Usia Nabi Nuh Alaihissalam (AS) merupakan salah satu topik yang senantiasa memicu perdebatan di kalangan para ulama dan peneliti agama. Meskipun Al-Qur’an dan berbagai hadis menyebutkan Nabi Nuh sebagai sosok yang dikaruniai umur panjang, angka pasti usianya hingga kini masih menjadi teka-teki. Perbedaan interpretasi ayat-ayat suci dan riwayat-riwayat yang beragam menyebabkan munculnya berbagai angka yang signifikan, mulai dari ratusan hingga ribuan tahun. Artikel ini akan mengkaji berbagai sumber dan perspektif terkait usia Nabi Nuh, serta menganalisis perbedaan pendapat yang ada.
Ayat Al-Qur’an dan Interpretasinya:
Salah satu rujukan utama adalah surah Al-Ankabut ayat 14 yang berbunyi: (Terjemahan bebas): "Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal bersama mereka selama sembilan ratus lima puluh tahun…" Ayat ini, menurut Tafsir Al-Qur’an Kementerian Agama Republik Indonesia, menunjukkan masa kenabian Nabi Nuh, bukan keseluruhan usianya. Ayat tersebut hanya mencatat lamanya beliau berdakwah di tengah kaumnya yang sesat, bukan umur beliau sejak lahir hingga wafat. Ini menjadi poin penting yang seringkali terlupakan dalam perdebatan mengenai usia Nabi Nuh. Fokus ayat tersebut terletak pada durasi dakwah, bukan total usia beliau.
Riwayat dari Abdullah bin Abbas dan Perbedaan Pendapat:
Salah satu riwayat yang paling sering dikutip terkait usia Nabi Nuh berasal dari Abdullah bin Abbas. Riwayat ini, yang diriwayatkan oleh beberapa perawi terkemuka seperti Ibnu Abi Syaibah, Abd bin Hamid, Ibnu Al-Munzdir, Ibnu Abi Hatim, Abu Asy-Syaikh, dan Al-Hakim (yang menilai isnad riwayat ini shahih), menyebutkan bahwa Nabi Nuh diutus Allah SWT pada usia 40 tahun. Beliau berdakwah selama 950 tahun, dan hidup selama 60 tahun setelah banjir besar. Berdasarkan riwayat ini, total usia Nabi Nuh mencapai 1050 tahun.
Namun, penting untuk dicatat bahwa riwayat ini tidak diterima secara universal. Beberapa ulama memiliki pendapat yang berbeda. Perbedaan ini menunjukkan kompleksitas dalam menafsirkan riwayat-riwayat keagamaan dan pentingnya memahami konteks historis dan metodologis dalam menelaah sumber-sumber tersebut. Tidak semua riwayat memiliki bobot yang sama, dan tingkat kesahihannya perlu dikaji secara kritis.
Pendapat Lain Mengenai Usia Nabi Nuh:
Selain riwayat dari Abdullah bin Abbas, terdapat riwayat lain yang menyebutkan angka yang berbeda. Ikrimah, murid Abdullah bin Abbas, misalnya, menyatakan bahwa total usia Nabi Nuh mencapai 1700 tahun. Perbedaan yang signifikan ini menunjukkan adanya variasi dalam pemahaman dan penafsiran riwayat-riwayat yang ada.
Ibnu Jarir juga meriwayatkan sebuah riwayat yang menyebutkan angka yang bahkan lebih tinggi. Riwayat ini menyebutkan bahwa Nabi Nuh diutus pada usia 350 tahun, berdakwah selama 950 tahun, dan hidup selama 350 tahun setelah banjir. Total usia dalam riwayat ini mencapai 1650 tahun. Keberagaman angka ini menunjukkan betapa kompleksnya upaya untuk menentukan usia Nabi Nuh secara pasti.
Persepsi Nabi Nuh Terhadap Usia Panjangnya:
Meskipun dikaruniai usia yang sangat panjang, Nabi Nuh AS merasakan bahwa hidupnya di dunia ini terasa singkat. Riwayat dari Ibnu Abi Ad-Dunya, yang menukil perkataan Nabi Nuh kepada Malaikat Maut, menggambarkan bagaimana beliau merasakan perjalanan hidupnya yang panjang. Analogi "rumah dengan dua pintu" menggambarkan singkatnya waktu yang dirasakan Nabi Nuh di tengah-tengah tugas kenabiannya yang berat dan penuh tantangan. Ini menunjukkan bahwa panjangnya usia bukanlah jaminan untuk merasakan kepuasan hidup, melainkan kualitas hidup dan pengabdian kepada Allah SWT yang lebih penting.
Nabi Nuh: Rasul Pertama di Bumi?
Selain usia, perdebatan juga muncul mengenai status Nabi Nuh sebagai rasul pertama yang diutus ke bumi. Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA menyebutkan percakapan antara manusia dengan Nabi Adam dan Nabi Nuh, yang menggambarkan kedudukan Nabi Nuh sebagai rujukan bagi manusia yang menghadapi kesulitan dan kesesatan. Hadis ini menunjukkan pentingnya peran Nabi Nuh dalam sejarah kenabian dan bagaimana beliau menjadi simbol pembimbing bagi umat manusia. Namun, perlu diingat bahwa hadis ini juga perlu dikaji secara kritis dan kontekstual untuk memahami maknanya yang sebenarnya.
Kaum Nabi Nuh dan Penyembahan Berhala:
Nabi Nuh diutus kepada kaumnya, Bani Rasib, yang telah terjerumus dalam kesesatan dan penyembahan berhala. Awalnya, mereka menyembah patung-patung orang saleh yang telah meninggal. Namun, seiring berjalannya waktu, pengaruh setan dan hilangnya pemahaman tentang asal-usul patung-patung tersebut menyebabkan penyembahan berhala yang semakin meluas. Ada pendapat yang menyebutkan bahwa kaum Nabi Nuh merupakan umat pertama yang menyembah berhala, menunjukkan betapa pentingnya peran Nabi Nuh dalam melawan penyimpangan aqidah dan mengembalikan manusia kepada tauhid.
Kesimpulan:
Perdebatan mengenai usia Nabi Nuh AS mencerminkan kompleksitas dalam menafsirkan teks-teks keagamaan dan pentingnya pendekatan yang kritis dan holistik dalam memahami riwayat-riwayat keagamaan. Tidak ada satu angka pun yang dapat dipastikan secara mutlak sebagai usia Nabi Nuh. Berbagai riwayat yang ada menunjukkan adanya perbedaan pendapat di kalangan ulama, dan masing-masing riwayat memiliki konteks dan interpretasi tersendiri. Yang terpenting adalah memahami pesan moral dan hikmah yang terkandung dalam kisah Nabi Nuh, yaitu keteguhan dalam berdakwah, kesabaran menghadapi tantangan, dan ketaatan kepada Allah SWT. Usia panjang Nabi Nuh lebih relevan dipahami sebagai simbol dari kesabaran dan keteguhan beliau dalam menjalankan tugas kenabiannya, bukan sebagai fokus utama dari kisah beliau. Penelitian lebih lanjut dan kajian yang mendalam dari berbagai perspektif tetap diperlukan untuk memahami lebih komprehensif kisah Nabi Nuh dan segala misteri yang menyertainya.