ERAMADANI.COM, JAKARTA – Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) membuka suara terkait ancaman resesi Covid-19 yang menghantui ekonomi RI. Ia menyatakan momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini ada di kuartal III 2020.
Menurutnya, kalau gagal dimanfaatkan, dipastikan Indonesia akan masuk jurang resesi. Sebab, perekonomian nasional sudah diproyeksikan negatif pada kuartal II 2020.
Hal ini diungkapkan oleh Jokowi saat rapat bersama para gubernur di Istana Kepresidenan Bogor, Rabu (15/07/2020) kemarin.
“Momentumnya adalah di Juli, Agustus, dan September, kuartal III. Kalau kita tidak bisa mengungkit di kuartal III, jangan berharap kuartal IV akan bisa, sudah,” imbuhnya.
Dilansir dari CNNIndonesia.com, ia juga memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh minus 4,3 persen pada kuartal II 2020. Bila ekonomi tumbuh negatif lagi pada kuartal III 2020, maka Indonesia akan masuk ke jurang resesi ekonomi.
Resesi adalah kondisi di mana pertumbuhan ekonomi suatu negara tumbuh negatif dalam dua kuartal berturut-turut. Saat ini, resesi ekonomi sudah dirasakan oleh Singapura.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura mengumumkan data awal pertumbuhan ekonomi akan turun 41,2 persen pada kuartal II 2020.
Dari kuartal I 2020 dan terkontraksi 12 persen secara tahunan. Penurunan itu lebih dalam dibandingkan kuartal I 2020 yang minus 0,7 persen.
“Harapan kita hanya ada di kuartal ketiga, Juli, Agustus, dan September,” tekanya.
Resesi ekonomi Indonesia sebelumnya sempat diperkirakan oleh lembaga riset internasional, Morgan Stanley.
Dalam laporan bertajuk Asia Economic Mid Year Outlook 2020, Morgan memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh minus 5 persen pada kuartal II 2020.
Lalu, minus 1,5 persen pada kuartal III 2020 dan berlanjut menjadi 0,5 persen pada kuartal IV 2020. Artinya, resesi ekonomi mengancam Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun pernah memberi proyeksi bahwa ekonomi Indonesia bisa berada di kisaran minus 0,4 persen sampai 1 persen pada kuartal III 2020. Sementara ekonomi kuartal II 2020 diperkirakan bisa menyentuh minus 3,8 persen. (MYR)