Jakarta, [Tanggal Publikasi] – Umat Islam di seluruh dunia menantikan datangnya Lebaran Haji 1446 H / 2025 M, atau yang lebih dikenal sebagai Hari Raya Idul Adha. Lebih dari sekadar perayaan, Idul Adha merupakan momentum spiritual yang sarat makna, menggarisbawahi pengabdian kepada Allah SWT melalui ibadah haji dan refleksi atas nilai pengorbanan Nabi Ibrahim AS. Perayaan ini jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah, bertepatan dengan puncak ibadah haji, yaitu wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah. Al-Qur’an sendiri telah mengabadikan perintah pelaksanaan ibadah haji dalam Surah Al-Hajj ayat 27:
(Ayat Al-Hajj 27 dalam terjemahan yang baik dan kontekstual, bukan hanya transliterasi) Misalnya: "Wahai Ibrahim, serukanlah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, menunggang unta yang kurus, datang dari berbagai penjuru yang jauh."
Perbedaan penentuan awal Dzulhijjah, dan karenanya tanggal pelaksanaan Idul Adha, kerap menjadi sorotan. Pada tahun 2025, perbedaan tersebut kembali muncul antara pemerintah Indonesia, yang mengacu pada sidang isbat Kementerian Agama (Kemenag), dan PP Muhammadiyah yang menggunakan metode hisab.
Pemerintah: Menunggu Kepastian Sidang Isbat
Pemerintah, melalui Kemenag, akan menentukan awal Dzulhijjah 1446 H melalui sidang isbat. Sidang ini, yang akan mempertimbangkan perhitungan hisab dan rukyat (pengamatan hilal), dijadwalkan beberapa hari sebelum masuknya bulan Dzulhijjah. Berdasarkan kalender Hijriah yang digunakan oleh Ummul Qura, Arab Saudi – yang menjadi rujukan utama bagi penentuan waktu ibadah haji – Lebaran Haji 2025 diperkirakan jatuh pada hari Jumat, 6 Juni 2025. Namun, angka ini masih bersifat sementara dan akan dikonfirmasi secara resmi setelah hasil sidang isbat diumumkan. Kemenag secara konsisten menekankan pentingnya menunggu pengumuman resmi untuk menghindari kesimpangsiuran informasi dan memastikan keseragaman pelaksanaan ibadah. Proses sidang isbat sendiri melibatkan para ahli falak, astronom, dan tokoh agama untuk memastikan akurasi penentuan awal bulan. Transparansi proses ini menjadi kunci agar masyarakat dapat memahami dan menerima keputusan akhir pemerintah.
Muhammadiyah: Konsisten dengan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT)
Berbeda dengan pemerintah, PP Muhammadiyah telah menetapkan Lebaran Haji 2025 berdasarkan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT). Dengan menggunakan metode hisab, PP Muhammadiyah menetapkan Idul Adha 1446 H jatuh pada hari Jumat, 6 Juni 2025. Kesamaan tanggal dengan perkiraan pemerintah ini menunjukkan adanya konvergensi dalam perhitungan astronomis, meskipun metode dan pendekatan yang digunakan berbeda. Konsistensi Muhammadiyah dalam menggunakan KHGT mencerminkan komitmen organisasi tersebut terhadap akurasi dan kejelasan dalam penentuan waktu ibadah, yang diyakini telah melalui proses perhitungan yang cermat dan terpercaya. Penggunaan metode hisab oleh Muhammadiyah juga didasarkan pada kajian ilmiah dan pemahaman mendalam tentang astronomi Islam.
Wukuf di Arafah dan Hari Tasyrik
Terlepas dari perbedaan metode penentuan awal Dzulhijjah, baik pemerintah maupun Muhammadiyah sepakat bahwa wukuf di Arafah, rukun haji yang paling utama, diperkirakan akan dilaksanakan pada hari Kamis, 5 Juni 2025. Setelahnya, akan berlangsung hari tasyrik pada tanggal 7, 8, dan 9 Juni 2025. Hari tasyrik merupakan hari-hari yang dianjurkan untuk menyembelih hewan kurban dan berbagi daging kurban kepada sesama, sebagai bagian integral dari perayaan Idul Adha. Momentum ini menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk memperkuat silaturahmi dan berbagi kebahagiaan dengan masyarakat sekitar.
Sejarah Singkat Ibadah Haji dan Idul Adha
Ibadah haji memiliki sejarah yang panjang dan kaya, bahkan dapat ditelusuri hingga zaman Nabi Adam AS. Meskipun terdapat berbagai pendapat mengenai awal mula disyariatkannya ibadah haji, mayoritas ulama sepakat bahwa kewajiban haji dalam syariat Islam ditegaskan pada tahun ke-9 Hijriah, berdasarkan ayat Al-Qur’an dalam Surah Ali Imran ayat 97. Namun, pelaksanaan haji oleh Rasulullah SAW dan para sahabat baru terwujud setelah pembebasan Makkah pada tahun ke-8 Hijriah. Haji Wada’, yang dilakukan Rasulullah SAW pada tahun ke-10 Hijriah, menjadi haji terakhir dan bersejarah bagi beliau.
(Penjelasan lebih detail mengenai berbagai pendapat tentang sejarah ibadah haji, dengan merujuk pada sumber-sumber terpercaya dan menghindari interpretasi yang kontroversial.) Misalnya, dapat dijelaskan perbedaan pendapat mengenai apakah ibadah haji telah disyariatkan sejak zaman Nabi Adam AS atau hanya pada masa Nabi Ibrahim AS, serta argumentasi masing-masing pendapat.
Amalan Sunnah Menyambut Lebaran Haji 2025
Menyambut Lebaran Haji 2025, umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan berbagai amalan sunnah yang dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. Beberapa amalan tersebut antara lain:
-
Puasa sembilan hari pertama Dzulhijjah: Puasa ini memiliki keutamaan yang besar dan dianjurkan bagi yang mampu.
-
Perbanyak takbir, tahmid, tahlil, tasbih, istighfar, dan doa: Memperbanyak dzikir di bulan Dzulhijjah merupakan bentuk ibadah yang sangat dianjurkan.
-
Berqurban: Melaksanakan ibadah qurban pada tanggal 10 Dzulhijjah merupakan rukun Idul Adha bagi yang mampu. (Penjelasan lebih detail mengenai syarat dan tata cara berqurban.)
-
Bertobat: Momentum Idul Adha menjadi waktu yang tepat untuk bermuhasabah diri dan memohon ampun atas segala dosa.
-
Puasa Arafah (9 Dzulhijjah): Puasa Arafah memiliki keutamaan yang luar biasa, terutama bagi yang tidak menunaikan ibadah haji.
-
Shalat Idul Adha: Menunaikan shalat Idul Adha secara berjamaah pada tanggal 10 Dzulhijjah.
(Penjelasan lebih detail mengenai keutamaan masing-masing amalan sunnah, dengan merujuk pada hadits dan dalil-dalil yang sahih.)
Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Dzulhijjah
Sepuluh hari pertama Dzulhijjah memiliki keutamaan yang sangat istimewa dalam Islam. Al-Qur’an dalam Surah Al-Hajj ayat 28 menyebutkan keutamaan hari-hari tersebut:
(Ayat Al-Hajj 28 dalam terjemahan yang baik dan kontekstual, bukan hanya transliterasi) Misalnya: "Dan sebutkanlah nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan atas rezeki yang telah dianugerahkan-Nya kepadamu berupa binatang ternak. Makanlah sebagian darinya dan berilah makan orang yang sengsara lagi fakir."
Hadits Rasulullah SAW juga menegaskan keutamaan sepuluh hari pertama Dzulhijjah, bahkan melebihkannya atas amal shalih lainnya, kecuali jihad fi sabilillah dengan harta dan jiwa yang tidak kembali. (Mencantumkan hadits lengkap dengan sanadnya, jika memungkinkan.) Keutamaan ini menjadikan sepuluh hari pertama Dzulhijjah sebagai waktu yang sangat tepat untuk meningkatkan amal ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Momentum ini menjadi kesempatan emas bagi umat Islam untuk meraih pahala yang berlimpah.
(Kesimpulan yang merangkum seluruh isi berita, menekankan pentingnya menunggu pengumuman resmi dari Kemenag dan pentingnya persatuan umat Islam dalam menjalankan ibadah.) Misalnya: Meskipun terdapat perbedaan metode penentuan tanggal Idul Adha antara pemerintah dan Muhammadiyah, kedua pihak sepakat bahwa momentum ini merupakan kesempatan untuk memperkuat spiritualitas dan mempererat ukhuwah Islamiyah. Umat Islam diharapkan tetap tenang, menunggu pengumuman resmi dari Kemenag, dan senantiasa berikhtiar dalam menjalankan ibadah dengan penuh keikhlasan.