ERAMADANI.COM, DENPASAR – Sebuah tulisan opini kiriman netizen A/N Arkan Meslab.
Ramadhan kali ini mungkin adalah Ramadhan paling berkesan yang akan kita lalui. Kita akan menjalani Ramadhan yang penuh berkah ini di tengah teror wabah corona.
Campur aduk rasanya, gembira dan juga cemas. Lalu bagaimana agar kita bisa memaksimalkan ibadah di bulan Ramadhan di tengah wabah yang mengancam?
Ramadhan, Corona, dan Tazkiyyatun Nafs
Bagi orang yang sedang safar (bepergian), haid, atau sakit, maka boleh tidak berpuasa. Tetapi wajib menggantinya di waktu lain di luar bulan Ramadhan.
Orang-orang yang dikarantina di Rumah Sakit, entah dengan status PDP atau positif covid 19tentunya masuk dalam kategori yang dibolehkan tidak berpuasa, namun wajib menggantinya di luar Ramadhan ketika sudah sehat nanti.
Adapun bagi kaum muslimin yang sehat, meskipun dia tinggal di daerah dengan tingkat resiko tertular sangat tinggi.
Maka tetap wajib melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Tidak bisa dengan alasan menjaga kondisi tubuh agar tetap fit kemudian berbuka di tengah hari Ramadhan.
Wabah corona termasuk kategori musibah. Allah SWT berfirman:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (TQS. Ar Ruum: 41)
Fasad menurut para mufassirin adalah kerusakan yang timbul disebabkan karena kemaksiatan yang dilakukan manusia.
Sehingga Allah menegur dengan teguran yang seharusnya cukup membuat kita sadar akan kesalahan kita. Corona adalah peringatan dari Allah atas sikap abai kita pada aturan-Nya.
Maka sudah seharusnya kita menyadari kesalahan kita, bertaubat, dan menjalankan perintah Allah SWT secara kaffah.
Ramadhan adalah saat yang tepat untuk kita merenungi akar masalah timbulnya wabah ini. Ibarat genteng rumah yang bocor, jika tidak diperbaiki, maka akan bermunculan masalah-masalah baru yang kian banyak dan ruwet.
Kita harus mencari sumber masalah sekaligus melakukan upaya teknis jangka pendek untuk menyelesaikan masalah yang ada. Inilah momen yang tepat untuk membersihkan diri dan hati kita. Rasulullaah SAW bersabda:
“Telah datang bulan Ramadhan kepada kalian, bulan barakah yang di dalamnya Allah mendatangi kalian. Maka turunlah rahmat. Dan dihapuskanlah kesalahan-kesalahan.”
Di bulan itu Allah mengabulkan do’a. Di bulan itu Allah melihat (memperhatikan) perlombaan diantara kalian. Dan Allah membanggakan kalian kepada para malaikat-Nya.
Maka perlihatkanlah kepada Allah kebaikans ebab orang yang celaka adalah yang tidak mendapatkan rahmat Allah didalamnya.” (HR. at-Thabrani)
Muhasabah Diri
Maka sudah tepat jika kemudian kita muhasabah diri, kenapa Allah timpakan wabah ini kepada kita. Bisa jadi kita melakukan kemaksiatan dalam bentuk sikap abai kita akan perintah menjalankan syari’at-Nya secara kaffah.
Atau bisa juga sikap diam kita atas pembantaian saudara-saudara muslim kita di Gaza, Pattani, Kashmir, dsb. Bukankah Allah SWT sudah mengingatkan:
“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu.Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.”(TQS. Al Anfal: 25)
Hati-hati, jangan sampai kita merasa diri kita terlalu sholeh sehingga anti azab. Mungkin kita rajin beribadah, tetapi sikap diam kita.
Ketika syari’at Allah SWT dilecehkan justru menunjukkan bahwa kesholehan kita ada cacatnya.Tetapi jika kita benar-benar sadar dan bertaubat pada Allah, Rasulullaah SAW mengatakan:
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan pahala (dari Allah SWT), niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukharidan Muslim)
Tazkiyyatun nafs, adalah salah satu kunci meraih keberkahan Ramadhan, sekaligus kunci keluar dari wabah ini. Maka amat baiklah ketika malam-malam panjang yang kita lalui dengan qiyamullail kemudian kita tutup dengan do’a sepenuh hati dan cinta. Imam An-Nawawi menjelaskan:
“Dianjurkan bagi orang yang berpuasa untuk berdo’a sepanjang waktu puasanya (selama ia berpuasa) dengan do’a-do’a yang sangat penting bagi urusan akhirat dan dunianya, bagi dirinya, bagi orang yang dicintai dan untuk kaum muslimin.” (Syarh Al-Muhaddzab An-Nawawi)
Maka selipkanlah do’a agar Allah mendatangkan kebaikan setelah wabah ini. Kebaikan yang tidak hanya bertahan sebulan dua bulan.
Akan tetapi kebaikan yang akan bertahan hingga hari kiamat yang kelak bisa menjadi hujjah kita dihadapan Allah SWT.
Kebaikan yang bisa meliputi tidak hanya kaum muslimin, akan tetapi umat manusia diseluruh penjuru bumi, bahkan hewan dan tanaman pun bisa merasakan dan menikmati kebaikan tersebut.
Ramadhan, Corona, dan Dakwah
Dakwah adalah kewajiban dan amal sholeh. Di bulan Ramadhan Allah SWT lipat gandakan semua amal kebaikan. Allah berfirman:
“Serulah (manusia) kepada jalanTuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. SesungguhnyaTuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”(TQS.AnNahl: 125)
“Wahai sekalian manusia, telah datang pada kalian bulan yang mulia.Di bulan tersebut terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Puasanya dijadikan sebagai suatu kewajiban.“
Shalat malamnya adalah suatu amalan sunnah. Siapa yang melakukan kebaikan (amalan sunnah) pada bulan tersebut seperti ia melakukan kewajiban di waktu lainnya.
Siapa yang melaksanakan kewajiban pada bulan tersebut seperti menunaikan tujuh puluh kewajiban di waktu lainnya.”(HR. IbnuKhuzaimahNo. 1887 dalamshahihnya)
Maka sungguh amat merugi jika kita kemudian mengendorkan aktivitas dakwah kita.Corona bukanlah alasan untuk tidak berdakwah.
Inilah saatnya kita berkreasi dengan memanfaatkan berbagai sarana yang ada. Aplikasi sosial media, meeting on line, dsb adalah sarana yang bisa kita manfaatkan untuk meningkatkan performa dakwah.
Khatimah
Seorang muslim yang cerdas mampu membalikkan musibah menjadi ladang pahala. Corona adalah musibah yang muncul karena kemaksiatan yang kita lakukan.
Bulan Ramadhan yang mulia dan penuh berkah ini adalah fasilitas yang Allah berikan bagi kita untuk muhasabah, berdo’a, mohon ampun, dan meningkatkan amal sholeh.
Wabah corona di bulan Ramadhan ini sudah seharusnya mampu kita jadikan sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri dan amal kita.
Kondisi lock down ataupun social distancing adalah kesempatan emas untuk kita berkreasi dengan cerdas mencari uslub-uslub dakwah yang baru.
Meningkatkan performa dakwah kita, dan melipat gandakan amal sholeh kita. Fashtabiqul khayraat…marhaban yaa Ramadhan. (Arkan Meslab)