Mukjizat merupakan bukti nyata kekuasaan dan kenabian Rasulullah SAW. Di antara sekian banyak mukjizat yang Allah SWT anugerahkan kepada Nabi Muhammad, terdapat kisah unik dan mengagumkan tentang kerikil yang bertasbih di tangan beliau. Kisah ini bukan sekadar cerita ajaib, melainkan menunjukkan kedekatan luar biasa Rasulullah SAW dengan Sang Pencipta, sekaligus mengungkapkan keistimewaan beliau yang mampu menggerakkan alam semesta, bahkan benda mati sekalipun, untuk bertasbih memuji-Nya.
Berbagai riwayat mengisahkan peristiwa menakjubkan ini. Salah satu riwayat yang terdokumentasi baik, seperti yang dikutip Abdul Aziz bin Muhammad As-Salam dalam karyanya, Mukjizat-mukjizat Nabi Muhammad, menceritakan peristiwa ini melalui kisah Abu Dzar al-Ghifari. Riwayat ini mengungkapkan suatu hari, Abu Dzar menemui Rasulullah SAW dan duduk di samping beliau.
Rasulullah SAW, dengan kelembutan dan kearifan yang khas, menanyakan maksud kedatangan Abu Dzar. "Wahai Abu Dzar, apa yang membuatmu datang ke sini?" tanya beliau. Abu Dzar, dengan penuh keimanan dan kesetiaan, menjawab, "Allah dan Rasul-Nya."
Jawaban sederhana namun sarat makna itu menjadi pintu pembuka bagi peristiwa ajaib yang akan terjadi. Tak lama kemudian, Abu Bakar Ash-Shiddiq datang dan mengucapkan salam, lalu duduk di sebelah kanan Rasulullah SAW. Pertanyaan yang sama diajukan Rasulullah SAW kepada Abu Bakar, dan jawabannya pun sama: "Allah dan Rasul-Nya."
Kemudian, Umar bin Khattab tiba dan duduk di sebelah kanan Abu Bakar. Beliau pun mendapatkan pertanyaan yang sama dari Rasulullah SAW, dan jawabannya pun tak berbeda: "Allah dan Rasul-Nya." Terakhir, Utsman bin Affan datang dan duduk di sebelah kanan Umar. Utsman pun memberikan jawaban yang sama seperti sahabat-sahabatnya sebelumnya: "Allah dan Rasul-Nya."
Di sinilah peristiwa luar biasa itu terjadi. Rasulullah SAW mengambil tujuh buah kerikil—ada pula riwayat yang menyebutkan sembilan—dari tanah. Secara ajaib, kerikil-kerikil itu tiba-tiba bertasbih, mengeluarkan suara yang didengar Abu Dzar seperti dengungan lebah. Suara bertasbih itu begitu jelas dan merdu, menandakan kekuasaan Allah SWT yang maha dahsyat.
Namun, keajaiban ini bersifat sementara dan terkendali. Ketika Rasulullah SAW meletakkan kerikil-kerikil itu di tanah, suara bertasbih itu langsung berhenti. Kerikil-kerikil itu kembali menjadi benda mati biasa.
Untuk membuktikan keajaiban ini bukan hanya kebetulan, Rasulullah SAW kemudian meletakkan kerikil-kerikil tersebut di tangan Abu Bakar. Dan kembali, kerikil-kerikil itu bertasbih dengan suara yang sama, seperti dengungan lebah, yang didengar jelas oleh Abu Dzar. Begitu pula ketika kerikil-kerikil itu diletakkan di tangan Umar dan Utsman. Di tangan ketiga sahabat utama ini, kerikil-kerikil itu bertasbih, lalu kembali diam ketika diletakkan kembali di tanah.
Peristiwa ini bukan sekadar pertunjukan keajaiban, melainkan mengandung makna yang lebih dalam. Az-Zuhri, seorang ulama terkemuka, menafsirkan peristiwa ini sebagai petunjuk tentang khilafah, kepemimpinan umat Islam setelah Rasulullah SAW. Keempat sahabat yang menyaksikan langsung mukjizat ini—Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Abu Dzar—memiliki peran penting dalam sejarah kepemimpinan umat Islam.
Selain kisah kerikil yang bertasbih, terdapat pula riwayat lain yang memperlihatkan keistimewaan Rasulullah SAW di hadapan alam semesta. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Samurah menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Aku masih ingat pada sebuah batu di Makkah yang mengucapkan salam kepadaku sebelum aku diutus, sekarang pun aku masih mengenalnya." (HR. Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa bahkan batu pun menunjukkan penghormatan dan salam kepada Rasulullah SAW. Ini bukan sekadar penghormatan biasa, melainkan tanda pengakuan dari alam semesta terhadap kenabian dan keistimewaan beliau. Batu tersebut seakan-akan memahami dan mengakui kedudukan Rasulullah SAW sebagai utusan Allah SWT.
Riwayat lain dari Ali bin Abi Thalib memperkuat hal ini. Beliau menceritakan, "Aku pernah bersama Nabi di Makkah. Kami menuju beberapa tempat di luar Makkah antara pegunungan dan pohon-pohon. Beliau tidak melewati pohon dan batu kecuali mereka mengucapkan ‘Assalamu ‘Alaika, ya Rasulullah.’" (HR. Tirmidzi)
Riwayat ini menunjukkan bahwa bukan hanya satu batu, tetapi banyak pohon dan batu yang memberikan salam kepada Rasulullah SAW. Alam semesta seakan-akan berbicara, mengucapkan salam dan menunjukkan penghormatan kepada Rasulullah SAW. Peristiwa ini menunjukkan keistimewaan beliau yang melampaui batas kemampuan manusia biasa.
Kedua kisah ini, baik kisah kerikil yang bertasbih maupun batu dan pohon yang bersalam, menunjukkan kekuasaan Allah SWT yang maha besar dan keistimewaan Rasulullah SAW sebagai utusan-Nya. Mukjizat-mukjizat ini bukan hanya untuk menunjukkan kebenaran kenabian beliau, tetapi juga untuk mengingatkan kita akan kebesaran Allah SWT dan pentingnya menghormati dan meneladani Rasulullah SAW.
Peristiwa-peristiwa ini juga mengajarkan kita tentang keharmonisan antara manusia dan alam. Alam semesta menunjukkan reaksi positif terhadap kehadiran Rasulullah SAW, menunjukkan bahwa kebaikan dan keimanan dapat menciptakan kedamaian dan keharmonisan dengan alam sekitar. Ini merupakan pesan yang sangat penting di era modern ini, di mana hubungan manusia dengan alam seringkali terganggu oleh keserakahan dan kerusakan lingkungan.
Kesimpulannya, kisah kerikil yang bertasbih dan batu yang bersalam merupakan bagian dari mukjizat Rasulullah SAW yang menunjukkan kekuasaan Allah SWT dan keistimewaan beliau sebagai utusan-Nya. Kisah-kisah ini bukan hanya cerita legenda, tetapi merupakan bagian dari sejarah Islam yang harus dipelajari dan direnungkan untuk mendapatkan hikmah dan pelajaran yang berharga. Kisah ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya menghormati alam dan menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan alam sekitar.