Kemunculan Dajjal, sosok anti-Kristus dalam kepercayaan Islam, merupakan salah satu tanda besar kiamat yang paling ditakuti. Berbagai hadis Nabi Muhammad SAW menggambarkan sosok ini bukan sebagai ancaman tunggal, melainkan sebagai pemimpin sebuah kekuatan besar yang terdiri dari 70.000 pengikut setia berjubah hijau. Siapa gerangan mereka, dan apa yang melatarbelakangi loyalitas buta mereka terhadap Dajjal? Pertanyaan-pertanyaan ini telah memicu beragam interpretasi dan kajian selama berabad-abad.
Dajjal dan Pasukannya: 70.000 Pendukung dari Asbahan
Hadis-hadis sahih, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim (Kitab al-Fitan wa Asyrat al-Sa’ah) dari Anas bin Malik RA, secara eksplisit menyebutkan jumlah pengikut Dajjal. Rasulullah SAW bersabda, “Dajjal akan diikuti oleh kaum Yahudi Asbahan sebanyak 70 ribu orang dengan memakai toylusan (jubah hijau).” (HR Muslim). Riwayat lain, seperti yang tercantum dalam kitab Kasyf al-Minan fi ‘Alamat as-Sa’ah wa al-Malahim wa al-Fitan karya Mahmud Rajab Hamady (dan terjemahan Ibnu Tirmidzi), bahkan menyebut mereka sebagai kaum Yahudi yang akan berjuang bersama Dajjal untuk menghancurkan kaum muslimin. Beberapa riwayat juga menambahkan detail bahwa para pengikut ini mengenakan mahkota, menunjukkan hierarki dan mungkin peran khusus dalam pasukan Dajjal.
Identifikasi “kaum Yahudi Asbahan” sendiri masih menjadi perdebatan di kalangan para ulama. Beberapa berpendapat bahwa Asbahan merujuk pada sebuah suku atau kelompok Yahudi tertentu yang dikenal dengan kesetiaan dan ketaatan yang ekstrem. Yang lain menafsirkan Asbahan sebagai metafora yang mewakili sifat-sifat tertentu, seperti kelicikan, pengkhianatan, atau fanatisme buta yang melekat pada kelompok pendukung Dajjal. Jubah hijau yang mereka kenakan juga menjadi simbol yang menarik untuk dikaji. Warna hijau, yang sering dikaitkan dengan kesuburan dan kehidupan, dalam konteks ini mungkin memiliki makna ironis, melambangkan kedok palsu yang menutupi niat jahat dan kehancuran yang dibawa oleh Dajjal dan pasukannya. Jubah tersebut bisa jadi merupakan seragam atau penanda identitas yang menunjukkan kesetiaan mereka terhadap Dajjal dan membedakan mereka dari masyarakat umum.
Waktu Kemunculan Dajjal: Sebuah Tanda Melemahnya Iman
Waktu pasti kemunculan Dajjal tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur’an maupun hadis. Namun, banyak ulama menghubungkan kemunculannya dengan kondisi umat manusia pada saat itu. Kemunculannya sering dikaitkan dengan melemahnya iman dan kemunduran ilmu pengetahuan. Meskipun Al-Qur’an tidak secara langsung menyebut Dajjal, ayat-ayat tertentu, seperti surat Al-An’am ayat 158, sering diinterpretasikan sebagai petunjuk akan masa-masa menjelang kemunculannya. Ayat tersebut menekankan pentingnya keimanan dan amal saleh sebelum datangnya tanda-tanda hari kiamat, menunjukkan betapa pentingnya kesiapan spiritual menghadapi fitnah besar yang dibawa oleh Dajjal.
Buku "Fitnah Dajjal & Ya’juj dan Ma’juj: Mengungkap Misteri Kemunculan Dajjal dan Ya’juj Ma’juj" karya Lirik Agus Saputro, misalnya, mencoba menghubungkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan hadis-hadis yang menggambarkan kondisi sosial dan spiritual menjelang kemunculan Dajjal. Buku tersebut, dan banyak literatur lain, menyoroti pentingnya menjaga keimanan dan memperkuat ilmu pengetahuan sebagai benteng pertahanan melawan fitnah Dajjal.
Gerak-gerik Dajjal: Perjalanan 40 Hari dan Dua Kota Terlarang
Setelah muncul, Dajjal diprediksi akan berkeliling dunia selama 40 hari. Namun, terdapat dua kota suci yang diyakini kebal dari pengaruhnya: Makkah dan Madinah. Hadis-hadis menyebutkan bahwa malaikat akan menjaga kedua kota tersebut, mencegah Dajjal untuk memasuki wilayahnya. Hadis dari Imam Malik RA yang sampai pada Abu Hurairah RA, dan diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, menyebutkan, “Setiap jalanan Madinah terdapat malaikat sehingga tha’un dan Dajjal tidak dapat memasukinya.”
Meskipun tidak dapat memasuki Makkah dan Madinah, Dajjal tetap akan mendekati kedua kota tersebut, menimbulkan ancaman dan fitnah di wilayah sekitarnya. Hadis dari Abu Said Al Khudri RA, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, menyebutkan bahwa Dajjal akan singgah di sebuah padang gersang dekat Madinah. Detail-detail seperti ini, meskipun bersifat naratif, menunjukkan betapa seriusnya ancaman Dajjal dan betapa pentingnya kesiapan spiritual dan fisik umat manusia untuk menghadapinya.
Ciri-ciri Fisik Dajjal: Sebuah Gambaran Simbolik?
Berbagai hadis juga menggambarkan ciri-ciri fisik Dajjal. Deskripsi ini, meskipun detail, mungkin juga mengandung makna simbolik. Imam Syamsuddin Al-Qurthubi dalam kitab At-Tadzkirah, misalnya, menyebutkan hadis yang menggambarkan Dajjal sebagai sosok dengan mata buta sebelah, berdahi lebar, dan tubuh agak bungkuk. Ciri-ciri ini, menurut beberapa interpretasi, merupakan representasi dari sifat-sifat batiniahnya, seperti ketidaksempurnaan, kesombongan, dan kepalsuan.
Hadis lain menyebutkan rambut keriting dan jarak antara kedua betisnya yang berjauhan (HR Muslim). Beberapa ulama menghubungkan ciri-ciri ini dengan sifat-sifat licik dan manipulatif yang dimiliki Dajjal. Yang paling menonjol adalah tulisan "Kafir" di dahinya, yang menurut beberapa hadis, hanya dapat dibaca oleh orang-orang beriman. Tulisan ini menjadi penanda identitas sejati Dajjal, membedakannya dari klaim-klaim palsu yang ia sebarkan.
Buku "Keluarnya Dajjal" karya Firzatullah Dwiko R dan "Fikih Akhir Zaman" karya Rachmat Morado Sugiarto, serta banyak literatur lain, membahas detail ciri-ciri fisik Dajjal ini. Namun, penting untuk diingat bahwa interpretasi terhadap deskripsi fisik ini bisa beragam. Beberapa ulama menekankan aspek literalnya, sementara yang lain lebih fokus pada makna simboliknya sebagai representasi dari sifat-sifat jahat dan menyesatkan yang dimiliki Dajjal.
Kesimpulan: Sebuah Pengingat untuk Mempersiapkan Diri
Kisah Dajjal dan 70.000 pengikutnya berjubah hijau bukanlah sekadar cerita fiksi. Ia merupakan sebuah pengingat akan pentingnya keimanan, ilmu pengetahuan, dan kesiapan spiritual dalam menghadapi fitnah dan ujian di akhir zaman. Meskipun waktu kemunculannya masih menjadi misteri, hadits-hadis dan interpretasi yang beragam memberikan gambaran tentang sosok Dajjal dan ancaman yang dibawanya. Lebih dari sekadar ancaman fisik, Dajjal mewakili godaan dan kesesatan yang dapat menyesatkan manusia dari jalan yang benar. Oleh karena itu, memperkuat iman, memperluas ilmu pengetahuan, dan senantiasa berpegang teguh pada ajaran agama menjadi hal yang sangat penting dalam menghadapi tantangan di masa depan, apapun bentuknya. Wallahu a’lam bishawab.