ERAMADANI.COM – Dalam agama Hindu, tepatnya dalam kisah Mahabharata, Arjuna tidak patah semangat ketika Krisna menolak untuk membantunya secara fisik dalam pertempuran, tetapi Krisna yang mengetahui isi hati Arjuna menyabdakan Bhagavad Gītā yang memungkinkan Arjuna dapat membuat keputusan sendiri dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Sesuatu yang jauh lebih berharga dari sekadar berkeinginan untuk memenangkan pertempuran.
Tuhan selalu lebih mengerti keinginan kita daripada kita sendiri, meskipun kita belum menyadarinya.
Melansir dari filsafat_hindu, Ketika perang Bhārata Yudha berakhir, ibu Kuntī yang seharusnya bergembira menyaksikan kemenangan putra-putranya justru berkata hal yang sebaliknya kepada Vāsudeva.
vipadaḥ santu tāḥ śaśvat—aku sungguh-sungguh merindukan semua peristiwa yang menyengsarakan itu, tatra tatra jagad-guro—karena kami semua merasakan kehadiran-Mu secara terus menerus.
Ibu Kuntī tumbuh menjadi wanita tegar dalam menghadapi segala musibah dan rintangan.
Setelah menyadari segala peristiwa yang telah terjadi hanyalah wujud kasih sayang-Nya.
Dalam Garuḍa Purana dikatakan:
na deva daṇḍam-ādāya rakṣanti paśu-pālavat
yaṃ tu rakṣituṃ icchanti buddhyā saṃvibhajanti tam
“Tuhan tidak melindungi pemuja-Nya dengan mengambil senjata seperti layaknya lakon superhero lainnya; namun kepada mereka, yang ingin Dia lindungi, Tuhan telah memberikan kecerdasan kepadanya [untuk membuat keputusan dan pilihan yang bijak].”
Tuhan Yang Mahatahu berada di dalam hatinya dan mengetahui ketika ia sedang berada dalam kesulitan.
Orang bijaksana menginsafi hal ini dan tidak berdoa agar terhindar dari kesulitan material.
Sebaliknya, dia berdoa dan mengunjungi tempat-tempat suci untuk memuliakan Tuhan. Ia berdoa bukan demi kepentingan pribadinya.
brahma-bhūtaḥ prasannātmā na śocati na kāṅkṣati
samaḥ sarveṣu bhūteṣu mad-bhaktiṁ labhate parām
“Barang siapa yang bertempat pada kedudukan transedental, dialah orang yang dapat langsung menginsyafi Brahman Tertinggi. Tanpa pernah ia berkeluh kesah ataupun mengharapkan sesuatu; ia bersikap seimbang terhadap setiap makhluk hidup. Dalam keadaan seperti itulah ia murni berbhakti kepada-Ku.” — Bhagavad Gītā, 18.54
Dua Bentuk Maya Tuhan Kabulkan Doa dalam Agama Hindu
Wujud bakti kepada Tuhan yang berlandaskan tulus ikhlas, tanpa mengharapkan imbalan merupakan bentuk dari sembahyang yang sesungguhnya.
Ketika sembahyang memohon untuk berdoa bukan demi kepentingan diri sendiri, akan jauh lebih mudah terkabulkan daripada berdoa untuk memohon terhindar dari kesulitan finansial.
Dalam mengabulkan doa, Tuhan maha berkarunia, tetapi karunia Tuhan di alam material terwujud 2 bentuk māyā.
- Karunia itu adalah kebaikan yang menipu (āvaraṇikā).
- Kesengsaraan yang dirasakan hamba-Nya adalah wujud belas kasih-Nya (unmukha).
Tetap bersyukur dan tetap selalu menjadi bhakta yang setia, jangan lengah! (LWI)