Jakarta, Republika.co.id — Hasil survei terbaru Parameter Politik Indonesia menunjukkan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil (RK)-Suswono, masih memimpin perolehan elektabilitas. Namun, persaingan menuju Pilgub DKI Jakarta 2024 masih sangat ketat, dengan 42,6 persen pemilih yang masih belum menentukan pilihan.
Direktur Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, dalam keterangannya pada Rabu (30/10/2024), menyatakan bahwa RK-Suswono unggul dengan elektabilitas 47,8 persen, unggul 9,8 persen dari pasangan Pramono-Rano yang meraih 38,0 persen. Pasangan Dharma-Kun berada di posisi ketiga dengan dukungan 4,3 persen pemilih.
Meskipun memimpin, elektabilitas RK-Suswono tercatat lebih rendah 5,6 persen dibandingkan dengan elektabilitas Ridwan Kamil secara perorangan yang mencapai 53,4 persen. Fenomena serupa juga terjadi pada pasangan Pramono-Rano, di mana elektabilitas mereka lebih rendah 14 persen dibandingkan dengan elektabilitas Rano Karno secara perorangan yang mencapai 52 persen.
"Hal ini menunjukkan bahwa kedua tokoh besar, baik RK maupun Rano, memiliki kesamaan problem, yaitu memiliki pasangan yang belum mampu mengimbangi kekuatan mereka," ungkap Adi.
Survei Parameter Politik Indonesia juga mengungkap fakta menarik lainnya. Sebanyak 32,7 persen pemilih di Pilgub DKI Jakarta masih belum loyal dan berpotensi untuk mengubah pilihannya ke pasangan lain. Ditambah dengan 9,9 persen pemilih yang belum menentukan pilihan, total terdapat 42,6 persen pemilih mengambang yang masih bisa melabuhkan pilihannya ke calon manapun.
"Mayoritas pemilih mengambang baru akan memastikan pilihannya jelang hari H pencoblosan. Karena itu, segala kemungkinan masih dapat terjadi dalam waktu satu bulan ke depan," tegas Adi.
Kondisi ini menunjukkan bahwa persaingan Pilgub DKI Jakarta masih sangat dinamis dan penuh ketidakpastian. Ketiga pasangan calon masih memiliki peluang untuk meraih kemenangan, tergantung pada strategi dan agresivitas mesin kampanye mereka.
"Kemenangan di Pilgub DKI Jakarta akan sangat bergantung dari kekuatan strategi dan agresivitas mesin kampanye ketiga paslon. Menurut dia, setiap paslon masih harus berupaya hingga masa kampanye berakhir," kata Adi.
Survei Parameter Politik Indonesia dilakukan dengan metode multistage random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 1.200 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan metode face to face interview menggunakan kuisioner, yang dilakukan pada 21-25 Oktober 2024. Tingkat kepercayaan survei ini adalah 95 persen dengan margin of error sebesar 2,8 persen.
Hasil survei ini menunjukkan bahwa Pilgub DKI Jakarta 2024 masih menjadi pertarungan yang sengit. Ketiga pasangan calon masih memiliki peluang untuk meraih kemenangan, dan pergerakan pemilih mengambang akan menjadi faktor penentu dalam menentukan siapa yang akan memimpin Ibukota dalam lima tahun ke depan.
Analisis Lebih Dalam:
Survei Parameter Politik Indonesia memberikan gambaran yang menarik tentang dinamika Pilgub DKI Jakarta. Berikut beberapa poin penting yang dapat dianalisis lebih lanjut:
- Elektabilitas RK-Suswono yang Masih Tinggi: Meskipun unggul, elektabilitas RK-Suswono yang lebih rendah dibandingkan dengan elektabilitas Ridwan Kamil secara perorangan menunjukkan bahwa Suswono belum mampu sepenuhnya mengimbangi kekuatan RK. Hal ini menjadi tantangan bagi pasangan ini untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitas Suswono di mata pemilih.
- Potensi Pergeseran Dukungan Pemilih: Adanya 32,7 persen pemilih yang belum loyal dan 9,9 persen pemilih yang belum menentukan pilihan menunjukkan bahwa masih banyak pemilih yang belum menentukan pilihannya. Hal ini memberikan peluang bagi ketiga pasangan calon untuk menarik dukungan dari pemilih mengambang.
- Peran Strategi Kampanye: Kemenangan di Pilgub DKI Jakarta akan sangat bergantung pada strategi dan agresivitas mesin kampanye ketiga paslon. Pasangan calon yang mampu memaksimalkan strategi kampanye dan menjangkau pemilih mengambang akan memiliki peluang lebih besar untuk meraih kemenangan.
Implikasi bagi Pasangan Calon:
Hasil survei ini memberikan beberapa implikasi bagi ketiga pasangan calon: