Sejarah mencatat gemilang peradaban Islam pada masa kejayaannya. Bukan sekadar dominasi politik dan militer, melainkan juga lompatan luar biasa di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Kemajuan ini bukanlah kebetulan, melainkan buah dari pemahaman mendalam akan ajaran Islam yang senantiasa mendorong umatnya untuk mengoptimalkan potensi akal dan berpikir. Berbagai ayat Al-Qur’an, berulang kali menyeru manusia untuk merenung dan mengambil hikmah dari ciptaan-Nya. Seruan "Apakah kamu tidak berpikir?" bukanlah retorika belaka, melainkan ajakan untuk menggali potensi intelektual yang telah Allah SWT anugerahkan. Seruan ini, yang terulang ratusan kali dalam kitab suci, menjadi pendorong utama bagi para ilmuwan Muslim untuk berlomba-lomba dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Peradaban Islam masa keemasan bukan hanya sekadar menerima, tetapi juga aktif berinovasi. Para ilmuwan Muslim tak ragu menyerap ilmu pengetahuan dari peradaban lain, seperti Yunani dan India. Mereka menerjemahkan, meneliti, dan mengembangkan berbagai disiplin ilmu, mulai dari filsafat dan kedokteran hingga sastra dan matematika. Proses ini melahirkan tokoh-tokoh monumental seperti Ibnu Sina, yang penemuan-penemuannya dalam bidang kedokteran masih relevan hingga kini. Begitu pula dengan para ilmuwan di bidang astronomi, optik, dan aljabar yang kontribusinya tak terbantahkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dunia. Yang patut dicatat, para ilmuwan ini tidak pernah mengklaim kepemilikan eksklusif atas penemuan mereka, melainkan dengan rendah hati mengakui sumber ilmu pengetahuan yang mereka peroleh.
Hadits Rasulullah SAW yang berbunyi, "Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan dunia, maka tuntutlah ilmu dan barang siapa yang ingin kebahagiaan akhirat, tuntutlah ilmu dan barangsiapa yang menginginkan keduanya, tuntutlah ilmu. Baginya jalan menuju surga," (HR. Muslim) merupakan landasan filosofis yang kuat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Ajaran ini menegaskan bahwa pencarian ilmu bukan hanya sekadar tuntutan duniawi, melainkan juga merupakan jalan menuju kebahagiaan akhirat. Ilmu pengetahuan, dalam konteks ini, menjadi pelita yang menerangi jalan hidup manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan ilmu, manusia mampu mewujudkan impian dan khayalannya, serta memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi.
Perkembangan iptek yang pesat di era modern semakin mengukuhkan pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan. Teknologi yang dahulu dianggap mustahil kini telah menjadi kenyataan. Contohnya, perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang memungkinkan terciptanya robot yang mampu berinteraksi layaknya manusia. Perkembangan ini tidak akan berhenti selama manusia masih eksis di muka bumi. Allah SWT sendiri, dalam surat Al-Mujadilah ayat 11, mendorong umatnya untuk senantiasa mengembangkan ilmu pengetahuan: "Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu ‘Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,’ lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, ‘Berdirilah,’ (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan."
Ayat ini tidak hanya menekankan pentingnya sikap toleransi dan kerendahan hati dalam berinteraksi sosial, tetapi juga menghubungkan keutamaan ilmu pengetahuan dengan peningkatan derajat di sisi Allah SWT. Orang yang berilmu, yang senantiasa berikhtiar untuk memahami dan mengaplikasikan ilmunya, akan diangkat derajatnya. Hal ini menunjukkan bahwa Islam tidak hanya menekankan aspek spiritual, tetapi juga mendorong umatnya untuk aktif berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Keutamaan orang berilmu dalam Islam juga dijelaskan dalam berbagai ayat Al-Qur’an. Surat Fatir ayat 28 misalnya, menyebutkan bahwa di antara hamba Allah yang paling takut kepada-Nya adalah para ulama. Ketakwaan ini muncul dari pemahaman yang mendalam tentang kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Selain itu, Allah SWT menjanjikan kebaikan dunia dan akhirat bagi orang-orang yang dianugerahi hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah), sebagaimana tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat 269. Kebaikan ini tidak hanya berupa keberhasilan duniawi, tetapi juga keberuntungan dan keberkahan dalam kehidupan spiritual.
Penting untuk diingat bahwa ajaran Islam tidak pernah bertentangan dengan perkembangan iptek. Justru sebaliknya, Islam mendorong umatnya untuk senantiasa belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an dan Hadits menjadi sumber utama ilmu pengetahuan dalam Islam, menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan memiliki tempat yang terhormat dan mulia dalam ajaran Islam. Penguasaan iptek, oleh karena itu, menjadi kunci dan pintu menuju kebangkitan umat.
Pandangan Bertrand Russell, seorang pemikir etik dan filosof Inggris, semakin memperkuat argumentasi ini. Russell menyatakan bahwa istilah "Abad Kegelapan" yang sering dikaitkan dengan periode 699 M sampai 1000 M, merupakan pandangan yang sempit dan hanya berfokus pada peradaban Barat. Justru pada periode tersebut, peradaban Islam mencapai puncak kejayaannya, menerangi dunia dari India hingga Spanyol. Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya melihat sejarah peradaban secara objektif dan menyeluruh, tanpa terjebak dalam bias sejarah yang cenderung Euro-sentris.
Meskipun kita perlu mengapresiasi kegemilangan masa lalu, kita tidak boleh terjebak dalam nostalgia. Kejayaan masa lalu harus menjadi motivasi untuk bangkit dan mengejar ketertinggalan. Contohnya, Tiongkok yang dalam waktu relatif singkat mampu melakukan transformasi dan mencapai kemajuan pesat. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tekad dan strategi yang tepat, sebuah bangsa mampu bangkit dan mencapai kemajuan.
Sebagai penutup, kita perlu memohon kepada Allah SWT untuk memberikan kekuatan dan keteguhan hati dalam menuntut ilmu pengetahuan. Kita menyadari bahwa saat ini umat Islam masih tertinggal dalam berbagai bidang, namun kita harus optimis dan berikhtiar untuk mengejar ketertinggalan tersebut. Dengan berpegang teguh pada ajaran Islam dan mengoptimalkan potensi intelektual, kita mampu kembali memimpin peradaban dunia di masa mendatang. Semoga Allah SWT meridhoi setiap usaha kita dalam mencapai kebangkitan dan kejayaan umat.