Nabi Idris AS, salah satu nabi ulul azmi yang dikenal akan kesalehan dan ketekunannya dalam beribadah, meninggalkan warisan spiritual yang mendalam bagi umat manusia. Salah satu amalannya yang paling menonjol dan menginspirasi adalah puasa sepanjang hayatnya. Bukan sekadar ibadah ritual, puasa Nabi Idris AS merupakan manifestasi penghambaan diri yang total kepada Allah SWT, sekaligus teladan bagi manusia untuk mengendalikan hawa nafsu dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Kisah hidupnya, yang diwarnai dengan keteguhan luar biasa dalam menjalankan ibadah puasa, menjadi cerminan ketakwaan dan kesabaran yang patut diteladani di setiap zaman.
Puasa Nabi Idris AS: Ibadah Harian yang Tak Terputus
Berbagai literatur keagamaan, seperti buku "Dua Puluh Lima Nabi Banyak Bermukjizat sejak Adam A.S Hingga Muhammad SAW" karya Usman bin Affan bin Abul As bin Umayyah bin Abdu Syam, menggambarkan Nabi Idris AS sebagai sosok yang konsisten dalam menjalankan ibadah. Puasa, baginya, bukanlah ibadah sesekali, melainkan amalan harian yang tak pernah terputus sepanjang hidupnya. Ia menahan lapar dan dahaga dari terbit fajar hingga terbenam matahari, tanpa kecuali. Keteguhan ini menunjukkan komitmen spiritual yang luar biasa, sebuah dedikasi totalitas dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Setelah berbuka puasa, Nabi Idris AS mengisi malam harinya dengan ibadah salat hingga menjelang fajar. Rutinitas ini menjadi bagian integral dari kehidupannya, sebuah siklus ibadah yang tak pernah terhenti, mencerminkan kesungguhannya dalam mengabdikan diri kepada Tuhan. Kehidupan Nabi Idris AS menjadi bukti nyata bahwa ibadah bukanlah sekadar kewajiban formal, melainkan manifestasi cinta dan pengabdian yang tulus kepada Allah SWT.
Pertemuan Nabi Idris AS dan Malaikat Izrail: Ujian dan Pengakuan Ketakwaan
Kisah pertemuan Nabi Idris AS dengan Malaikat Izrail, seperti yang diceritakan dalam buku "Insan Pilihan Tuhan: Meneladani 25 Nabi dan Rasul" karya M. Arief Hakim, semakin memperkuat gambaran ketakwaan dan kesabaran Nabi Idris AS. Amalan ibadah Nabi Idris AS yang luar biasa, khususnya puasanya yang konsisten, menarik perhatian Malaikat Izrail, malaikat pencabut nyawa. Terpukau oleh ketekunan dan ketaatan Nabi Idris AS, Izrail memohon izin kepada Allah SWT untuk bertemu dengannya.
Izrail menjelma sebagai seorang manusia dan mengunjungi Nabi Idris AS. Pertemuan ini bukan sekadar kunjungan biasa, melainkan ujian terselubung bagi Nabi Idris AS. Izrail menguji keteguhan Nabi Idris AS dengan meminta izin untuk memetik buah di sebuah kebun. Dengan tegas, Nabi Idris AS menolak permintaan tersebut, menekankan pentingnya menjaga aturan dan hak milik orang lain, bahkan dalam situasi yang mungkin terlihat sepele. Sikap tegas ini menunjukkan keteguhan prinsip dan ketaatan Nabi Idris AS, bahkan dalam hal-hal yang tampak kecil.
Keingintahuan Nabi Idris AS akan identitas tamunya yang misterius, akhirnya menguak jati diri Malaikat Izrail. Kejutan dan rasa takut yang wajar muncul dalam diri Nabi Idris AS, namun ia tetap tenang dan bijaksana. Alih-alih merasa takut akan kematian, Nabi Idris AS justru mengajukan permintaan yang luar biasa: ia meminta Malaikat Izrail untuk mencabut nyawanya dan menghidupkannya kembali, agar ia dapat merasakan pengalaman kematian.
Permintaan ini menunjukkan keberanian dan kerendahan hati Nabi Idris AS yang luar biasa. Ia tidak takut menghadapi kematian, bahkan ingin merasakannya secara langsung untuk lebih memahami hakikat kehidupan dan kematian. Izrail, atas izin Allah SWT, mengabulkan permintaan Nabi Idris AS. Pengalaman kematian yang dirasakan Nabi Idris AS digambarkan sangat menyakitkan, jauh melebihi penderitaan fisik manapun. Setelah dihidupkan kembali, pengalaman ini semakin mengukuhkan keimanan dan ketakwaannya.
Hikmah Puasa Nabi Idris AS: Pengendalian Diri dan Peningkatan Spiritual
Kisah Nabi Idris AS dan puasanya yang konsisten memberikan hikmah yang mendalam bagi umat manusia. Seperti yang dijelaskan dalam "Insan Pilihan Tuhan: Meneladani 25 Nabi dan Rasul", Nabi Idris AS mengajarkan pentingnya puasa sebagai sarana pengendalian hawa nafsu. Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, melainkan juga proses penyucian jiwa dan peningkatan spiritual. Ia melatih kesabaran, kedisiplinan, dan pengendalian diri dari godaan-godaan duniawi yang dapat merusak hati dan perilaku manusia.
Puasa mengajarkan keikhlasan dan ketakwaan yang mendalam. Dengan menahan diri dari hal-hal yang disukai, manusia dilatih untuk lebih fokus kepada Allah SWT dan mendekatkan diri kepada-Nya. Puasa menjadi jembatan menuju peningkatan spiritualitas, memperkuat ikatan batin dengan Sang Pencipta. Melalui puasa, manusia dapat membersihkan diri dari sifat-sifat tercela dan mengasah sifat-sifat terpuji seperti kesabaran, empati, dan kepekaan sosial.
Puasa Setiap Hari: Tinjauan Hukum Islam
Meskipun kisah Nabi Idris AS menginspirasi, penting untuk memahami hukum Islam terkait puasa setiap hari. Kitab Fiqh as-Sunnah karya Sayyid Sabiq menjelaskan bahwa puasa setiap hari sepanjang tahun hukumnya haram. Hal ini karena terdapat hari-hari tertentu di mana umat Islam diharamkan berpuasa, seperti hari raya Idul Fitri, Idul Adha, dan hari-hari Tasyrik.
Namun, Sayyid Sabiq juga menambahkan bahwa jika seseorang berniat berpuasa sepanjang tahun, tetapi tidak berpuasa pada hari-hari yang diharamkan tersebut, maka hukumnya tidak makruh, asalkan mampu menjalankannya. Hal ini menunjukkan fleksibilitas dalam penerapan hukum Islam, yang mempertimbangkan kondisi dan kemampuan masing-masing individu. Penting untuk selalu berpegang pada pemahaman yang benar dan mendalam tentang hukum Islam, agar ibadah yang dilakukan sesuai dengan tuntunan agama.
Kesimpulannya, kisah puasa Nabi Idris AS sepanjang hayatnya merupakan teladan yang luar biasa tentang ketekunan, kesabaran, dan ketaatan kepada Allah SWT. Kisah ini bukan hanya sekedar cerita sejarah, melainkan sumber inspirasi bagi umat manusia untuk meningkatkan kualitas spiritualitas dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Meskipun puasa setiap hari sepanjang tahun hukumnya haram, semangat dan keteguhan Nabi Idris AS dalam menjalankan ibadah puasa patut menjadi teladan dalam menjalankan ibadah puasa sesuai dengan tuntunan agama dan kemampuan diri masing-masing. Semoga kisah Nabi Idris AS ini dapat menginspirasi kita semua untuk senantiasa beribadah dengan ikhlas dan penuh ketaatan.