Perjalanan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW merupakan peristiwa agung yang sarat makna dan keajaiban. Perjalanan suci ini, yang membawa Nabi SAW dari Masjidil Haram di Mekkah menuju Masjidil Aqsa di Yerusalem, lalu dilanjutkan ke Sidratul Muntaha, bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan juga perjalanan spiritual yang luar biasa. Dalam perjalanan ini, Nabi SAW diperlihatkan berbagai peristiwa menakjubkan, salah satunya adalah pertemuan dengan para nabi terdahulu, termasuk pertemuan yang sangat penting dengan Nabi Adam AS, bapak seluruh umat manusia.
Berbagai literatur keagamaan, seperti Qashashul Anbiya karya Ibnu Katsir (dengan terjemahan Umar Mujtahid) dan Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri (dengan terjemahan Kathur Suhardi), serta buku Dua Puluh Lima Nabi Banyak Bermukjizat sejak Adam AS Hingga Muhammad SAW oleh Usman bin Affan bin Abul As bin Umayyah bin Abdu Syams, mengungkapkan detail perjalanan Nabi SAW menuju Sidratul Muntaha. Perjalanan ini dilakukan bersama Malaikat Jibril AS, melewati setiap lapisan langit. Di setiap lapisan langit, Malaikat Jibril AS memohon izin untuk membuka pintu langit, sehingga Nabi SAW dapat melanjutkan perjalanannya.
Pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Adam AS terjadi di langit pertama. Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa pada awalnya Nabi SAW belum mengenali sosok Nabi Adam AS. Namun, keistimewaan Nabi Adam AS sebagai manusia pertama dan bapak seluruh umat manusia terpancar dari aura dan wibawanya. Deskripsi pertemuan ini menarik perhatian karena menggambarkan wawasan Nabi Adam AS yang begitu luas tentang nasib keturunannya.
Disebutkan bahwa Nabi Adam AS mampu membedakan roh-roh keturunannya yang mukmin dan kafir. Beliau melihat roh-roh yang baik, yang berasal dari ilyyin (tempat yang tinggi, melambangkan takwa), dan roh-roh yang jahat, yang berasal dari sijjin (tempat yang rendah, melambangkan api neraka). Gambaran ini menunjukkan kepekaan spiritual Nabi Adam AS yang luar biasa, mampu melihat hakikat batin keturunannya, jauh sebelum mereka dilahirkan ke dunia.
Lebih lanjut, riwayat tersebut menggambarkan Nabi Adam AS duduk di antara dua kelompok manusia. Di sebelah kanannya terdapat kelompok manusia yang memancarkan aroma harum, menunjukkan jalan menuju surga. Sebaliknya, di sebelah kirinya terdapat kelompok manusia yang memancarkan bau busuk, menunjukkan jalan menuju neraka. Ekspresi wajah Nabi Adam AS pun berubah-ubah, tersenyum gembira ketika memandang keturunannya yang menuju surga, dan bersedih ketika melihat keturunannya yang menuju neraka. Gambaran ini menunjukkan betapa besar rasa tanggung jawab dan kepedulian Nabi Adam AS terhadap nasib umatnya.
Saat Nabi Muhammad SAW memberi salam, Nabi Adam AS menjawab dengan penuh hormat, "Selamat datang Anda orang saleh dan Nabi yang saleh." Pertemuan ini bukan sekadar pertemuan dua nabi, melainkan pertemuan antara Nabi terakhir dengan leluhur seluruh umat manusia. Melalui Malaikat Jibril AS, Nabi Muhammad SAW kemudian memahami sosok yang dijumpainya adalah Nabi Adam AS, dan makna dari pemandangan yang dilihatnya. Jibril AS menjelaskan bahwa kelompok manusia di kanan Nabi Adam AS adalah keturunannya yang akan masuk surga, sementara yang di kiri adalah keturunannya yang akan masuk neraka. Aroma harum dan busuk yang tercium mewakili jalan menuju surga dan neraka.
Riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi Adam AS memiliki akal yang sama seperti seluruh keturunannya. Hal ini menunjukkan bahwa potensi akal dan kecerdasan manusia telah ada sejak awal penciptaan. Riwayat ini juga menegaskan kesamaan fitrah manusia, bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk berbuat baik dan berbuat jahat.
Dalam perjalanan Isra Mikraj, pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Adam AS bukanlah satu-satunya peristiwa penting. Nabi SAW juga bertemu dengan para nabi lainnya di lapisan langit yang berbeda. Di langit kedua, beliau bertemu Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS. Di langit ketiga, beliau bertemu Nabi Yusuf AS, yang dikenal akan ketampanannya. Beberapa ulama menafsirkan bahwa Nabi Yusuf AS memiliki separuh ketampanan Nabi Adam AS, mengingat keindahan fisik Nabi Adam AS yang diciptakan langsung oleh Allah SWT. Hadits Shahihain juga menyebutkan bahwa Allah SWT menciptakan Nabi Adam AS sesuai dengan wujud-Nya.
Pertemuan dengan Nabi Idris AS di langit keempat, Nabi Harun AS di langit kelima, Nabi Musa AS di langit keenam, dan Nabi Ibrahim AS di langit ketujuh, menunjukkan kesinambungan risalah kenabian. Di setiap pertemuan, Nabi Muhammad SAW mengucapkan salam, dan para nabi tersebut menyambutnya dengan penuh penghormatan, mengakui dan meneguhkan kenabian Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi.
Perjalanan Isra Mikraj dan pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan para nabi terdahulu, termasuk Nabi Adam AS, merupakan bukti nyata tentang keagungan dan keistimewaan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan terakhir Allah SWT. Peristiwa ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya mengetahui sejarah kenabian, memahami silsilah keturunan manusia, dan mengingatkan kita akan tanggung jawab kita sebagai umat manusia untuk menempuh jalan yang diridhoi Allah SWT, yaitu jalan menuju surga. Semua riwayat ini, walaupun terdapat perbedaan detail dalam beberapa versi, menunjukkan kesatuan tema yang menegaskan kebesaran Allah SWT dan keutamaan Nabi Muhammad SAW sebagai rasul terakhir. Wallahu a’lam bishawab.