Jakarta, 17 Januari 2025 – Wacana libur sekolah selama bulan Ramadan yang belakangan mengemuka telah memicu beragam tanggapan dari berbagai kalangan, termasuk organisasi kemasyarakatan Islam terbesar kedua di Indonesia, Muhammadiyah. Terkait rencana tersebut, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, menegaskan bahwa keputusan akhir sepenuhnya berada di tangan pemerintah. Muhammadiyah, kata Haedar, akan mendukung kebijakan yang diambil pemerintah terkait hal ini.
"Perlu ada pembicaraan terlebih dahulu secara intens di antara kementerian terkait sebelum mengambil keputusan," ujar Haedar Nashir dalam keterangan resmi yang dirilis di laman resmi Muhammadiyah. Pernyataan ini sekaligus menekankan pentingnya koordinasi dan pertimbangan matang dari pemerintah sebelum menetapkan kebijakan yang berdampak luas pada sistem pendidikan nasional.
Meskipun mendukung penuh keputusan pemerintah, Haedar Nashir turut memberikan pandangannya terkait potensi manfaat dan tantangan dari wacana libur sekolah selama Ramadan. Ia melihat bahwa suasana Ramadan yang khidmat, yang telah mendarah daging dalam budaya masyarakat Indonesia, merupakan momentum yang ideal untuk pembinaan karakter dan akhlak anak-anak. Libur, menurutnya, bukan berarti waktu yang terbuang, melainkan kesempatan emas untuk mengisi waktu dengan kegiatan positif.
"Suasana dan budaya selama Ramadan telah menyatu dengan habituasi anak-anak muslim Indonesia. Suasana khidmat Ramadan bisa dijadikan untuk membina akhlak dan akal budi," jelasnya. Lebih lanjut, Haedar menekankan pentingnya memanfaatkan waktu libur, berapapun lamanya, untuk kegiatan yang berfokus pada pengembangan karakter, moral, dan intelektual anak-anak. Hal ini dinilai krusial mengingat berbagai permasalahan mentalitas yang dihadapi generasi muda Indonesia saat ini.
"Sehingga libur seberapa lama pun di bulan Ramadan gunakan untuk membina akhlak, bina akal budi. Di samping juga ada proses pembelajaran," tegas Haedar. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa Muhammadiyah tidak hanya melihat libur sebagai waktu istirahat semata, tetapi juga sebagai kesempatan untuk memperkuat pondasi moral dan karakter generasi penerus bangsa.
Guru Besar Ilmu Sosiologi ini juga menyoroti fenomena ketercerabutan budaya yang dialami anak-anak Indonesia akibat derasnya arus informasi digital melalui gawai. Kondisi ini, menurutnya, semakin mempertegas urgensi pembinaan akhlak dan karakter yang intensif. Libur sekolah, jika diimplementasikan, dapat menjadi solusi untuk mengurangi paparan informasi digital yang berlebihan dan mengarahkan anak-anak pada kegiatan yang lebih bermakna.
"Kenyataan itu menurutnya menjadi alasan pentingnya pembinaan akhlak, pendidik akal budi, termasuk juga karakter bagi anak-anak Indonesia," kata Haedar, menegaskan kembali pentingnya memanfaatkan momentum Ramadan untuk pembinaan generasi muda.
Sementara itu, pemerintah sendiri masih dalam tahap pembahasan terkait wacana tersebut. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Kementerian Agama (Kemenag), dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) tengah melakukan koordinasi untuk mencapai keputusan yang komprehensif dan mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk dampaknya terhadap proses pembelajaran dan kesiapan infrastruktur pendukung.
Menteri Agama (Menag) RI, Yaqut Cholil Qoumas (Nasaruddin Umar dalam berita sumber, namun informasi ini perlu diklarifikasi karena terdapat perbedaan nama Menteri Agama), menjelaskan bahwa kebijakan libur Ramadan telah diterapkan di pondok pesantren. Namun, untuk sekolah-sekolah umum, masih dalam tahap pertimbangan.
"Ya, sebetulnya sudah warga Kementerian Agama, khususnya di pondok pesantren, itu libur. Tetapi sekolah-sekolah yang lain juga masih sedang kita wacanakan, tetapi ya nanti tunggulah penyampaian-penyampaian," kata Menag. Pernyataan ini menunjukkan bahwa pemerintah menyadari perbedaan konteks antara pendidikan di pondok pesantren dan sekolah umum, sehingga pendekatan yang diterapkan pun perlu disesuaikan.
Menag juga menekankan pentingnya kualitas ibadah selama Ramadan, terlepas dari adanya libur sekolah atau tidak. Menurutnya, fokus utama adalah peningkatan keimanan dan ketaqwaan umat Islam selama bulan suci tersebut.
"Yang jelas bahwa libur atau tidak libur, sama-sama kita berharap berkualitas ibadahnya. Bagi saya, itu yang paling penting. Ramadan itu adalah konsentrasi bagi umat Islam," tegas Menag. Pernyataan ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak hanya fokus pada aspek teknis kebijakan, tetapi juga memperhatikan aspek spiritual dan nilai-nilai keagamaan yang menjadi inti dari bulan Ramadan.
Secara keseluruhan, wacana libur sekolah selama Ramadan telah memicu diskusi yang intensif di berbagai kalangan. Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam terkemuka di Indonesia, menunjukkan sikap yang bijak dan mendukung penuh keputusan pemerintah. Namun, organisasi ini juga menekankan pentingnya memanfaatkan waktu libur, jika diputuskan, untuk kegiatan yang berfokus pada pembinaan akhlak, karakter, dan intelektual anak-anak Indonesia. Pemerintah, di sisi lain, sedang melakukan kajian komprehensif untuk memastikan kebijakan yang diambil berdampak positif bagi seluruh lapisan masyarakat, sekaligus memperhatikan aspek keagamaan dan pendidikan. Proses pengambilan keputusan ini diharapkan dapat menghasilkan kebijakan yang tepat dan bermanfaat bagi generasi muda Indonesia. Perdebatan ini juga menyoroti pentingnya dialog dan koordinasi antar lembaga pemerintah dan organisasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan yang berdampak luas pada kehidupan masyarakat. Ke depan, diharapkan akan ada transparansi dan keterbukaan informasi yang lebih baik terkait proses pengambilan keputusan ini, sehingga masyarakat dapat memahami alasan di balik kebijakan yang diambil pemerintah. Hal ini penting untuk membangun kepercayaan publik dan memastikan kebijakan tersebut diterima dengan baik oleh seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, perlu juga dipertimbangkan mekanisme evaluasi dan monitoring terhadap implementasi kebijakan ini, agar dapat diukur efektivitasnya dan dilakukan penyesuaian jika diperlukan. Dengan demikian, wacana libur sekolah selama Ramadan dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pembinaan karakter generasi muda Indonesia.