Jakarta, [Tanggal Publikasi] – Hanya tinggal 87 hari lagi hingga bulan Ramadan 1446 H/2025 M tiba. Bagi umat Muslim di seluruh dunia, menyambut bulan suci ini merupakan momen penuh kerinduan dan harapan. Banyak yang memanjatkan doa agar Allah SWT melimpahkan kesehatan dan umur panjang sehingga dapat kembali merasakan keberkahan Ramadan. Keutamaan bulan Ramadan, sebagai bulan diturunkannya Al-Qur’an dan diwajibkannya puasa, telah dijelaskan secara rinci dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Surah Al-Baqarah ayat 185 secara gamblang menjelaskan tentang keistimewaan Ramadan:
"Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia tidak berpuasa), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang telah diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur."
Ayat ini menegaskan kewajiban berpuasa bagi umat Islam yang mampu, serta memberikan keringanan bagi mereka yang sakit atau sedang bepergian. Lebih dari sekadar ibadah puasa, Ramadan juga menjadi momentum untuk meningkatkan ketaqwaan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Selain kewajiban berpuasa, Ramadan juga menyimpan rahasia kemuliaan yang tak terhingga, yaitu Lailatul Qadar. Keutamaan malam tersebut diabadikan dalam Surah Al-Qadr ayat 1-3:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Quran pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan."
Lailatul Qadar, yang dipercaya jatuh pada salah satu malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadan, diyakini menyimpan pahala yang sangat besar, melebihi pahala ibadah selama seribu bulan. Mencari dan mendapatkan Lailatul Qadar menjadi cita-cita setiap Muslim yang taat.
Hadits Nabi Muhammad SAW juga menggambarkan keagungan Ramadan. Salah satu hadits yang diriwayatkan secara mutafaq ‘alaih (disepakati oleh Imam Bukhari dan Muslim) menyebutkan:
"Apabila telah datang bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu syurga, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan dibelenggulah syaitan-syaitan."
Hadits ini menggambarkan suasana spiritual yang begitu khusyuk dan suci selama bulan Ramadan. Setan-setan dibelenggu, pintu surga terbuka lebar, dan kesempatan untuk meraih ampunan dan ridho Allah SWT begitu melimpah.
Berdasarkan kalender Hijriah Indonesia 2025 yang diterbitkan Kementerian Agama RI, 1 Ramadan 1446 H diperkirakan jatuh pada tanggal 1 Maret 2025. Namun, penetapan tanggal pasti awal Ramadan masih menunggu hasil sidang isbat yang akan digelar pada 29 Sya’ban. Antisipasi dan persiapan menyambut Ramadan sangat penting, termasuk dengan memanjatkan doa agar kita semua diberikan kesehatan dan umur panjang untuk dapat melaksanakan ibadah di bulan suci tersebut.
Doa untuk Dipertemukan dengan Ramadan
Mengingat bertemu Ramadan merupakan anugerah yang tak ternilai, umat Islam dianjurkan untuk bersyukur dan berdoa agar dipertemukan kembali dengan bulan suci ini. Imam an-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar menjelaskan anjuran bersujud syukur atas nikmat yang diterima, termasuk nikmat dipertemukan dengan Ramadan.
Rasulullah SAW sendiri senantiasa memanjatkan doa untuk dipertemukan dengan Ramadan. Salah satu doa yang beliau panjatkan saat memasuki bulan Rajab adalah:
"Allahumma barik lanaa fi Rajaba wa Sya’bana wa ballighnaa Ramadhaana."
Artinya: "Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadan."
Doa ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad, Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, dan Imam an-Nawawi dalam Al-Adzkar. Membaca doa ini dengan penuh khusyuk dan keikhlasan diharapkan dapat menjadi perantara untuk dipertemukan kembali dengan bulan Ramadan.
Doa untuk Panjang Umur dan Kebaikan
Selain doa untuk dipertemukan dengan Ramadan, umat Islam juga dapat memanjatkan doa untuk panjang umur dan kebaikan. Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad dari jalur Anas RA, Rasulullah SAW mendoakan salah seorang pelayannya, Anas, dengan doa:
"Allahumma aktsir malahu wa waladahu wa athil hayaatahu waghfir lahu."
Artinya: "Ya Allah, perbanyaklah hartanya, anak cucunya, panjangkanlah umurnya, dan ampunilah dia."
Doa ini menunjukkan kepedulian Rasulullah SAW terhadap umatnya, dan sekaligus mengajarkan kita untuk mendoakan kebaikan bagi orang lain. Doa untuk panjang umur tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga dapat dipanjatkan untuk keluarga, sahabat, dan seluruh umat Muslim.
Silaturahmi: Amalan yang Memperpanjang Umur
Selain berdoa, memperkuat silaturahmi juga merupakan amalan yang dianjurkan untuk memperpanjang umur. Hadits yang diriwayatkan dalam Shahih Abu Daud menyebutkan:
"Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi."
Hadits ini menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan keluarga dan kerabat. Silaturahmi tidak hanya mempererat tali persaudaraan, tetapi juga memiliki dampak positif bagi kesehatan fisik dan mental, sehingga dapat memperpanjang umur.
Kesimpulannya, menyambut Ramadan 1446 H merupakan momen yang penuh makna bagi umat Islam. Selain mempersiapkan diri secara spiritual dan fisik, memanjatkan doa untuk panjang umur dan dipertemukan dengan Ramadan, serta memperkuat silaturahmi, merupakan amalan-amalan yang dianjurkan untuk meraih keberkahan di bulan suci tersebut. Semoga kita semua dilimpahi kesehatan, umur panjang, dan kesempatan untuk meraih ampunan dan ridho Allah SWT di bulan Ramadan yang penuh berkah.