Jakarta – Jauh sebelum cahaya Islam menerangi Jazirah Arab, sebuah peristiwa misterius tercatat dalam lembaran sejarah pra-Islam Yaman. Kisah ini, yang diabadikan dalam Sirah Nabawiyah Ibnu Ishaq (dengan syarah dan tahqiq Ibnu Hisyam, serta terjemahan Ali Nurdin), mengungkap ramalan para dukun terkemuka Yaman tentang kelahiran seorang nabi suci, pembawa kebenaran yang akan mengubah jalannya peradaban. Ramalan ini, yang disampaikan melalui penafsiran mimpi Raja Rabi’ah bin Nashr, menyimpan petunjuk-petunjuk gaib yang mengarah pada sosok Nabi Muhammad SAW.
Raja Rabi’ah bin Nashr, penguasa Yaman yang diselimuti kekhawatiran, terusik oleh mimpi buruk yang menghantuinya. Kegelisahan yang mendalam mendorongnya untuk mengumpulkan para ahli nujum, peramal, tukang sihir, dan dukun terpandang di kerajaannya. Di hadapan para ahli gaib ini, sang raja mengungkapkan kegelisahannya, namun dengan sebuah strategi yang cerdik. Ia menolak untuk menceritakan mimpi tersebut secara langsung, menyatakan bahwa hanya mereka yang mampu mengetahui mimpi itu sebelum diungkapkan yang pantas menafsirkannya. Ini merupakan ujian awal bagi para dukun, sebuah tantangan untuk menguji keaslian kemampuan mereka.
Di antara para dukun tersebut, dua nama menonjol: Sathih (Rabi’ bin Rabi’ah bin Mas’ud) dan Syiqq (Ibnu Sha’ab bin Yasykur bin Ruhm), keduanya berasal dari keturunan terpandang di Yaman, dikenal karena keahlian dan reputasinya yang tak tertandingi dalam dunia mistik. Raja Rabi’ah pun memanggil mereka untuk mengungkap misteri mimpi yang menggelisahkannya.
Sathih, yang tiba lebih dulu, mendapat kesempatan pertama. Raja, dengan hati-hati, menjelaskan situasi tanpa mengungkapkan detail mimpinya. Ia menantang Sathih untuk mendeskripsikan mimpi tersebut sebelum ia menjelaskannya. Dengan kemampuan intuitif yang luar biasa, Sathih berhasil menggambarkan mimpi raja dengan tepat: "Paduka melihat nyala api muncul dari kegelapan lalu jatuh di lembah. Api itu membakar semua makhluk yang memiliki tengkorak."
Ketepatan deskripsi Sathih membuat raja terkesima. Ia kemudian meminta tafsir dari mimpi tersebut. Jawaban Sathih mengejutkan: "Aku bersumpah demi ular di antara dua lubang, bangsa Habasyah akan menyerang kerajaan Paduka dan menguasai wilayah dari Abyan sampai Jurasy." Ramalan ini bukan sekadar prediksi serangan, tetapi juga gambaran tentang masa depan kerajaan Yaman.
Lebih mengejutkan lagi, Sathih meramalkan bahwa kekuasaan kerajaan Yaman akan berakhir dalam kurun waktu 79 tahun, diakhiri oleh Iram bin Dzi Yazan yang menyerang dari Aden. Namun, ramalan Sathih tidak berhenti sampai di situ. Ia melanjutkan dengan prediksi yang paling monumental: kedatangan seorang nabi suci yang akan menerima wahyu dari Tuhan Yang Maha Esa. Nabi ini, menurut Sathih, berasal dari keturunan Ghalib bin Fihr bin Malik, dan kekuasaannya akan berlangsung hingga akhir zaman. Pertanyaan Raja Rabi’ah tentang akhir zaman itu sendiri dijawab Sathih dengan gambaran hari perhitungan, di mana setiap manusia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Untuk memastikan keakuratan ramalan tersebut, Raja Rabi’ah memanggil Syiqq, dan mengulang proses yang sama, menyembunyikan informasi yang telah diberikan Sathih. Syiqq, dengan kemampuannya yang luar biasa, juga berhasil mendeskripsikan mimpi raja dengan detail yang sama persis seperti yang telah diungkapkan Sathih. Takwil yang diberikan Syiqq pun identik, termasuk prediksi tentang kedatangan nabi suci dari keturunan Ghalib bin Fihr dan kekuasaannya yang akan berlangsung hingga akhir zaman. Keyakinan Syiqq terhadap ramalannya begitu kuat, ia bersumpah demi Tuhan atas kebenaran informasi yang disampaikannya.
Kedua ramalan yang konsisten ini mengisyaratkan sebuah peristiwa besar yang akan terjadi di masa depan, yaitu kedatangan seorang nabi yang membawa kebenaran dan keadilan. Identitas nabi tersebut kemudian terungkap: Nabi Muhammad SAW, putra Abdullah, cucu Abdul Muthalib, yang silsilahnya dapat ditelusuri hingga Ghalib bin Fihr dan Adnan, sesuai dengan keterangan yang sahih dan tak terbantahkan. Jawami’ As-Sirah An-Nabawiyah karya Ibnu Hazm al-Andalusi (dengan terjemahan Indi Aunullah) memberikan detail silsilah Nabi Muhammad SAW yang lengkap, menunjukkan keterkaitannya dengan Ghalib bin Fihr.
Ramalan para dukun Yaman ini bukanlah sekadar dongeng atau legenda. Ia merupakan bagian penting dari sejarah, sebuah bukti akan kekuasaan Tuhan yang telah diramalkan jauh sebelum peristiwa itu terjadi. Kisah ini menunjukkan bagaimana pengetahuan gaib, meski berasal dari sumber yang berbeda, dapat mengarah pada kebenaran yang sama, mengarahkan kita pada pemahaman yang lebih dalam tentang takdir dan rencana Ilahi. Ramalan ini menjadi bukti nyata tentang ketetapan Ilahi yang telah digariskan sejak zaman dahulu kala, menunjukkan kedatangan Nabi Muhammad SAW sebagai sebuah peristiwa yang telah diprediksi dan ditunggu-tunggu. Ia menjadi pengingat akan kebesaran Tuhan dan keagungan misi kenabian yang diamanatkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk membawa rahmat bagi seluruh alam. Kisah ini juga menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya menelusuri sejarah dan memahami berbagai perspektif, sekaligus menguatkan keyakinan akan kebenaran ajaran Islam. Melalui kisah ini, kita diajak untuk merenungkan keajaiban takdir dan kebesaran rencana Tuhan Yang Maha Kuasa.