Bireuen, Aceh – Duka menyelimuti Kabupaten Bireuen, Aceh, menyusul wafatnya seorang qori, Teungku Hasbi Ahmad (55 tahun), saat tengah membacakan ayat suci Al-Qur’an dalam peringatan Isra Miraj. Kejadian yang mengagetkan ini terjadi pada Minggu malam, 26 Januari 2025, sekitar pukul 20.30 WIB, bakda salat Isya, mengantarkan sosok yang dikenal akan kealiman dan keindahan bacaan Al-Qur’annya menuju ke pangkuan Ilahi.
Beredarnya video amatir di media sosial, khususnya akun Instagram @aceh.viral, menunjukkan detik-detik Teungku Hasbi terjatuh saat mengaji. Dalam rekaman tersebut, terlihat qori yang mengenakan gamis oranye dan peci hitam itu tengah khusyuk membacakan Surah Al-Isra ayat 1. Suaranya yang merdu tiba-tiba terhenti seiring dengan tubuhnya yang ambruk ke lantai. Ayat yang sedang dibacanya, "…Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami," terkesan menjadi kalimat penutup perjalanan hidupnya di dunia fana.
Kejadian tersebut sontak membuat para jamaah yang hadir berhamburan memberikan pertolongan. Suasana khidmat peringatan Isra Miraj berubah menjadi kepanikan dan kesedihan. Teungku Hasbi segera dilarikan ke rumah sakit terdekat, namun takdir berkata lain. Upaya medis yang dilakukan tak mampu menyelamatkan nyawanya. Ia dinyatakan meninggal dunia.
Kabar duka ini menyebar dengan cepat, menimbulkan gelombang kesedihan yang mendalam di kalangan masyarakat Bireuen dan sekitarnya. Teungku Hasbi dikenal sebagai sosok yang dihormati dan dicintai karena kealiman, kekhususannya dalam melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, dan perannya dalam kehidupan bermasyarakat. Kehilangannya menjadi pukulan telak bagi keluarga, kerabat, maupun para pencinta Al-Qur’an di Aceh.
Surah Al-Isra Ayat 1: Simbol Perjalanan Spiritual dan Kematian yang Tak Terduga
Ironisnya, ayat suci yang sedang dibacakan Teungku Hasbi memiliki makna yang sangat dalam dan relevan dengan peristiwa wafatnya. Surah Al-Isra ayat 1 menceritakan peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad SAW, perjalanan spiritual luar biasa yang menandai keistimewaan dan kenabian beliau. Ayat ini berbunyi:
“سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ”
Artinya: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Tafsir Kementerian Agama Republik Indonesia menjelaskan bahwa ayat ini merupakan lanjutan dari Surah An-Nahl ayat terakhir, yang menghibur Nabi Muhammad SAW atas penolakan dakwahnya oleh sebagian masyarakat Mekkah. Allah SWT menunjukkan keistimewaan Nabi Muhammad SAW melalui peristiwa Isra Miraj, sebuah perjalanan ajaib yang hanya mungkin dilakukan oleh orang pilihan-Nya.
Perjalanan dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem, yang melibatkan jarak yang sangat jauh dan waktu yang singkat, merupakan bukti nyata kekuasaan dan keagungan Allah SWT. Pemilihan Masjidil Aqsa sebagai tujuan perjalanan juga bermakna mendalam. Masjidil Aqsa, yang terletak di tanah suci Palestina, merupakan tempat yang diberkahi, tanah yang pernah diinjak oleh para nabi terdahulu. Peristiwa Isra Miraj menegaskan kedudukan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir dan utusan Allah SWT yang diutus untuk seluruh umat manusia.
Kematian Teungku Hasbi saat membacakan ayat ini menimbulkan refleksi mendalam. Baginya, ayat tersebut bukan hanya sekadar bacaan, tetapi representasi dari perjalanan spiritual dan kedekatannya dengan Allah SWT. Ia seolah-olah mengalami "Isra Miraj" pribadi, perjalanan terakhir menuju kehadiran Sang Pencipta. Kematiannya yang tiba-tiba menjadi pengingat akan ketidakpastian hidup dan pentingnya selalu mempersiapkan diri untuk menghadap Sang Khalik.
Reaksi Publik dan Pelajaran Berharga
Kabar meninggalnya Teungku Hasbi menimbulkan duka cita yang mendalam di berbagai kalangan. Ungkapan belasungkawa banjir membanjiri media sosial. Banyak yang mengungkapkan kekaguman terhadap kealiman dan keindahan bacaan Al-Qur’an Teungku Hasbi. Kepergiannya dianggap sebagai kehilangan besar bagi dunia pendidikan agama dan kehidupan keagamaan di Aceh.
Peristiwa ini juga memberikan pelajaran berharga bagi kita semua. Kematian bisa datang kapan saja dan di mana saja, tanpa memandang usia, status, ataupun prestasi. Oleh karena itu, kita harus selalu bersiap menghadapi kematian dengan iman dan taqwa yang kuat. Kita juga harus mensyukuri nikmat hidup yang Allah SWT berikan dan selalu berbuat kebaikan selama masih bernapas.
Kehidupan Teungku Hasbi menjadi teladan bagi kita untuk mencintai Al-Qur’an dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Semoga Allah SWT menempatkan beliau di tempat terindah di sisi-Nya dan memberikan kesabaran bagi keluarga yang berduka. Amin.
Kesimpulan:
Wafatnya Teungku Hasbi Ahmad merupakan kehilangan yang mendalam bagi masyarakat Aceh dan pecinta Al-Qur’an di seluruh Indonesia. Kejadian ini bukan hanya sebuah tragedi, tetapi juga sebuah pengingat akan ketidakpastian hidup dan pentingnya kesiapan menghadapi kematian dengan iman yang kuat. Semoga kisah hidup dan kematiannya menjadi inspirasi bagi kita semua untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjalankan hidup dengan berlandaskan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW. Alfatihah.