Jakarta – Ayat ke-10 Surat Al-Hujurat, sebuah surat Madaniyah yang terdiri dari 18 ayat dan bermakna "kamar-kamar," merupakan landasan fundamental dalam memahami hubungan antar umat Muslim. Ayat ini dengan tegas menyatakan persaudaraan sejati yang wajib terjalin di antara seluruh pemeluk agama Islam. Lebih dari sekadar deklarasi, ayat ini mengungkapkan esensi hubungan tersebut serta konsekuensi praktis dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman yang mendalam terhadap ayat ini crucial bagi terciptanya kerukunan, kedamaian, dan persatuan umat.
Berikut teks Arab, transliterasi Latin, dan terjemahannya:
Arab: إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Latin: Innamal-mu’minūna ikhwātun fa-aṣliḥū bayna akhawayakum wattaqūllāha la’allakum turḥamūn
Terjemahan: "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat."
Analisis Ayat dan Tafsir Ulama
Ayat ini diawali dengan kata "Innama," yang dalam konteks ini memiliki makna pembatasan dan penegasan. Kata tersebut menegaskan bahwa hubungan di antara orang-orang beriman hanya dan semata-mata berupa persaudaraan. Tidak ada ikatan lain yang lebih mendasar dan utama selain persaudaraan dalam Islam. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya persaudaraan ini dalam ajaran Islam.
Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa penggunaan "Innama" mengindikasikan sebuah pemahaman yang sudah seharusnya tertanam kuat dalam hati setiap muslim, yaitu kesadaran akan persaudaraan sesama mukmin. Oleh karena itu, setiap tindakan yang mengancam atau merusak persaudaraan ini merupakan penyimpangan yang fatal. Ayat ini menjadi teguran keras bagi mereka yang memicu perselisihan dan perpecahan di antara sesama muslim.
Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar mengartikan ayat ini sebagai penegasan bahwa permusuhan di antara sesama muslim yang telah memiliki iman yang teguh adalah sesuatu yang mustahil. Keimanan yang tulus akan menghasilkan rasa persaudaraan dan kasih sayang yang mendalam. Namun, jika perselisihan tetap terjadi, maka ayat ini mengajak pihak lain untuk berperan sebagai penengah dan mendamaikan mereka.
Perintah "fa-aṣliḥū bayna akhawayakum" (maka damaikanlah antara kedua saudaramu itu) menunjukkan tanggung jawab kolektif umat Islam dalam menjaga persatuan dan kesatuan. Bukan hanya kedua pihak yang berselisih yang bertanggung jawab, tetapi juga umat Islam lainnya harus aktif berperan dalam mendamaikan perselisihan tersebut. Ini menunjukkan solidaritas dan kepedulian yang harus melekat dalam diri setiap muslim.
Selanjutnya, ayat ini mengajak untuk bertaqwa kepada Allah SWT ("wat-taqūllāha"). Ketakwaan bukan sekadar patuh pada aturan agama, tetapi juga merupakan pedoman moral dan etika dalam berinteraksi dengan sesama. Ketakwaan akan membimbing seseorang untuk bertindak adil, bijaksana, dan mencari jalan damai dalam menyelesaikan perselisihan.
Tujuan akhir dari perdamaian ini adalah mendapatkan rahmat Allah SWT ("la’allakum turḥamūn"). Rahmat Allah merupakan tujuan yang maha mulia, yang hanya dapat dicapai dengan menjaga persaudaraan dan menghindari perselisihan yang tidak bermanfaat. Ini menunjukkan bahwa persaudaraan bukan sekadar nilai sosial, tetapi juga jalan menuju keridaan Allah SWT.
Hadits Nabi Muhammad SAW yang Memperkuat Ayat Al-Hujurat 10
Ajaran tentang persaudaraan dalam Islam tidak hanya terdapat dalam Al-Qur’an, tetapi juga diperkuat oleh hadits-hadits Nabi Muhammad SAW. Salah satu hadits yang relevan adalah:
"Muslim dengan muslim lainnya bagaikan sebuah bangunan, saling menguatkan satu sama lain." (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menggambarkan umat Islam sebagai sebuah bangunan yang kuat dan kokoh. Setiap muslim merupakan bagian integral dari bangunan tersebut, dan kekuatan bangunan bergantung pada kekuatan tiap-tiap bagiannya. Jika salah satu bagian lemah atau rusak, maka seluruh bangunan akan terpengaruh.
Hadits lainnya menegaskan larangan saling menzalimi di antara sesama muslim:
"Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak boleh menzaliminya, tidak boleh membiarkannya dalam kesulitan, dan tidak boleh merendahkannya." (Hadits Riwayat Muslim)
Hadits ini menekankan pentingnya saling menghormati, saling membantu, dan saling menjaga di antara sesama muslim. Saling menzalimi atau membiarkan saudara dalam kesulitan adalah tindakan yang dilarang keras dalam Islam.
Lebih lanjut, hadits berikut menunjukkan pahala yang besar bagi mereka yang berusaha mendamaikan perselisihan di antara sesama muslim:
"Barangsiapa yang menghilangkan satu kesulitan seorang mukmin lain dari kesulitannya di dunia, niscaya Allah akan menghilangkan kesulitannya pada hari kiamat." (Hadits Riwayat Muslim)
Hadits ini memberikan motivasi yang kuat bagi setiap muslim untuk aktif berperan dalam mendamaikan perselisihan. Pahala yang dijanjikan adalah penghapusan kesulitan di hari kiamat, sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Ini menunjukkan bahwa mendamaikan perselisihan bukan sekadar tindakan sosial, tetapi juga ibadah yang bernilai tinggi di sisi Allah SWT.
Kesimpulan dan Implikasi Praktis
Surat Al-Hujurat ayat 10, bersama dengan hadits-hadits Nabi Muhammad SAW, menunjukkan betapa pentingnya persaudaraan dalam Islam. Persaudaraan ini bukan sekadar hubungan formal, tetapi merupakan ikatan yang kuat dan mendalam yang harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Ayat ini mengajak setiap muslim untuk aktif berperan dalam menjaga persatuan dan kesatuan umat, mendamaikan perselisihan, dan saling menolong di antara sesama.
Pemahaman dan pengamalan ayat ini memiliki implikasi praktis yang sangat luas. Di antaranya adalah menghindari perkataan dan perbuatan yang dapat menimbulkan perselisihan, saling menghormati perbedaan pendapat, saling membantu dalam kesulitan, dan berusaha mendamaikan perselisihan yang terjadi. Dengan mengamalkan nilai-nilai persaudaraan ini, umat Islam dapat menciptakan suasana kehidupan yang harmonis, damai, dan sejahtera. Lebih dari itu, pengamalan ayat ini merupakan wujud ketakwaan dan jalan menuju keridaan Allah SWT. Semoga kita semua diberikan kemampuan untuk mengamalkan ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari.