Ka’bah, kiblat umat Islam sedunia, berdiri megah sebagai simbol persatuan dan tempat suci bagi seluruh muslim. Bangunan agung ini, yang telah mengalami berbagai renovasi sepanjang sejarah, memiliki empat sudut utama yang dikenal sebagai rukun: Hajar Aswad, Rukun Syami, Rukun Iraqi, dan Rukun Yamani. Dari keempatnya, Rukun Yamani menyimpan keistimewaan tersendiri, khususnya bagi para jamaah umrah yang melaksanakan thawaf. Keutamaan ini telah diwariskan melalui riwayat dan hadits, menjadikannya titik fokus spiritual yang mendalam.
Rukun Yamani: Sejarah dan Lokasinya
Rukun Yamani terletak di sudut barat daya Ka’bah, tepat sebelum Hajar Aswad jika dilihat dari arah perputaran thawaf. Nama "Yamani" sendiri merujuk pada letaknya yang menghadap ke arah Yaman, wilayah selatan Mekkah. Keunikan Rukun Yamani terletak pada sejarahnya yang terhubung langsung dengan bangunan asli Ka’bah yang didirikan oleh Nabi Ibrahim AS. Berbeda dengan dua sudut lainnya di sisi utara, Rukun Yamani merupakan bagian yang tersisa dari konstruksi awal. Dua sudut utara tersebut, menurut catatan sejarah, dibongkar oleh kaum Quraisy saat melakukan renovasi Ka’bah karena keterbatasan dana halal yang tersedia. Keberadaan Rukun Yamani sebagai bagian dari struktur asli Ka’bah memberikannya aura historis dan spiritual yang kuat.
Sunnah Menyentuh dan Mencium Rukun Yamani
Para ulama sepakat bahwa menyentuh Rukun Yamani merupakan sunnah yang dianjurkan bagi para jamaah yang melakukan thawaf. Keutamaan ini tidak dimiliki oleh rukun-rukun Ka’bah lainnya. Hadits dan riwayat dari sahabat Nabi SAW memperkuat anjuran ini. Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh as-Sunnah 3 (terjemahan Abdurrahim dan Masrukhin) menyebutkan sunnah tersebut. Ibnu Umar RA, salah satu sahabat Nabi yang terpercaya, menyatakan, "Aku tidak mengetahui Nabi SAW menyentuh rukun (pokok Ka’bah) kecuali dua: Rukun Yamani dan Hajar Aswad." Lebih lanjut, Ibnu Umar RA menegaskan komitmennya untuk selalu menyentuh kedua rukun tersebut, baik dalam keadaan senang maupun susah, menunjukkan betapa pentingnya tindakan ini dalam konteks ibadah. Pernyataan ini merefleksikan konsistensi dan keteguhan beliau dalam menjalankan sunnah Nabi SAW.
Riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak hanya menyentuh, tetapi juga mencium Rukun Yamani. Ibnu Abbas RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW mencium Rukun Yamani dan meletakkan pipinya di atasnya. Riwayat dari Ali RA menambahkan bahwa Nabi SAW bahkan menempelkan kedua pipinya pada Rukun Yamani, memohon surga kepada Allah SWT dan memohon perlindungan dari api neraka. Tindakan-tindakan ini menunjukkan penghormatan dan kerendahan hati Nabi SAW di hadapan Rukun Yamani, sekaligus memperkuat keyakinan akan keutamaan spiritualnya.
Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban juga menegaskan keutamaan Rukun Yamani dan Hajar Aswad. Hadits tersebut berbunyi: "Sungguh Hajar Aswad dan Rukun Yamani dapat menghapus dosa-dosa." (Perlu dicatat bahwa redaksi hadits ini perlu diverifikasi dari sumber rujukan yang terpercaya dan sahih). Hadits ini secara eksplisit mengaitkan sentuhan pada kedua rukun tersebut dengan penghapusan dosa, sebuah janji ampunan yang sangat berarti bagi setiap muslim. Hal ini menjadi motivasi spiritual yang mendalam bagi para jamaah untuk berusaha menyentuh Rukun Yamani selama thawaf.
Prof. Said Muhammad Bakdasy dalam bukunya, Fadhlu Hajar Aswad wa Maqam Ibrahim (terjemahan Gumilar Irfanullah), juga menguatkan riwayat tentang Rasulullah SAW yang mencium Rukun Yamani. Buku ini menjadi rujukan tambahan yang memperkaya pemahaman tentang keutamaan Rukun Yamani. Penggunaan sumber-sumber rujukan yang beragam dan terpercaya, seperti kitab Fiqh as-Sunnah, riwayat dari sahabat Nabi, dan buku-buku karya para ulama, menunjukkan kevalidan dan kekuatan argumen mengenai keistimewaan Rukun Yamani.
Rukun Yamani: Pintu Surga dan Sungai Penghapus Dosa
Imam Ja’far Al-Shadiq, salah satu imam mazhab Syiah, menggambarkan Rukun Yamani sebagai "pintu surga yang belum Allah tutup sejak membukanya." Beliau juga menyamakannya dengan "sungai dari surga yang dilemparkan padanya perbuatan-perbuatan para hamba-Nya." Metafora yang kuat ini menggambarkan Rukun Yamani sebagai perantara menuju ampunan dan surga. Sentuhan pada Rukun Yamani, menurut Imam Ja’far Al-Shadiq, dianggap sebagai perantara untuk memasuki surga dan membersihkan dosa-dosa. Penggunaan metafora pintu surga dan sungai penghapus dosa memperkuat dimensi spiritual dan harapan ampunan yang terkait dengan Rukun Yamani.
Pernyataan Imam Ja’far Al-Shadiq ini memberikan perspektif tambahan tentang keutamaan Rukun Yamani. Meskipun berasal dari mazhab Syiah, pernyataan ini tetap relevan dalam konteks pemahaman umum tentang keutamaan Rukun Yamani sebagai tempat yang dipenuhi berkah dan ampunan. Hal ini menunjukkan bahwa keyakinan akan keutamaan Rukun Yamani dianut oleh berbagai kalangan umat Islam.
Kesimpulan:
Rukun Yamani, sebagai salah satu sudut Ka’bah yang memiliki sejarah panjang dan keutamaan spiritual, merupakan titik fokus penting bagi para jamaah umrah yang melaksanakan thawaf. Anjuran untuk menyentuh dan mencium Rukun Yamani, yang didukung oleh hadits dan riwayat dari sahabat Nabi SAW, menunjukkan keistimewaannya. Metafora Rukun Yamani sebagai pintu surga dan sungai penghapus dosa semakin memperkuat dimensi spiritual dan harapan ampunan yang terkait dengannya. Bagi para jamaah, sentuhan pada Rukun Yamani bukan hanya sekadar tindakan fisik, tetapi juga merupakan manifestasi dari keimanan, kerendahan hati, dan harapan akan ampunan Allah SWT. Pengalaman spiritual yang didapat dari menyentuh Rukun Yamani menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan spiritual umrah yang penuh makna. Namun, penting untuk selalu mengacu pada sumber-sumber rujukan yang terpercaya dan sahih dalam memahami dan menjalankan ibadah umrah.