Jakarta – Iman kepada Allah SWT merupakan pondasi utama dalam ajaran Islam. Keimanan tersebut tak hanya mencakup keyakinan akan eksistensi-Nya, namun juga meliputi pengakuan terhadap sifat-sifat-Nya yang sempurna dan mutlak. Salah satu sifat Allah SWT yang fundamental dan wajib diimani oleh setiap muslim adalah Qidam. Memahami makna dan implikasinya merupakan langkah krusial dalam perjalanan spiritual menuju pemahaman yang lebih dalam tentang Tuhan Yang Maha Esa.
Sifat-sifat Allah SWT, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an dan Hadis, merupakan atribut-atribut yang hanya dimiliki oleh-Nya semata. Tidak ada satu pun makhluk ciptaan-Nya yang dapat menyamai atau menandingi sifat-sifat tersebut. Keunikan dan kemutlakan sifat-sifat Ilahiah ini menegaskan keesaan dan keagungan Allah SWT di atas segala sesuatu. Buku-buku aqidah, seperti "Aqidah Akhlaq" karya Taofik Yusmansyah, menekankan pentingnya beriman kepada sifat-sifat Allah SWT berdasarkan apa yang telah diwahyukan dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW. Beriman kepada sifat-sifat Allah SWT bukan sekadar pengakuan intelektual, melainkan juga pengakuan hati yang mendalam, yang tercermin dalam seluruh aspek kehidupan seorang muslim.
Imam Al-Ghazali, ulama besar yang berpengaruh, menjabarkan prinsip dasar keyakinan terhadap sifat-sifat Allah SWT. Menurutnya, seorang muslim harus memiliki keyakinan yang teguh dan komprehensif bahwa Allah SWT adalah Dzat yang Hidup, Maha Mengetahui, Maha Berkuasa, Maha Berkehendak, Maha Mendengar, Maha Melihat, dan Maha Berbicara. Keyakinan ini bukan sekadar pemahaman rasional, melainkan juga penghayatan spiritual yang mendalam, yang membentuk hubungan batiniah yang erat antara hamba dengan Tuhannya.
Qidam: Ketiadaan Awal dan Kekekalan Abadi
Qidam, dalam konteks tauhid, memiliki makna yang sangat mendalam. Kata ini secara etimologis berarti "tidak ada awalnya," "dahulu," atau "azali." Allah SWT, dengan sifat Qidam-Nya, adalah Dzat yang ada tanpa didahului oleh ketiadaan. Ia bukanlah sesuatu yang diciptakan, melainkan Dzat yang Maha Pencipta. Keberadaan-Nya bersifat azali, tanpa awal dan tanpa akhir. Sebagaimana dijelaskan dalam buku "Belajar Ilmu Tauhid Dari Titik Nol" karya Robi, S.Pd., Allah SWT melampaui batas-batas ruang dan waktu. Ia ada sebelum waktu itu sendiri ada, dan keberadaannya tidak terikat oleh hukum-hukum alam semesta yang diciptakan-Nya.
Sifat Qidam ini kontras dengan sifat hadits, yang berarti "baru" atau "sesuatu yang adanya diawali dengan ketiadaan." Semua makhluk ciptaan Allah SWT memiliki sifat hadits, karena mereka diciptakan dari ketiadaan. Mereka memiliki awal dan akan mengalami akhir, sesuai dengan hukum alam yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Ayat Al-Qur’an yang menggambarkan sifat Qidam Allah SWT terdapat dalam surat Al-Hadid ayat 3: "هُوَ ٱلْأَوَّلُ وَٱلْآخِرُ وَٱلظَّاهِرُ وَٱلْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ" (Huwal-awwalu wal-akhir wal-zhahir wal-bathin, wa huwa bikulli syai’in ‘alim). Artinya: "Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." Ayat ini menunjukkan kekekalan Allah SWT, yang meliputi segala sesuatu, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, dari awal hingga akhir zaman.
Buku "Sifat 20 dalam Al-Qur’an dalam Pandangan NU dan Muhammadiyah" karya Sihabudin, M.Ag., menjelaskan bahwa sifat Qidam Allah SWT menegaskan posisi-Nya sebagai Pencipta alam semesta dan segala isinya. Sebagai Pencipta, Allah SWT tentu ada sebelum segala ciptaan-Nya, menjadi pendahulu dan penggerak segala sesuatu yang ada. Keberadaan-Nya yang abadi dan tak terhingga menjadi sumber dan dasar bagi eksistensi seluruh alam raya.
Qidam dan Keesaan Allah SWT
Sifat Qidam Allah SWT tak terpisahkan dari sifat-sifat-Nya yang lain, terutama sifat Wahdaniyyah (Keesaan). Keesaan Allah SWT menunjukkan bahwa Ia adalah satu-satunya Dzat yang memiliki sifat Qidam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang setara dengan-Nya, dan tidak ada yang dapat menyamai keagungan dan kemahakuasaan-Nya. Pengakuan akan sifat Qidam menguatkan keimanan akan keesaan Allah SWT, dan sebaliknya, keimanan akan keesaan Allah SWT meneguhkan pemahaman akan sifat Qidam-Nya.
Pemahaman yang benar tentang sifat Qidam menuntut kita untuk merenungkan keagungan dan kemahakuasaan Allah SWT. Ia adalah Dzat yang melampaui segala keterbatasan ruang dan waktu, yang menciptakan dan mengatur alam semesta dengan kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya yang mutlak. Dengan memahami sifat Qidam, kita semakin menyadari betapa kecil dan terbatasnya keberadaan kita di hadapan-Nya.
20 Sifat Wajib Allah SWT: Suatu Gambaran Kesempurnaan
Jumhur ulama sepakat bahwa terdapat 20 sifat wajib bagi Allah SWT yang harus diimani oleh setiap muslim. Sifat-sifat ini merupakan gambaran kesempurnaan Allah SWT yang tak terhingga. Buku "Pendidikan Agama Islam: Akidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VII" oleh Drs. H. Masan AF, M.Pd., menyajikan uraian lengkap mengenai 20 sifat wajib Allah SWT, termasuk Qidam, beserta makna dan implikasinya. Berikut ringkasannya:
- Wujud: Ada dengan sendirinya, eksistensi mutlak.
- Qidam: Dahulu, tanpa awal.
- Baqa: Kekal abadi, tanpa akhir.
- Mukhalafatuhu Lil Hawadisi: Berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya.
- Qiyamuhu Binafsihi: Berdiri sendiri, tidak bergantung pada apapun.
- Wahdaniyyah: Maha Esa, Tunggal.
- Qudrat: Maha Kuasa.
- Iradat: Maha Berkehendak.
- Ilmu: Maha Mengetahui.
- Hayat: Maha Hidup.
- Sama’: Maha Mendengar.
- Basar: Maha Melihat.
- Kalam: Maha Berbicara.
- Qadiran: Maha Kuasa (sinonim dengan Qudrat).
- Muridan: Maha Berkehendak (sinonim dengan Iradat).
- Aliman: Maha Mengetahui (sinonim dengan Ilmu).
- Hayyan: Maha Hidup (sinonim dengan Hayat).
- Sami’an: Maha Mendengar (sinonim dengan Sama’).
- Basiran: Maha Melihat (sinonim dengan Basar).
- Mutakalliman: Maha Berkata-kata (sinonim dengan Kalam).
Ke-20 sifat wajib Allah SWT ini saling berkaitan dan melengkapi satu sama lain, membentuk gambaran yang utuh tentang kemahakuasaan, kesempurnaan, dan keagungan Allah SWT. Memahami dan mengimani sifat-sifat ini merupakan kunci untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjalani kehidupan yang sesuai dengan tuntunan agama Islam. Penghayatan akan sifat-sifat Allah SWT ini akan membentuk akhlak mulia dan perilaku yang terpuji dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pemahaman tentang Qidam sebagai salah satu sifat wajib Allah SWT menjadi bagian integral dari perjalanan spiritual menuju keimanan yang kokoh dan hubungan yang harmonis dengan Sang Pencipta.