Jakarta, [Tanggal Publikasi] – Air, zat kimiawi sederhana yang vital bagi kehidupan, kerap dikaitkan dengan berbagai makna dan kepercayaan, melampaui fungsi biologisnya semata. Pandangan ini diperkuat oleh sejumlah penelitian dan kepercayaan lintas budaya, termasuk gagasan yang mengemuka mengenai kekuatan doa dalam konteks penyembuhan melalui air. Salah satu contohnya adalah praktik membaca doa "Nawaitu Syifa Bibarokatil Musthofa Shollallohu Alaihi Wasallam" sebelum meminum air, sebuah praktik yang diyakini dapat meningkatkan khasiat air untuk kesehatan.
Konsep ini berangkat dari penelitian Dr. Masaru Emoto, yang dipopulerkan dalam bukunya, Hidden Messages in Water. Emoto mengklaim bahwa air memiliki kemampuan unik untuk "mendengar," "membaca," dan "mengerti" pesan-pesan yang disampaikan kepadanya. Eksperimennya, yang hingga kini masih menjadi perdebatan di kalangan ilmiah, menunjukkan bahwa struktur molekul air berubah merespon berbagai stimulus, termasuk kata-kata dan musik. Air yang dibacakan doa atau kata-kata positif, menurut Emoto, menunjukkan struktur kristal yang lebih indah dan harmonis dibandingkan dengan air yang terpapar energi negatif. Meskipun metodologi dan kesimpulan Emoto telah dikritik karena kurangnya rigor ilmiah, gagasannya tetap berpengaruh dalam memunculkan kepercayaan akan kekuatan doa dalam konteks penyembuhan.
Buku Dahsyatnya Air Putih karya Adi D. Tilong, mengutip temuan Emoto untuk mendukung klaim bahwa air yang dibacakan doa dapat memiliki efek penyembuhan. Buku ini, dan berbagai sumber serupa, menghubungkan praktik ini dengan keyakinan bahwa air bertindak sebagai medium yang mentransfer energi positif dari doa ke tubuh manusia. Air, dalam konteks ini, bukan sekadar pelarut, tetapi pembawa pesan spiritual yang dapat meningkatkan efektivitas doa dalam proses penyembuhan.
Namun, perlu ditekankan bahwa pandangan ini perlu dikaji secara kritis. Meskipun banyak yang meyakini khasiatnya, klaim tentang penyembuhan melalui doa dan air putih belum didukung oleh bukti ilmiah yang kuat dan teruji secara metodologis. Di kalangan ilmuwan, masih terdapat perdebatan sengit mengenai validitas penelitian Emoto dan interpretasi hasil eksperimennya. Penting untuk membedakan antara keyakinan spiritual dan klaim ilmiah yang memerlukan pembuktian empiris.
Meskipun demikian, praktik membaca doa "Nawaitu Syifa Bibarokatil Musthofa Shollallohu Alaihi Wasallam" sebelum minum air, yang artinya "Aku niat memperoleh kesembuhan dengan berkahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam," memiliki akar dalam tradisi keagamaan Islam. Hababah Nur Al-Haddar, istri dari Sayyidil Habib Umar bin Hafidz, seorang ulama Sunni Tradisional dari mazhab Syafi’i, menganjurkan praktik ini. Doa ini diyakini dapat memohon perlindungan dan kesembuhan dari penyakit baik fisik maupun spiritual, serta memohon kemudahan dalam menjalankan ibadah. Praktik ini, bagi penganutnya, bukan sekadar ritual, melainkan ungkapan kepercayaan dan kedekatan dengan Tuhan.
Penggunaan doa dalam konteks kesehatan, meskipun tidak selalu didukung oleh bukti ilmiah konvensional, memiliki signifikansi psikologis dan spiritual yang tak dapat diabaikan. Efek placebo, misalnya, telah terbukti secara ilmiah dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan, bahkan pada kondisi medis tertentu. Keyakinan kuat terhadap suatu metode penyembuhan, termasuk doa, dapat meningkatkan optimisme, mengurangi stres, dan memperkuat sistem imun, sehingga berkontribusi pada proses pemulihan. Dalam konteks ini, membaca doa "Nawaitu Syifa" dapat dilihat sebagai bentuk terapi sugesti yang positif, yang dapat meningkatkan kesejahteraan mental dan spiritual.
Lebih jauh, praktik ini juga dapat diinterpretasi sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan akan peran spiritualitas dalam kehidupan manusia. Dalam banyak budaya, doa dan ritual keagamaan berperan penting dalam menghadapi penyakit dan kesulitan hidup. Praktik ini menyediakan kerangka kerja spiritual yang dapat memberikan rasa tenang, harapan, dan dukungan emosional bagi individu yang sedang berjuang melawan penyakit.
Namun, penting untuk menekankan bahwa doa dan air putih yang didoakan bukanlah pengganti pengobatan medis konvensional. Bagi mereka yang menderita penyakit, sangat penting untuk mencari perawatan medis yang tepat dan mengikuti saran dokter. Doa dan praktik spiritual lainnya dapat dilihat sebagai pelengkap, bukan pengganti, pengobatan medis. Mengandalkan semata-mata pada doa tanpa perawatan medis yang tepat dapat berisiko dan bahkan membahayakan kesehatan.
Selain doa, adab minum air juga memiliki tempat penting dalam ajaran Islam. Buku Pintar 50 Adab Islam karya Arfiani mencatat contoh-contoh adab minum yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Adab-adab ini, yang mencakup cara memegang gelas, posisi duduk, dan jumlah tegukan, mencerminkan perhatian terhadap kesopanan, kebersihan, dan penghargaan terhadap nikmat Tuhan. Praktik-praktik ini, meskipun tampak sederhana, mengandung nilai-nilai etika dan spiritual yang mendalam.
Kesimpulannya, praktik membaca doa "Nawaitu Syifa Bibarokatil Musthofa" sebelum minum air merupakan fenomena yang kompleks yang melibatkan aspek ilmiah, spiritual, dan budaya. Meskipun klaim tentang efek penyembuhannya masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan validasi ilmiah, praktik ini memiliki signifikansi spiritual dan psikologis yang penting bagi penganutnya. Penting untuk memahami konteks budaya dan spiritual di balik praktik ini, serta membedakan antara keyakinan spiritual dan klaim ilmiah yang memerlukan pembuktian empiris. Terakhir, penggunaan doa dan praktik spiritual lainnya harus dilihat sebagai pelengkap, bukan pengganti, perawatan medis yang tepat. Keseimbangan antara pendekatan ilmiah dan spiritual sangat penting dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan secara holistik.