ERAMADANI.COM, DENPASAR – Membangun dan merintis sebuah komunitas literasi tentu tidak mudah. Butuh sebuah dedikasi penuh dan keikhlasan untuk bisa mengembangkannya. Perjalanan Komunitas Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara (GPAN) hingga dapat bertahan selama lima tahun bisa menjadi inspirasi komunitas lain untuk berkembang dan berkarya.
Di hari Milad Komunitas GPAN ke-5, Pengurus Pusat komunitas ini mengadakan online talk show yang diadakan di platform Instagram Live pada Ahad (26/4/2020).
Kegiatan Online Talk Show diikuti oleh para alumni, anggota dan relawannya dari seluruh Indonesia.
Adapun narasumber dalam kegiatan ini adalah Imam Arifa’illah Syifaul Hida, Msc (Founder Komunitas GPAN), dan dimoderatori oleh Halimatus Sadiah (Pengurus GPAN Pusat).
Sementara untuk tema yang diangkat adalah “Perjalanan 5 Tahun GPAN, Pionir Literasi untuk Anak Nusantara,”
Talk Show: Pionir Literasi Untuk Anak Nusantara
Mengawali acara online Talk show narasumber menceritakan sejarah hadirnya Komunitas GPAN di Indonesia.
“Komunitas GPAN lahir tanggal 25 April 2015 di Malang. Saat itu saya baru saja selesai ujian skripsi. Lantas terbesit dipikiran kira-kira apa yang bisa dilakukan untuk mengabdi di masyarakat. Saya juga melihat fenomena masih banyaknya anak-anak yang belum memiliki buku” jelas pria yang berprofesi sebagai dosen UIN Jambi.
“Komunitas GPAN awalnya masih bergerak sendiri. Kemudian dibuat sistem penjaringan anggota. Kegiatan awal hanya sharing beasiswa,donasi buku,” ulasnya.
Komunitas ini pada awalnya hanya terdiri dari 6 orang saja termasuk Imam. Enam orang tadi yakni Soni, Asna, Amel dan Riska lantas mulai mengumpulkan buku-buku bacaan dari donatur. Ada yang disumbangkan juga ke daerah-daerah pelosok.
Visi Misinya juga mirip dengan visi misi pengelola dana pendidikan. Awalnya nama komunitas GPAN akan dibuat menjadi Komunitas Perpustakaan Anak Bangsa. Namun tidak jadi dipergunakan karena sudah ada nama komunitas ini.
Imam inging komunitas yang ia rintis hanya sebatas di daerah cikal bakal berdiri saja. Hingga akhirnya ia berpikir untuk membuat gerakan untuk bisa menjamah banyak orang. Gerakan untuk membuat anak-anak semangat membaca.
Akhirnya dipilihlah Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara. Cabangnya berdiri di kota-kota lain dari alumni-alumni GPAN yang kembali ke Kota asal masing-masing saat usai wisuda. Tantangan membangun awalnya adalah pendanaan. Namun akhirnya bisa berkembang hingga saat ini.
Ciri Khas Komunitas GPAN
“Komunitas GPAN memiliki sistem keberlanjutan organisasi, komunitas ini mengedepankan kekeluargaan ke anggotanya. Ini adalah salah satu kunci utamanya. Jangan langsung menjudge jika ada anggotanya yang non aktif.
Rangkullah mereka sehingga mereka merasa dihargai. Di GPAN juga memiliki jaringan yang cukup luas, dan terakhir adalah semangat anggota GPAN untuk mengabdi bagi negeri,” imbuhnya.
Di hari jadi kelima sebagai pendiri GPAN ia memiliki harapan agar besar untuk membesarkan komunitas literasi ini
“Tidak muluk-muluk. Saya berharap anggota bisa terus membaca hal-hal penting tidak hanya buku. Membaca Buku mempengaruhi cara berpikir kita,cara mengambil keputusan dan cara tampil didepan banyak orang,” pesannya.
Selain itu diera digital ini komunitas GPAN dapat menyalurkan buku-buku ke pelosok daerah dengan menggunakan platform digital
” Merangkum buku dalam satu video lalu membagikannya ke daerah-daerah bisa menjadi salah satu cara berbagi literasi” tambahnya.
Terakhir Imam berharap komunitas ini memiliki legalitas hukum sehingga menambah nilai kepercayaan publik terhadap komunitas ini
” Ada rencana menjadikannya sebuah yayasan. InsyaAllah akhir Desember 2020 atau awal tahun 2021 GPAN akan bertranformasi,” tutupnya.
Untuk memeriahkan hari jadinya kelima GPAN Pusat mengadakan kuis dengan hadiah buku eksklusif dan kaos yang di lombakan untuk masyarakat dan anggota Se Indonesia. (HAD)