ERAMADANI.COM, BANTEN – AQL Peduli dan Ketua Majelis Nasional Turkistan Timur Muslim Uighur, Sayyid Tumturk kunjungi dan resmikan hunian bagi korban tsunami Selat Sunda, pada Kamis (28/11/2019) lalu.
Hal itu dipaparkan Direktur AQL Peduli, Firman Fabi ketika menjelaskan program “Bersama Muslim Uighur sejak Fase Emergency hingga Recovey” di Pandeglang, Banten.
“Fase recovery bantuan berupa material untuk rumah, family kita, serta pembangunan fasilitas ibadah untuk penyintas tsunami Selat Sunda,” ungkap Firman Fabi.
“Alhamdulillah dalam kunjungan kedua kemarin bersama muslim Uighur kita telah meresmikan 18 hunian tetap di Cikoneng dan bantuan dua masjid serta 136 family kit di Desa Sumur,” tuturnya.
Kunjungi Korban Tsunami Selat Sunda
Kedatangan mereka di sambut warga dengan penuh antusias dan rasa terimakasih kepada Muslim Uighur atas kepeduliannya terhadap sesama.
Dalam kinjungan itu, AQL Peduli menjadi partner Muslim Uighur dalam menyalurkan donasi untuk para korban tsunami Selat Sunda.
Pada kesempatan itu juga, Ketua Majelis Nasional Turkistan Timur Muslim Uighur, Sayyid Tumturk memberikan penjelasan terkait kondisi umat Muslim.
Yang berada di Uighur khususnya di Xinjiang yang sedang mengalami tekanan dari rezim komunis Cina.
Menurutnya, 35 juta warga Uighur di Xinjiang dan perantauan sedunia memohon dukungan doa dari seluruh umat Islam.
Agar dimudahkan perjuangan mereka dan menemukan jalan keluar secepat mungkin, untuk melawan kezaliman rezim komunis Cina.
“Kami mengkoreksi data dari PBB karena tidak kredibel hanya menyatakan 1 juta penduduk Xinjiang yang kehilangan hak hidup,” ungkap Sayyid.
Ia juga menyebutkan data investigasi dari Majlis Nasional Turkistan Timur, lebih dari 5 juta warga Muslim Uighur tewas akibat kebiadaban komunis Cina.
Ia juga menyampaikan bahwa Rezim komunis Cina telah merancang program dehumanisasi perilaku atau proses yang merendahkan seseorang dan hal lainnya.
Hal ini merupakan pandangan atau perlakuan orang lain seperti orang yang kekurangan kemampuan mental.
Sama halnya seperti kamp konsentrasi zaman Nazi di era Hitler yang terjadi di Uighur saat ini.
“Wanita dan anak-anak menjadi korban dari program yang berkamuflase pertukaran keluarga yang sesungguhnya untuk menghilangkan etnis Uighur”, tuturnya. (HAD)