ERAMADANI.COM, JAKARTA – Nilai Tukar Petani (NTP) pada Februari 2021 menurun 0,15 persen dan menjadi 103,10. Badan Pusat Statistik (BPS) pun menyatakan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) menurun 0,27 persen dan menjadi 103,72.
Berdasarkan subsektor, ada dua usaha petani yang mengalami penurunan NTP.
Petani tanaman pangan mengalami penurunan NTP 0,84 persen. Sementara penurunan tersebut membuat NTP tanaman pangan jatuh bawah level 100 yakni 99,21.
Penurunan itu terjadi lantaran indeks harga yang petani terima mengalami penurunan 0,59 persen, sebaliknya indeks harga yang petani bayar mengalami peningkatan sebesar 0,26.
“Penurunan harga yang diterima petani ini terjadi karena terutama adanya penurunan harga gabah karena banyak daerah yang sudah memasuki masa panen,” jelas Suhariyanto, mengutip republika.co.id.
Lantas subsektor lainnya yang mengalami penurunan ialah subsektor peternakan.
Subsektor peternakan mengalami penurunan 0,33 persen dan menjadi 97,68, karena indeks harga yang petani terima juga mengalami penurunan 0,7 persen.
Sementara indeks harga yang petani bayar naik 0,7 persen.
Suhariyanto menjelaskan komoditas yang paling dominan memengaruhi penurunan indeks harga yang petani terima adalah penurunan harga daging dan juga telur.
Hal itu menyebabkan terjadinya inflasi untuk bulan Februari 2021.
Meski demikian, terdapat subsektor yang mengalami kenaikkan yakni subsektor hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, dan perikanan.
Masing-masing naik 1,83 persen, 0,35 persen, dan 0,30 persen.
Adapun situasi pada Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) sama seperti yang terjadi dalam NTP.
Penurunan NTUP utamanya terjadi pada subsektor tanaman pangan sebesar 0,99 persen dan subsektor peternakan sebesar 0,32 persen. (ITM)