Jakarta – Dalam khazanah keislaman, Ratib Al-Haddad dikenal sebagai rangkaian doa dan dzikir pilihan yang dirangkai dengan rujukan pada beberapa surah Al-Qur’an dan hadits. Kumpulan wirid ini bukan sekadar kumpulan bacaan, melainkan warisan spiritual dari seorang ulama besar, Imam Abdullah bin Alawi Al-Haddad, yang silsilah nasabnya terhubung langsung dengan Rasulullah SAW. Popularitasnya yang meluas, bahkan membuatnya sering disebut sebagai Al-Ratib Al-Syahir (Ratib yang Termasyhur), menunjukkan betapa signifikannya peran dan manfaatnya bagi umat Islam. Artikel ini akan mengupas tuntas Ratib Al-Haddad, mulai dari asal-usulnya, waktu terbaik untuk membacanya, keutamaannya, hingga tata cara lengkap bacaan Arab, latin, dan terjemahannya.
Asal-Usul dan Latar Belakang Ratib Al-Haddad
Nama "Ratib Al-Haddad" sendiri merupakan gabungan dua kata: "Ratib" dan "Al-Haddad." "Ratib," dalam konteks ini, merujuk pada susunan doa dan dzikir yang diambil dari sumber-sumber autentik Islam, Al-Qur’an dan hadits. Sementara "Al-Haddad" mengacu pada nama penyusunnya, yaitu Imam Abdullah bin Alawi Al-Haddad, seorang ulama terkemuka yang hidup di Hadhramaut, Yaman.
Menurut berbagai literatur keagamaan, seperti Majmu’ Syarif yang disusun oleh Puspa Swara dan Manajemen Diri karya Ahmad Hosaini, Ratib Al-Haddad dirangkai pada malam Lailatul Qadar, tepatnya tanggal 27 Ramadhan tahun 1071 Hijriah. Proses penyusunannya dilatarbelakangi oleh kondisi sosial keagamaan di Hadhramaut saat itu. Munculnya pengaruh Syiah Zaidiyah yang meresahkan sebagian masyarakat Hadhramaut mendorong para tokoh agama setempat untuk meminta Imam Al-Haddad merangkai dzikir-dzikir yang berlandaskan sunnah Nabi Muhammad SAW.
Tujuan utama penyusunan Ratib Al-Haddad adalah untuk memperkuat akidah dan keimanan penduduk Hadhramaut, sekaligus menjadi benteng pertahanan terhadap penyebaran ajaran yang menyimpang. Rangkaian doa dan dzikir ini diharapkan mampu membentengi umat dari perselisihan dan perpecahan yang dapat merusak persatuan dan kesatuan umat Islam. Dalam konteks ini, Ratib Al-Haddad tidak hanya berfungsi sebagai ibadah ritual, tetapi juga sebagai instrumen dakwah dan pemersatu umat.
Waktu Terbaik Membaca Ratib Al-Haddad dan Keutamaannya
Waktu yang paling dianjurkan untuk membaca Ratib Al-Haddad adalah setelah salat Isya secara berjamaah. Praktik ini telah lazim dilakukan di berbagai daerah yang mengamalkan Ratib Al-Haddad. Imam Al-Haddad sendiri menekankan pentingnya membaca ratib ini dengan penuh keyakinan dan keikhlasan. Keyakinan yang mendalam dalam mengamalkan Ratib Al-Haddad diyakini akan memberikan perlindungan dari pengaruh ajaran sesat, sesuai dengan sabda Nabi SAW tentang pentingnya menjaga keimanan.
Pada bulan Ramadhan, mengingat padatnya jadwal ibadah, khususnya salat Tarawih, waktu membaca Ratib Al-Haddad dapat dimajukan sebelum salat Isya, agar tidak mengganggu pelaksanaan ibadah lainnya. Hal ini menunjukkan fleksibilitas dalam mengamalkan Ratib Al-Haddad sesuai dengan konteks dan situasi.
Selain waktu-waktu tersebut, Al-Marhum Habib Ahmad Masyhur bin Taha Al-Haddad, salah satu keturunan Imam Al-Haddad, juga menganjurkan pembacaan Ratib Al-Haddad pada saat-saat tertentu, terutama ketika menghadapi kesulitan atau memiliki keperluan khusus. Keyakinan akan pertolongan Allah SWT melalui amalan ini diyakini akan memberikan keberkahan dan perlindungan dari bahaya serta kesulitan hidup.
Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi, ulama lain yang juga memahami dan mengamalkan Ratib Al-Haddad, menambahkan satu amalan yang dapat memperkuat manfaat Ratib Al-Haddad. Beliau menyatakan bahwa siapa pun yang membaca Ratib Al-Haddad dengan penuh keyakinan dan iman, serta melengkapinya dengan membaca kalimat "La ilaha illallah" sebanyak seratus kali (meskipun biasanya cukup lima puluh kali), akan mendapatkan karunia dan pertolongan Allah SWT yang luar biasa. Amalan ini menunjukkan bahwa Ratib Al-Haddad dapat dimaksimalkan manfaatnya dengan pengamalan dzikir lainnya yang sesuai dengan ajaran Islam.
Susunan Bacaan Ratib Al-Haddad Lengkap
Berikut adalah susunan bacaan Ratib Al-Haddad lengkap, yang terdiri dari beberapa bagian utama:
-
Pembukaan (Al-Fatihah): Diawali dengan membaca surah Al-Fatihah, disertai dengan kalimat penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Hal ini menunjukkan penghormatan dan kecintaan kepada Nabi sebagai uswah hasanah.
-
Ayat Kursi (QS. Al-Baqarah: 255): Ayat Kursi, yang merupakan ayat paling agung dalam Al-Qur’an, dibaca sebagai inti dari perlindungan dan kekuatan spiritual.
-
Dua Ayat Terakhir Surah Al-Baqarah: Dua ayat terakhir surah Al-Baqarah juga memiliki keutamaan dan manfaat yang besar dalam menjaga diri dari gangguan dan bahaya.
-
Tahlil, Tasbih, Tahmid, Shalawat, dan Doa: Bagian ini terdiri dari rangkaian dzikir yang umum diamalkan dalam Islam, seperti tahlil (La ilaha illallah), tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), shalawat (Shalallahu alaihi wassalam), dan doa-doa pilihan. Rangkaian dzikir ini bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan kedekatan dengan Allah SWT.
-
Surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas: Ketiga surah ini merupakan surah-surah pendek yang memiliki keutamaan besar, khususnya sebagai perlindungan dari gangguan jin dan kejahatan.
-
Doa-doa, Dzikir, dan Istighfar: Bagian ini memuat berbagai doa dan dzikir pilihan, termasuk istighfar (permohonan ampun) yang bertujuan untuk membersihkan diri dari dosa dan kesalahan. Doa-doa ini dipanjatkan dengan harapan agar dikabulkan oleh Allah SWT.
-
Penutup: Bagian penutup berisi doa-doa penutup dan permohonan perlindungan dari kejahatan, serta permohonan agar wafat dalam keadaan husnul khatimah (mati dalam keadaan baik).
(Catatan: Karena keterbatasan ruang, teks Arab, Latin, dan terjemahan lengkap dari seluruh bagian Ratib Al-Haddad tidak dapat disertakan di sini. Pembaca dianjurkan untuk mencari teks lengkapnya dari sumber-sumber terpercaya, seperti buku-buku keagamaan atau situs web resmi yang membahas Ratib Al-Haddad.)
Kesimpulan
Ratib Al-Haddad bukan sekadar kumpulan doa dan dzikir biasa, melainkan warisan spiritual yang sarat makna dan manfaat. Asal-usulnya yang terkait dengan upaya memperkuat akidah dan membentengi umat dari pengaruh ajaran sesat, serta keutamaannya yang telah dibuktikan oleh banyak orang, menjadikan Ratib Al-Haddad sebagai amalan yang sangat dianjurkan untuk diamalkan. Dengan memahami asal-usul, waktu terbaik, keutamaan, dan tata cara membacanya, diharapkan umat Islam dapat memaksimalkan manfaat Ratib Al-Haddad dalam kehidupan spiritual dan keseharian mereka. Namun, perlu diingat bahwa keutamaan Ratib Al-Haddad, seperti amalan-amalan lainnya, bergantung pada niat yang ikhlas dan keyakinan yang kuat kepada Allah SWT. Semoga Allah SWT senantiasa meridai dan memberikan keberkahan kepada kita semua.