Jakarta, 7 Januari 2025 – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah secara resmi menetapkan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1446 Hijriah/2025 Masehi berdasarkan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT). Keputusan ini menempatkan awal puasa Ramadan 2025 pada hari Sabtu, 1 Maret 2025, dan Idul Fitri pada Minggu, 30 Maret 2025. Penetapan ini menandai pergeseran signifikan dari metode hisab hakiki wujudul hilal yang sebelumnya digunakan organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia ini. Adopsi KHGT mencerminkan komitmen Muhammadiyah terhadap pendekatan ilmiah dan konsistensi dalam penentuan waktu-waktu penting keagamaan.
Informasi ini disampaikan langsung oleh Ketua Biro Komunikasi dan Pelayanan Umum PP Muhammadiyah, Edy Kuscahyanto, Selasa (7/1/2025). Beliau menjelaskan bahwa penetapan tanggal-tanggal tersebut didasarkan pada perhitungan ijtimak yang akurat dan terpercaya, merujuk pada data astronomi global. Penggunaan KHGT diharapkan dapat memberikan kepastian dan menghilangkan keraguan di kalangan umat Islam terkait penentuan awal bulan-bulan penting dalam kalender Hijriah.
"Perubahan metode ini bukan semata-mata pergeseran teknis, melainkan juga sebuah langkah strategis untuk meningkatkan akurasi dan konsistensi dalam penetapan awal bulan kamariah," ujar Edy Kuscahyanto dalam keterangan persnya. "KHGT merupakan hasil kajian mendalam dan komprehensif dari Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, yang telah mempertimbangkan berbagai faktor ilmiah dan metodologis," tambahnya.
Lebih lanjut, Edy Kuscahyanto menjelaskan detail perhitungan ijtimak yang menjadi dasar penetapan awal Ramadan. Berdasarkan data KHGT, ijtimak akhir bulan Syakban 1446 H terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025, pukul 00:44:38 GMT. Setelah melalui proses perhitungan yang mempertimbangkan posisi hilal dan kriteria imkanur rukyat (kemungkinan melihat hilal), maka disimpulkan bahwa awal Ramadan 1446 H jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025.
Data yang dirujuk menunjukkan bahwa pada Jumat, 28 Februari 2025, pukul 14:43:34 GMT di Kota Ais Yaman, posisi hilal teramati dengan ketinggian (T) 5° 42′ 57" dan elongasi (E) 8° 00′ 22". Data ini, menurut keterangan resmi PP Muhammadiyah, memenuhi kriteria imkanur rukyat yang telah ditetapkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid. Perhitungan serupa juga dilakukan dengan merujuk pada waktu di New Zealand, menunjukkan konsistensi data dan validitas perhitungan.
"Penetapan ini telah melalui proses kajian yang panjang dan matang, melibatkan para ahli astronomi dan pakar hisab di lingkungan Muhammadiyah," tegas Edy Kuscahyanto. "Kami berharap penetapan ini dapat diterima dengan baik oleh seluruh umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah, sebagai pedoman dalam menjalankan ibadah puasa Ramadan dan merayakan Idul Fitri," imbuhnya.
Tidak hanya awal Ramadan, KHGT juga menetapkan awal Syawal 1446 H. Ijtimak akhir bulan Ramadan terjadi pada Sabtu, 29 Maret 2025, pukul 10:57:38 GMT. Berdasarkan perhitungan imkanur rukyat di Kota Shamattawa Manitoba Kanada, di mana posisi hilal teramati dengan ketinggian (T) 6° 03′ 50" dan elongasi (E) 8° 18′ 04" pada Ahad, 30 Maret 2025 pukul 00:43:03 GMT, maka awal Syawal 1446 H ditetapkan pada Minggu, 30 Maret 2025. Ini berarti Idul Fitri 1446 H dirayakan pada tanggal tersebut. Sekali lagi, perhitungan ini juga divalidasi dengan data dari New Zealand.
Lebih lanjut, kalender tersebut juga menetapkan awal Zulhijah 1446 H jatuh pada Rabu, 28 Mei 2025. Dengan demikian, Hari Raya Idul Adha (10 Zulhijah) akan dirayakan pada Jumat, 6 Juni 2025, dan puasa Arafah akan dilaksanakan pada Kamis, 5 Juni 2025.
Perubahan metode penentuan awal bulan kamariah dari hisab hakiki wujudul hilal ke KHGT merupakan langkah strategis Muhammadiyah dalam menghadapi tantangan modernisasi dan globalisasi. Metode hisab hakiki wujudul hilal, yang mengutamakan pengamatan hilal secara langsung, seringkali menimbulkan perbedaan pendapat dan penentuan tanggal yang beragam di berbagai wilayah. KHGT, dengan pendekatan ilmiah dan perhitungan global, diharapkan dapat meminimalisir perbedaan tersebut dan memberikan kepastian bagi umat Islam.
Penggunaan teknologi dan data astronomi terkini dalam KHGT juga menjamin akurasi dan konsistensi penentuan awal bulan kamariah. Hal ini sejalan dengan semangat Muhammadiyah untuk selalu berinovasi dan menggabungkan nilai-nilai keislaman dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1446 H oleh PP Muhammadiyah bukan hanya sekadar penentuan tanggal, tetapi juga merupakan refleksi dari komitmen organisasi terhadap pengembangan pemahaman Islam yang modern, rasional, dan berbasis ilmu pengetahuan.
Penetapan ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi upaya penyatuan umat Islam dalam menentukan waktu-waktu penting keagamaan. Meskipun perbedaan metode penentuan awal bulan kamariah masih mungkin terjadi dengan organisasi Islam lainnya, langkah Muhammadiyah ini diharapkan dapat menjadi rujukan dan inspirasi bagi upaya pencarian titik temu dan harmonisasi dalam perbedaan tersebut. Komunikasi dan dialog antar organisasi keagamaan diharapkan dapat terus ditingkatkan untuk mencapai kesamaan pemahaman dan menciptakan suasana ukhuwah Islamiyah yang lebih kuat.
Kesimpulannya, penetapan awal Ramadan 1446 H pada 1 Maret 2025 oleh PP Muhammadiyah melalui penggunaan KHGT merupakan suatu langkah penting dan strategis. Langkah ini menunjukkan komitmen Muhammadiyah terhadap pengembangan pemahaman Islam yang modern, rasional, dan berbasis ilmu pengetahuan, serta upaya untuk memberikan kepastian dan kemudahan bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah. Semoga penetapan ini dapat diterima dengan baik dan membawa keberkahan bagi seluruh umat.