengawal implementasi program pemerintah tersebut.
Asta Cita, yang mencakup peningkatan lapangan kerja, penguatan sumber daya manusia (SDM), pemerataan ekonomi, dan reformasi politik dan hukum, merupakan tantangan besar yang membutuhkan kolaborasi seluruh elemen bangsa. NU, sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, berkomitmen penuh untuk turut serta dalam merealisasikan cita-cita tersebut. Hal ini ditegaskan oleh Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Saifullah Yusuf, yang beberapa waktu lalu menyatakan komitmen NU untuk berkolaborasi dengan pemerintah dalam memperkuat masyarakat dan membangun Indonesia yang lebih adil dan makmur.
“Yang diangkat tahun ini kita ingin mengikuti Asta Citanya presiden dengan memperkuat masyarakat. Kita ingin bekerja bersama umat menuju Indonesia yang maslahat dalam rangka merealisasikan Asta Cita,” ujar Saifullah. Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya penguatan keluarga sebagai fondasi utama pembangunan bangsa. “Karena memang ini harus diperkuat di masyarakat, kita ingin bekerja bersama umat menuju Indonesia yang maslahat dalam rangka merealisasikan Asta Cita. Bagaimana memperkuat keluarga jadi awal dimulainya sesuatu dan benteng terakhir,” tambahnya.
Sarasehan Ulama NU 2025 bukan sekadar acara seremonial. Forum ini dirancang sebagai ruang diskusi kritis dan konstruktif, menganalisis Asta Cita melalui lensa nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin. Para ulama NU, dengan kearifan dan wawasan keislamannya, akan memberikan perspektif yang mendalam terkait keselarasan program pemerintah dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Prinsip kemaslahatan umat (maslahah), yang menjadi ruh ajaran Islam, akan menjadi landasan utama dalam pengkajian Asta Cita.
Lima pilar utama Maqashid Syariah – perlindungan terhadap agama (hifzhud din), jiwa (hifzhun nafs), akal (hifzhul aql), keturunan (hifzhun nasl), dan harta (hifzhul mal) – akan menjadi kerangka analisis dalam mengevaluasi sejauh mana Asta Cita mampu mewujudkan kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Program peningkatan lapangan kerja, penguatan SDM, dan pemerataan ekonomi, misalnya, akan dikaji kesesuaiannya dengan prinsip-prinsip Maqashid Syariah dalam melindungi harta dan menjamin kehidupan yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat. Begitu pula dengan reformasi politik dan hukum, yang diharap mampu menciptakan sistem yang adil, transparan, dan akuntabel, sejalan dengan prinsip perlindungan jiwa dan akal.
Sarasehan ini akan dibagi dalam beberapa panel diskusi yang membahas aspek-aspek krusial Asta Cita. Salah satu panel akan fokus pada peningkatan kesejahteraan rakyat melalui penguatan SDM dan pengembangan kewirausahaan. Diskusi ini akan menelusuri bagaimana ajaran dan praktik Nabi Muhammad SAW dalam membangun kualitas SDM di zamannya dapat diadaptasi dan diterapkan dalam konteks modern Indonesia. Para ulama akan berbagi pengetahuan dan pengalaman, menawarkan solusi inovatif untuk meningkatkan kualitas SDM yang berdaya saing dan berakhlak mulia.
Asta Cita juga menyoroti sektor ekonomi, khususnya melalui program hilirisasi dan industrialisasi. Program ini bertujuan memaksimalkan potensi sumber daya alam lokal dan meningkatkan nilai tambah produk Indonesia. Panel diskusi khusus akan membahas keselarasan program hilirisasi dan industrialisasi dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam. Para ulama akan mengkaji apakah program tersebut mampu menciptakan sistem ekonomi yang adil, menghindari eksploitasi, dan memberikan manfaat yang merata bagi seluruh lapisan masyarakat. Konsep perdagangan yang adil, larangan riba, dan pentingnya zakat akan menjadi bagian penting dalam diskusi ini.
Panel selanjutnya akan menelaah aspek demokrasi dan hak asasi manusia (HAM) dalam konteks Islam. Diskusi ini akan mengeksplorasi bagaimana ajaran Islam mengajarkan prinsip-prinsip demokrasi yang berlandaskan keadilan dan kebebasan, serta peran ulama dalam memperkuat sistem pertahanan negara dan memberantas korupsi. Ulama akan memberikan perspektif Islam tentang pentingnya penegakan hukum, perlindungan HAM, dan peran serta masyarakat dalam membangun negara yang kuat dan bermartabat.
Sarasehan Ulama NU 2025 bukanlah acara tertutup. Acara ini didukung oleh Bank Syariah Indonesia dan MIND ID, menunjukkan komitmen sektor swasta dalam mendukung upaya pembangunan bangsa yang berlandaskan nilai-nilai agama. Publik dapat menyaksikan langsung jalannya acara melalui live streaming di detik.com pada pukul 13.00 WIB, memberikan kesempatan bagi masyarakat luas untuk turut serta dalam perbincangan penting ini.
Kesimpulannya, Sarasehan Ulama NU 2025 merupakan momen krusial dalam mengawal implementasi Asta Cita. Forum ini bukan hanya sekadar membahas program pemerintah, tetapi juga memberikan perspektif Islam yang komprehensif dan konstruktif dalam membangun Indonesia yang lebih adil, makmur, dan bermartabat. Dengan menggabungkan kearifan ulama NU dan komitmen pemerintah, diharapkan Asta Cita dapat menjadi tonggak sejarah dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia. Partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat, termasuk melalui pemantauan live streaming, sangat penting untuk keberhasilan program ini. Semoga Sarasehan Ulama NU 2025 dapat menjadi inspirasi dan momentum bagi terwujudnya Indonesia yang lebih baik di masa depan.